My Husband from My First Love

semua gara-gara kamu Laura!



semua gara-gara kamu Laura!

0Sinta masih menahan senyumnya, dia tidak mau jika Daffin tahu kalau dia merasakan hatinya sakit melihat kebersamaannya dengan Laura.     

Laura awalnya tersenyum puas karena mengira jika Daffin dan istrinya akan bertengkar tapi ternyata wanita yang statusnya sebagai istrinya Daffin tidak terlihat marah bahkan dia tersenyum lembut melihat Daffin.     

Daffin merasa curiga melihat Sinta yang tersenyum bukannya marah.     

dia merasakan hatinya jauh lebih sakit melihat Sinta yang seperti ini, Daffin menginginkan jika Sinta marah dan berteriak memarahi dia.     

Daffin datang menghampiri Sinta.     

"sayang, kamu benar-benar kesini?"     

Sinta mengangguk dan tidak mengatakan apapun.     

dia memberikan tas berisi bekal makan siang yang dia buat untuk Daffin.     

Daffin menerimanya dan masih menatap wajah Sinta yang masih tersenyum namun dari matanya dia terlihat sangat sedih.     

Daffin memegang tangan Sinta dan bertanya "sayang, kamu jangan salah faham aku dan Laura tidak ada hubungan apa-apa, jadi kamu percayakan sama aku?"     

Sinta mengangguk dan tidak menjawab.     

dia melepaskan tangan Daffin dan membalikan tubuhnya, dia ingin segera pergi dari tempat itu.     

tapi Daffin kembali menarik tangan Sinta dan memeluknya dari belakang.     

"sayang, kamu mau kemana?" tanya Daffin dengan suara lirih.     

Sinta diam membatu, dia tidak mau mengatakan apapun.     

tapi karena Daffin terus bertanya jadi dia harus menjawabnya "aku ... aku ... mau ke rumah sakit, aku mau menjenguk nenek, tolong lepaskan aku!" ucap Sinta dengan suara lirih, suaranya sedang menahan dadanya yang terasa sesak.     

dia mencoba melepaskan tangan Daffin yang berusaha memeluknya tapi pelukan itu sangat erat.     

"aku antar kesana ya! jangan pergi sendirian, aku takut istriku yang cantik ini digoda pria lain, aku bisa gila nantinya," ucap Daffin sambil tersenyum, dia berusaha mencairkan suasana yang menurutnya sangat menegangkan.     

Sinta menggelengkan kepalanya dia tidak ingin bersama Daffin lebih lama lagi.     

"tidak usah, aku bisa pergi sendiri, mana ada pria uang menyukai wanita miskin dan tidak berkelas seperti aku, mereka pasti berpikir ratusan kali untuk mendekati aku, jadi kamu tenang saja sayang, aku baik-baik saja!" ucap Sinta dengan suara lirih, dia tidak berani melihat wajah Daffin saat ini.     

Sinta terus memalingkan wajahnya dan terus menerus menghindar dari tatapan Daffin.     

Daffin merasakan sakit dihatinya, lebih sakit jika Sinta marah bahkan berteriak jika dia menuduhnya berselingkuh daripada seperti ini, hatinya jauh lebih sakit.     

"sayang, apakah kamu marah? ayo katakan saja, kamu marah kan sama aku?" ucap Daffin, dia mencium pipi Sinta.     

"tidak! aku tidak punya hak untuk marah, jadi kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja, sayang."     

kata-kata Sinta menusuk langsung ke dalam hati Daffin, ini sangat menyakitkan hatinya.     

Daffin tertawa dan melepaskan pelukannya.     

"hahaha, kamu marah kan sayang? aku tahu! kamu pasti marah kan?"     

Sinta tidak berani melihat wajah Daffin, dia menunduk dan mundur dua langkah menjauhi Daffin.     

"aku ... aku tidak marah, baiklah aku pergi dulu ya! jangan lupa habiskan makanannya sayang," ucap Sinta dan dia pergi meninggalkan Daffin.     

Daffin menendang pintu dan berteriak "sialan! dia marah tapi dia tidak berani menunjukkannya, aku tidak mau melepaskan kamu sayang, tidak!" teriak Daffin dia berlari mengejar Sinta yang sudah pergi terlebih dahulu.     

Sinta berlari dan langsung masuk ke dalam lift, didalam lift dia menangis tersedu-sedu.     

"aku tidak bisa! aku tidak bisa membohongi diri aku sendiri, tapi aku harus bisa, harus bisa! aku hanya istri kontraknya bukan istri aslinya, aku tidak memiliki hak apapun untuk marah atau melarang dia dekat dengan wanita apapun, aku hanya pajangan dia diatas tempat tidur!" Sinta menangis dan dia berjongkok didalam lift.     

"hiks ... hiks ... kenapa aku tidak bisa belajar dari masalalu aku, kenapa? aku harusnya sadar dan tidak boleh berharap lebih dengannya, dia dan Jeff tuh sama, mereka terlalu tinggi dan sulit untuk aku gapai, Sinta sadar diri kamu, Sinta, hiks ... hiks ... aku memang bodoh!" Sinta memukul kepalanya berkali-kali.     

ding ...     

pintu lift pun terbuka, Sinta langsung berjalan secepatnya, dia menghapus air matanya dan segera pergi keluar dari gedung itu.     

sementara Daffin, yang berdiri didepan pintu lift berteriak marah karena dia tidak sempat menyusul Sinta.     

"brengsek! sialan, kenapa sudah tertutup! arrghh ... Daffin, kamu bodoh! bodoh! kenapa kamu tidak sadar tadi dia itu sedang marah! sialan!" Daffin memukul dan menendang pintu lift itu, dia sudah tidak sabar lagi.     

dari belakang Laura meraih tangan Daffin dan berkata "daff, istri kamu tidak marah kok, tadi kamu lihat kan dia tersenyum, mungkin dia sadar jika kamu memang lebih pantas dengan aku, daff istri kamu terlihat kampungan dan Sepertinya dia menikah dengan kamu karena dia menginginkan kamu, ckckck ... wanita semacam itu sudah banyak tersebar dikota ini daff," ucap Laura dengan senyum menggodanya.     

Daffin menghempaskan tangan Laura, dia melotot tajam dan berteriak kasar "istriku wanita paling terbaik didunia ini dan kamu! seratus kali dibawah derajat istriku, Laura ini pertama dan terakhir kalinya kamu mengganggu kehidupan aku, jika kamu muncul lagi didepan mata aku, kamu akan tahu akibatnya!" ucap Daffin dengan mata memerah dan terpancar hawa membunuh.     

Laura merasa menggigil diseluruh tubuhnya karena Daffin terlihat sangat mengerikan.     

tapi dia berusaha memberanikan diri, dia menyentuh tangan Daffin dan menghempaskannya.     

"jangan sentuh aku, yang boleh menyentuh aku adalah istriku, dia yang berhak menyentuh seluruh tubuh aku, lebih baik kamu pergi dari sini atau aku akan menyuruh security untuk melempar kamu dari sini!" teriak Daffin dengan kasarnya.     

ding ...     

pintu lift pun terbuka,     

Daffin langsung masuk ke dalam dan Laura mengikutinya.     

Daffin semakin emosi dan berteriak lagi "untuk apa kamu masuk kemari?"     

Laura memasang wajah tidak tahu malu dan menjawab "bukankah tadi kamu mengusir aku? ya aku ikut kamu hingga lantai bawah, ya kan?"     

Daffin diam, pikirannya sudah sangat kacau, isi pikirannya memikirkan hal-hal buruk tentang Sinta. Dia takut Sinta kembali dengan Jeffery atau Sinta pergi meninggalkan dirinya mengembalikan uang-uang itu.     

Daffin mengacak-acak rambutnya, dia tidak mau hal itu terjadi tidak mau.     

ding ...     

pintu lift pun terbuka, Daffin langsung berlari dan mencari Sinta yang sudah tidak terlihat.     

Dia bertanya pada resepsionis yang berdiri disana.     

"kamu, kamu melihat istri saya tidak?"     

mata resepsionis itu melirik kearah Laura yang ada dibelakang Daffin dan menjawab "bukankah istri anda disebelah anda bos?" ucap resepsionis itu.     

Laura tersenyum puas, karena masih ada yang mendukungnya.     

Daffin memukul meja dengan keras dan berteriak.     

"jawaban macam apa itu? dimana istri saya? cepat katakan!" Daffin sudah hilang kendali, dia sudah menggila.     

resepsionis itu menunduk dan menjawab "bos , apakah wanita yang memakai. Drs hitam itu istri anda? wanita sederhana itu yang terlihat seperti pelayan itu yang di maksud anda tadi?"     

mendengar jawaban itu, Daffin semakin marah.     

Dia mengingat apa yang dikatakan Sinta tadi, sekarang Daffin mengerti jika Sinta telah mendapatkan penghinaan.     

Laura tertawa dan berkata "tuh kan daff, bahkan karyawan kamu saja mengatakan jika istri kamu seperti pelayan, ya tuhan daff di itu memang pantas menjadi pelayan kamu bukan istri seorang Daffin Narendra yang terhormat ini.     

mendengar ucapan Laura Daffin semakin menggila, Daffin menampar Laura.     

plak ..     

suara tamparan yang keras dan membuat semua orang terdiam.     

Laura terjatuh ke lantai dan menyentuh pipinya.     

dia berteriak dengan sedih kearah Daffin "daff, kamu menampar aku? daff kamu? kamu?"     

sebelum Laura meneruskan ucapannya Daffin berteriak.     

"keamanan lempar wanita ini keluar dan jangan biarkan dia datang kembali ke perusahaan ini, jika ada yang mengizinkan dia masuk kalian akan tahu akibatnya!" ANC Daffin dengan mata melotot dan dia benar-benar sangat mengerikan.     

Laura ditarik paksa oleh security dan die berteriak meminta ampun ke arah Daffin, Daffin memijat dahinya dia benar-benar sudah lepas kendali, dia melihat kearah resepsionis dan berteriak " kamu? saya pecat, mulai hari ini saya tidak ingin melihat wajah kamu diperusahaaan saya!" teriak Daffin dan di berlari keluar berharap jika dia bisa menemukan Sinta.     

saat Daffin keluar dia melihat Sinta sudah naik taksi.     

sekali lagi Daffin berteriak dan sudah tidak memikirkan apakah itu memalukan atau tidak.     

"sayang, tunggu. arrghhh ... dia pergi! dia benar - benar sudah pergi!" teriak Daffin.     

dia berlari mengambil mobilnya, dia ingin mengejar Sinta saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.