My Husband from My First Love

aku tidak bisa berjanji kakek!



aku tidak bisa berjanji kakek!

0Setelah Daffin sudah tidak terlihat lagi, Sinta masuk kembali ke dalam rumah.     

Sesuai dengan janjinya, Sinta akan menemani kakek Wijaya hingga jam makan siang.     

Sinta duduk disebelah kakek Wijaya yang sedang asyk membaca koran.     

"kakek, sedang apa?" tanya Sinta.     

kakek Wijaya menaruh korannya dan dia tersenyum senang, karena saat ini Daffin sudah pergi jadi dia bisa mengobrol dengan bebas bersama Sinta.     

"Sinta, Daffin sudah pergi?" tanya kakek Wijaya sambil melihat ke sekelilingnya.     

"iya, mas Daffin sudah pergi ke kantor, kakek kita sudah lama tidak bertemu, aku tidak menyangka jika kakek adalah mas Daffin dan aku juga tidak menyangka kakek dan mas Daffin lagi lah yang menolong aku," ucap Sinta, dia tersenyum sambil memandang kakek Wijaya.     

kakek Wijaya meraih tangan Sinta dan menjawab "kakek beruntung sekali, karena kamu lah yang menjadi istrinya Daffin pada akhirnya, awalnya kakek sudah ketakutan, takut Daffin tidak akan menikah seumur hidupnya dan dia lebih suka hidup liar di Rusia dan yang paling kakek khawatirkan adalah Daffin tidak memiliki ketertarikan pada wanita dan lebih mengerikannya lagi kakek takut dia menyukai sesama, ahh ... kakek merasa sangat frustasi jika mengingat hal itu," ucap kakek Wijaya, dia memijat dahinya jika mengingat semua ke khawatirannya dan dia pun melanjutkan ucapannya "kakek sudah memperkenalkan banyak wanita yang cantik dan juga berbagai macam jenis wanita sudah kakek tunjukkan padanya, tapi dia tetap saja dingin dan tidak bergerak bahkan dia selalu marah pada kakek, mengatakan jika kakek ini adalah seorang pengganggu hidupnya, Aduhh ... anak itu selain berwatak keras, dia juga sangat dingin bahkan jika dia sudah marah semua orang ketakutan padanya, itulah mengapa saat itu kakek menawarkan kamu untuk menjadi cucu menantu kakek, kakek berpikir jika kamu sangatlah cocok dengannya tapi kamu malah menolaknya karena masih masih menunggu kekasih kamu itu, siapa itu namanya, ahhh kakek lupa?" ucap kakek Wijaya, dia berpura-pura lupa tentang Jeffery bahkan dia seperti tidak mengenalnya.     

"Jeffery Alexander namanya kakek," jawab Sinta, dia menunduk dan tiba-tiba hatinya bergetar.     

"oh iya, itu namanya. kakek sudah tua jadi sulit untuk mengingatnya, hehehhehe ... ngomong-ngomong, Sinta kenapa kamu bisa menikah dengan Daffin?" tanya kakek Wijaya.     

Sinta menggaruk kepalanya, dia bingung harus menjawab apa? dia tidak terbiasa untuk berbohong tapi dia juga tidak mungkin menceritakan surat kontrak itu.     

Kakek Wijaya terus menatap Sinta dan menunggu jawabannya.     

Sinta gemetar, dia bingung harus mengatakan apa.     

tiba-tiba dia memiliki sebuah ide, dia harus mengalihkan pembicaraannya.     

"kakek, aku mau membuat bekal untuk makan siang mas Daffin, kira-kira makanan apa yang dia sukai ya kakek? hehehhe ... aku belum terlalu mengenalnya jadi aku masih butuh petunjuk dari kakek," ucap Sinta, dia tersenyum kaku namun didalam hatinya dia takut kakek Wijaya meneruskan pertanyaannya.     

"oh, kamu mau membuat bekal untuknya? wah ... kamu istri yang baik Sinta! kakek juga harus mencicipinya ya, jangan Daffin saja yang kamu manja, kakek juga ingin di manja sama kamu Sinta, Hehehehhe ...," rengek kakek Wijaya sikapnya berubah secara tiba-tiba seperti Daffin saat bersamanya.     

Sinta menahan tawanya, dia mengangguk dan menjawab "iya kakek, aku sayang kakek sama mas Daffin kok, tapi masa Daffin pernah mengatakan jika aku hanya boleh memanjakan dirinya saja, jadi kakek aku takut! aku takut masa Daffin marah padaku!" ucap Sinta, dia sangat polos dan memang dia paling takut jika Daffin marah padanya.     

kakek Wijaya menahan tawanya, dia memiliki cucu menantu yang benar-benar sangat baik, dia patuh dan juga sangat polos.     

mendengar dia takut Daffin marah padanya, kakek Wijaya merasa sangat senang dan sekarang dia tahu kenapa Daffin benar-benar sudah jatuh cinta padanya.     

kakek Wijaya tersenyum sendiri tapi dia masih ingin tahu perasaan Sinta untuk Daffin dan perasaannya untuk Jeffery, pria masa lalu yang dahulu dia sangat cintai.     

mengingat kisah cinta mereka yang tragis membuat kakek Wijaya menggelengkan kepalanya berkali-kali, karena keserakahannya Mark dan Vivian rela membuang permata yang berkilau walaupun dia tertutup oleh debu, tapi kilauannya tidak akan merusaknya sama sekali.     

kakek Wijaya bergumam didalam hatinya "kalian semua sangat bodoh, gadis sebaik ini malah mereka sia-sia kan, pantas si Jeffery memperjuangkan setengah mati saat itu, karena Sinta memang sangat berbeda dengan yang lainnya. Aku sangat bersyukur memiliki cucu menantu seperti dia dan Daffin juga bisa bahagia dengannya, sekarang aku bisa tenang dan bisa melepas si Daffin yang sulit diatur itu!" ucap kakek Wijaya didalam hatinya.     

dia tersenyum sendiri dan menatap kearah Sinta.     

"Sinta, kakek boleh meminta sesuatu sama kamu?"     

Sinta mengangguk dan tersenyum.     

"apa itu kakek?"     

"Sinta, kamu harus berada disamping Daffin dan jadilah istri yang baik untuknya. Kakek hanya memiliki satu cucu dan dia adalah Daffin, kakek berharap jika kakek nanti sudah meninggal kamu bisa menjaga dan mengurus Daffin dengan baik, kakek percayakan Daffin sama kamu ya!" ucap kakek Wijaya dan air mata pun mulai mengalir dari sudut matanya.     

Sinta terdiam, dia tidak bisa berjanji karena dia hanya menikah diatas kontrak selama tiga tahun.     

setelah itu, hubungan pernikahannya akan berakhir.     

Sinta tidak bisa menjawabnya karena dia juga tidak bisa berbuat apapun, kecuali jika Daffin yang membatalkan kontrak itu sendiri.     

melihat Sinta yang dia dan tidak menjawab pertanyaannya membuat kakek Wijaya semakin sedih, air matanya mengalir semakin deras.     

melihat kakek Wijaya yang menangis membuat Sinta semakin merasa bingung, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, tapi demi menenangkan kakek Wijaya Sinta pun akhirnya berbicara.     

"kakek, jangan menangis lagi! aku mohon kakek, aku berjanji akan bersama mas Daffin dan berusaha menjadi istrinya yang baik," ucap Sinta, dia mengulurkan tangannya dan membantu menghapus air mata dari pipi keriput kakek Wijaya.     

Kakek Wijaya tersenyum kembali dan berkata "Sinta, kamu harus menepati janji kamu ya! kakek percaya kalau kamu adalah cucu menantu kakek yang paling baik, jadi jangan kecewakan kakek ya, kakek mohon sama kamu?" ucap kakek Wijaya sambil memegang tangan Sinta yang sedang menghapus air matanya.     

Sinta mengangguk setuju.     

"iya kakek, aku berjanji!"     

kakek Wijaya tertawa senang dan didalam hatinya dia tertawa puas karena aktingnya sangat sempurna "hehehehe ... Daffin, kamu harus memberi kakek kamu hadiah besar nih, Sinta sudah berjanji tidak akan meninggalkan kamu, hohoho ... cucuku akhirnya bisa bahagia akhirnya," ucap kakek Wijaya, dia merasa sangat senang didalam hatinya.     

Setelah mengobrol cukup lama.     

Sinta melihat kearah jam dinding, dia pun bangun dan bergegas pergi ke dapur dan bertanya lagi pada kakek Wijaya "kakek, makanan apa yang mas Daffin sukai? kakek tadi belum menjawab pertanyaan aku?"     

kakek Wijaya tertawa lebar dan menjawab "oh, hahahahha ... kakek sampai melupakannya, dia semuanya suka selagi istrinya yang membuatkannya, sudah sana masakan apa saja yang kamu bisa, Daffin bukan tipe pemilih dan juga dia bukan anak orang kaya yang manja, karena kakek tidak suka jika cucu kakek seperti itu, sudah sana pergi ke dapur dan jangan lupa kakek juga ingin mencicipi masakan kamu, terakhir kali kakek makan masakan kamu 3 tahun yang lalu ya?"     

"iya kakek, kakek masih ingat saja ya! aku merasa sangat malu kek, hehehhehe ...," ucap Sinta dan dia melanjutkan ucapannya "baiklah kakek, aku pergi ke dapur dulu ya kakek?!" ucap Sinta dan dia pun pergi menuju dapur dan meninggalkan kakek Wijaya yang masih duduk sambil tertawa puas.     

"hahahha, aku benar-benar beruntung memiliki cucu menantu seperti dia, andai saja si Daffin mau menikah dengan Sinta tiga tahun yang lalu, aku sudah memiliki cucu buyut yang banyak saat ini, haisst ... takdir mana ada yang tahu ya!" ucap kakek Wijaya dia, tertawa sendiri dan kembali membaca koran yang tadi sempat tertunda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.