My Husband from My First Love

katakan sejujurnya



katakan sejujurnya

0Sinta yang berada didalam pelukan Daffin.     

karena tubuhnya sudah merasa lemas dan tidak memiliki tenaga lagi, Sinta hanya bisa memeluk Daffin dan hendak menutup matanya, Sinta mulai merasa nyaman dan terbiasa dengan pelukan hangat Daffin, tidur disampingnya dan setiap kehadirannya membuat hati Sinta merasa tenang dan nyaman.     

Sinta menutup matanya dan hendak tertidur tapi Daffin yang mengelus rambut Sinta dia masih sangat penasaran dengan telepon Jeffery tadi yang tiba-tiba menghubungi Sinta.     

Daffin berbisik ditelinga Sinta sambil mencium puncak kepalanya.     

"sayang, tadi Jeffery kan yang menghubungi kamu?"     

Sinta yang hendak tidur langsung terbangun kembali, dia membuka matanya secara perlahan,     

"iya," ucap Sinta dengan suara lemah, dia sudah sangat kelelahan.     

"untuk apa dia menghubungi kamu lagi? lalu kenapa kamu mematikannya tadi? aku kan sudah memberi izin untuk kamu untuk bicara dengannya?" ucap Daffin, dia terus mengelus rambut Sinta yang lembut dan menciumnya berkali-kali.     

sinta yang menenggelamkan wajahnya di dada telanjang Daffin pun bergerak dan mengangkat wajahnya, dia memandang wajah Daffin.     

"bukankah kita tadi sedang bercinta? aku tidak ingin dia mengganggu kita, itu saja!" ucap Sinta dengan suara serak, matanya sendu terlihat sangat kelelahan.     

Daffin meletakkan telapak tangannya di pipi Sinta.     

"jadi itu alasannya kamu tidak ingin bicara padanya, bukan karena takut dia mengetahui jika kamu sedang bercinta dengan aku?" ucap Daffin dengan ekspresi serius.     

Sinta menghela nafas pendek dan menggelengkan kepalanya.     

"tidak! bukan itu alasannya, tadi itu aku tidak ingin di ganggu saja! tadi itu kan, itu kan ...,"     

suara Sinta terputus dan wajahnya bersemu merah, dia malu untuk mengatakannya.     

Daffin masih penasaran dan dia terus menatap wajah Sinta.     

"apa? ayo lanjutkan? aku ingin tahu alasannya?"     

"i ... itu, aduh aku malu mengatakannya!" ucap Sinta dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.     

Daffin memegang kedua telapak tangan Sinta dan memaksanya untuk melihat kearahnya.     

"apa? ayo katakan sejujurnya, aku ingin mendengarnya saat ini!" ucap Daffin, dia menahan tawanya dan berpura-pura sangat serius.     

"itu, itu karena? karena aku tidak ingin ada satu orang pun yang mengganggu Dunia cinta kita! aku hanya ingin ada kamu dan aku saja sayang, itu saja! aduh ... aku sangat berlebihan sekali ya sayang!" ucap Sinta, dia menunduk karena malu.     

Daffin tertawa senang, karena Sinta menghargai hubungannya apalagi saat mereka sedang bercinta ternyata Sinta juga menikmatinya sama seperti dirinya.     

Awalnya Daffin menyangka jika Sinta melakukan itu semua karena terpaksa, tapi saat mendengar kejujuran Sinta, Daffin semakin bersemangat untuk menyayangi Sinta dan semakin menyayanginya.     

Daffin memeluk Sinta lebih erat lagi dan mendekatkan tubuhnya dengan Sinta hingga tidak ada jarak lagi diantara mereka.     

"sayang, apa benar yang kamu katakan tadi? kamu tidak berbohong kan?" ucap Daffin, dia masih tidak percaya dengan pendengarannya.     

"iya, aku mana bisa berbohong, aku tidak bisa berbohong sayang!" ucap Sinta, dia masih merasa sangat malu.     

Daffin tertawa gembira, karena dia sudah satu langkah lebih maju dan sebentar lagi dia akan mendapatkan hati Sinta seutuhnya.     

"sayang, aku sangat bahagia mendengar itu semua, aku berjanji tidak akan mengecewakan kamu sayang, aku akan menjadi suami yang berusaha untuk jauh lebih baik untuk kamu! aku berjanji sayang!" ucap Daffin, dia sangat gembira dan terus mencium dahi Sinta berkali-kali.     

Sinta tersenyum dan merasa hatinya ikut senang saat melihat Daffin begitu bahagia, tapi mengingat surat itu yang membuat Sinta menjadi ragu kembali. Dia takut Daffin akan meninggalkan dirinya sama seperti Jeffery mencampakkannya di masa lalu.     

Sinta menghela nafas pendek dan berusaha untuk tidak memikirkan surat itu dahulu.     

Dia ingin merasakan sedikit kebahagiaan bersama Daffin walaupun mungkin menurutnya hanya sementara. Setidaknya dia bisa memiliki memory indah di masa depan, jika mengingat saat-saat indah bersama Daffin dan suatu hari nanti mereka harus berpisah, setidaknya Sinta tidak akan merasa terlalu kecewa juga kan?.     

berbeda dengan pikiran Sinta. Daffin semakin bersemangat untuk menjadikan Sinta benar-benar menjadi miliknya, mengikat disisinya dan menjadikan dirinya sebagai satu-satunya wanita yang ada didalam hidupnya.     

Daffin mengikrarkan dirinya untuk berusaha lebih keras lagi, agar Sinta benar-benar bisa jatuh cinta padanya dan hanya ada dia didalam hatinya.     

tekad membara terus berkobar didalam hatinya, Daffin akan berusaha lebih keras lagi lebih dari ini.     

Daffin tersenyum bahagia, sangat bahagia.     

Sinta menc*um pipi Daffin dan berkata "aku percaya kalau kamu adalah suami yang paling baik, sayang!"     

Daffin semakin bahagia, mendengar jawaban Sinta itu.     

" terima kasih sayang, terima kasih atas kepercayaan kamu padaku!"     

"iya, aku juga berterima masih, karena kamu sudah menolong aku dan menjaga aku dengan baik selama ini!" ucap Sinta, dia mengusap pipi Daffin dengan lembut.     

Saat Sinta dan Daffin sedang sama-sama sedang merasakan indahnya kebahagiaan yang mereka ciptakan berdua.     

tiba-tiba ponsel Sinta pun berbunyi.     

Sinta terkejut dan menoleh ke belakang tubuhnya.     

Sinta menaruh ponselnya tidak jauh dari punggungnya.     

Daffin mengerenyitkan dahinya dan berkata "sayang, ponsel kamu itu?"     

Sinta mengangguk dan menjawab "iya, itu ponsel aku! tapi dimana ya aku menaruhnya!" ucap sinta, dia menaruhnya tidak jauh dari tempat dia berbaring tapi dia lupa meletakkannya.     

Sinta melepaskan pelukannya, dia membalikkan tubuhnya menjadi membelakangi Daffin dan mencari letak ponselnya.     

ponselnya terus berbunyi dan ternyata ponsel dia ada berada di bawah selimut yang menutupi tubuhnya bersama Daffin.     

Sinta tersenyum senang, karena dia menemukan ponselnya.     

dia kembali mendekati Daffin dan masuk ke dalam pelukannya lagi.     

Saat Sinta melihat ID pemanggilnya, Sinta langsung merasa tegang didalam tubuhnya, karena Jeffery kembali menghubunginya lagi.     

Daffin melirik kearah ponsel Sinta dan melihat ID pemanggilnya.     

Dia tersenyum samar dan berkata "angkat saja sayang, aku ingin tahu apa yang ingin dia katakan padamu?!"     

Sinta melihat kearah Daffin, dia takut Daffin marah karena mereka sedang berdua, Sinta takut Daffin marah lagi sama seperti saat itu, saat dia ketahuan menemui Jeffery secara diam-diam.     

Sinta menatap Daffin dan menjawab "aku, aku takut kamu marah lagi, jadi aku?"     

"aku tidak akan marah, selagi kamu mau mengatakan semuanya padaku secara jujur, ayo angkat telpon nya dan jangan lupa nyalakan loud speaker nya juga ya!" ucap Daffin, dia memeluk erat Sinta dan menyandarkan kepalanya di atas kepala Sinta.     

Sinta tersenyum dan langsung setuju, dia senang karena Daffin tidak marah karena Jeffery meneleponnya.     

"terima kasih sayang!" ucap Sinta.     

"iya, ayo cepat angkat, aku penasaran dengan dia yang terus menerus mencoba mengganggu kamu!" ucap Daffin dengan suara santai, tidak ada kemarahan atau kecemburuan karena Sinta sedang dalam pelukannya saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.