My Husband from My First Love

kamu pahlawanku



kamu pahlawanku

0Sesampainya di depan pintu kamarnya, Daffin membuka pintu dan mereka berdua pun masuk secara bersama.     

Sinta melihat didalam kamar itu banyak sekali foto Daffin saat masih kecil hingga dia remaja.     

Sinta melihat kearah Daffin dan berkata "sayang, ini kamar kamu?"     

"iya, kamar aku sebelum aku pergi ke Rusia, sudah beberapa tahun berlalu, waktu berjalan sangat cepat, aku tidak menyangka jika sekarang umur aku sudah 30 tahun, hahahhaha ... aku sudah tua ternyata!" ucap Daffin sambil melihat foto-foto dia sewaktu kecil.     

Sinta melihat ada foto Daffin saat kecil bersama kedua orang tuanya.     

"sayang, ini ayah dan ibu kamu?"     

"iya, mereka kedua orang tua aku, mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan dan hingga kini misteri kecelakaannya belum terungkap, tapi aku sudah mulai menyelidikinya kembali, karena aku masih sangat penasaran," ucap Daffin sambil memeluk Sinta dari belakang.     

Sinta juga yatim piatu bahkan dia tidak tahu wajah kedua orang tuanya hanya neneknya saja yang memberikan foto keduanya.     

Sinta membalikkan tubuhnya dan membalas pelukan Daffin.     

"sayang, aku juga sama yatim piatu, bahkan aku tidak tahu wajah kedua orang tua aku, hanya nenek yang aku miliki, itulah mengapa aku rela melakukan apapun asalkan nenek bisa disembuhkan," ucap Sinta dengan suara lirih, dia menyandarkannya kepalanya ke dada Daffin.     

Daffin mengusap rambut Sinta dan mencium puncak kepalanya.     

"kita senasib ternyata ya sayang! sama-sama tidak memiliki orang tua, hanya memiliki kakek dan nenek yang merawat kita selama ini. aku kira, aku sendiri yang merasakannya, tapi ternyata ada juga yang sama dengan aku," ucap Sinta, dia merasa semakin hari semakin merasa nyaman saat dirinya bersama Daffin, entah mengapa Daffin seperti malaikat pelindung yang tuhan kirimkan untuknya.     

Tapi, dia tidak ingin terlena dengan semua ini, karena semua tidak akan bertahan lama, hanya tiga tahun, mungkin setelah itu dia tidak akan mendapatkan ini semua lagi.     

Sinta melepaskan pelukannya, dia tidak ingin perasaannya hanyut dalam keindahan yang sementara ini.     

Daffin terkejut, saat melihat Sinta tiba-tiba melepaskan pelukannya.     

"ada apa sayang?" ucap Daffin, dia merasa sangat heran dengan Sinta.     

Sinta tersenyum canggung dan berkata "aku tidak apa-apa, aku pergi mandi dulu ya! pakaian aku kotor dan pasti bau keringat!"     

ucap Sinta, dia pergi meninggalkan Daffin sendiri yang masih berdiri menatapnya hingga dia menutup pintu kamar mandi.     

Daffin merasa curiga dengan tingkah Sinta yang tiba-tiba melepaskan pelukannya dan terlihat menghindarinya.     

Daffin duduk disisi tempat tidurnya.     

melepaskan dasi dan juga melepaskan pakaiannya.     

masih terus berfikir, dia takut membuat kesalahan tanpa dia sadari sehingga membuat Sinta menghindarinya seperti itu.     

"ada apa dengan dia? apa salah aku ya? kenapa dia seperti menghindari aku? Daffin apa yang kamu lakukan, ayo lah berfikir dan temui kesalahan kamu," Daffin memijat dahinya, dia tidak ingin Sinta marah padanya.     

Daffin berfikir keras namun dia tidak menunjukkan jawabannya.     

"arrghh, ada apa dengan dia? kenapa dia seperti menghindari aku? ahh, aku tidak mau dia seperti itu, aku ingin dia selalu denganku!" ucap Daffin, dia merasa frustasi dan bingung harus mengatakan apa.     

saat Daffin mengacak-acak rambutnya, pintu kamar mandi pun terbuka.     

krekkk ...     

Sinta keluar hanya memakai handuk yang menutupi tubuhnya, dan rambut yang masih basah.     

Daffin menoleh dan melihat Sinta yang sangat cantik dan juga sangat harum.     

Daffin tersenyum aneh, dia merasa ingin menangkap Sinta saat ini juga.     

banyak wanita yang datang mendekatinya tapi Daffin tidak pernah menginginkannya seperti dirinya yang selalu menginginkan Sinta, Daffin bangun dari duduknya, dia berjalan mendekati Sinta yang masih berdiri didepan pintu kamar mandi.     

Sinta masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk, dia terkejut saat melihat Daffin sudah berdiri tepat didepannya saat ini.     

"ahhh, sayang! kamu mengejutkan aku!" teriak Sinta karena dia benar-benar sangat terkejut.     

Daffin tertawa dan tangannya langsung merebut handuk untuk mengeringkan rambutnya.     

Sinta terkejut dan berkata "kenapa kamu mengambilnya?"     

Daffin menarik tangan Sinta dan menyuruhnya untuk duduk disisi tempat tidurnya.     

"duduk sini, biar aku yang membantu untuk mengeringkannya!" ucap Daffin, dia mulai menggosok rambut Sinta dengan sangat hati-hati dan sangat lembut.     

Sinta bersemu merah, dia merasa sangat malu, karena sudah tidak sopan pada suaminya.     

"sayang, ini tidak perlu! biarkan aku sendiri saja," ucap Sinta, dia ingin merebut handuk itu.     

"tidak! lebih baik kamu diam saja, biarkan aku yang melakukannya," ucap Daffin, dia memiliki ide seperti ini agar Sinta tidak menghindarinya lagi seperti tadi.     

Sinta tidak bisa mengatakan apapun, dia hanya diam dan menurut saja, hingga rambutnya mulai kering.     

"nah, sudah selesai!" ucap Daffin, dia tersenyum sambil memberikan handuk itu kembali ke tangan Sinta.     

"terima kasih ya sayang!" ucap Sinta, dia tersenyum malu-malu.     

"kenapa harus berterima kasih! ini kan aku yang menginginkannya sendiri!" ucap Daffin, dia menyentuh kedua pipi Sinta dengan lembut.     

Sinta tersenyum dan menunduk, dia merasa sangat malu saat ini.     

Daffin tertawa, dia sangat menyukai menyentuh Sinta entah sentuhan apapun untuknya sangat menyenangkannya.     

Daffin tiba-tiba mengecup dahi Sinta dan berkata "sayang, ayo katakan sejujurnya padaku!"     

Sinta yang menunduk, dia menatap kearah Daffin dan berkata "katakan? katakan apa sayang?" ucap Sinta dengan ekspresi penuh kebingungan.     

Daffin menghela nafas pendek dan melanjutkan pertanyaannya "tadi, kenapa kamu menghindari aku?"     

Sinta diam dan tidak bisa menjawabnya.     

Daffin menarik tubuh Sinta dan memeluknya dengan erat.     

"sayang, apakah kamu tidak mempercayai suami kamu ini?" ucap Daffin dengan suara lirih.     

mendengar pertanyaan Daffin, Sinta semakin bingung, karena dia bingung harus mengatakan apa?     

banyak keraguan didalam hatinya bahkan karena kegagalan hubungannya dengan Jeffery membuat hatinya sedikit sulit menerima pria lain bahkan untuk percaya sangatlah sulit.     

Sinta takut sakit hati lagi untuk kedua kalinya.     

Dia tahu jika Daffin adalah suami sah nya, tapi mereka belum terlalu saling mengenal apalagi Daffin pria yang luar biasa, dia jauh lebih baik dari Jeffery dari semua aspek, pasti Daffin akan jauh lebih sulit daripada Jeffery.     

Sinta tidak ingin memiliki harapan apapun lagi, karena dia tidak ingin hatinya tersiksa kembali.     

Daffin melihat kearah Sinta yang masih diam dan bibirnya masih tertutup rapat.     

"sayang, apakah kamu marah padaku?" ucap Daffin, dia mencubit dagu Sinta dan memaksa dia untuk menatapnya saat ini.     

Sinta menghela nafas pendek dan menjawab "tidak! kenapa kamu menganggap aku seperti itu, sayang!" ucap Sinta, dia membalas pelukan Daffin.     

Daffin menghela nafas lega, ternyata Sinta tidak marah padanya.     

"syukurlah, aku mengira kamu marah padaku!" ucap Daffin, dia kembali memeluk Sinta dengan erat. Dia tidak ingin melepaskan Sinta, untuknya Sinta sangatlah berarti dan tanpa sadar, cinta sudah tumbuh di hati Daffin. bukan karena hanya dia istrinya yang sudah menjadi tanggung jawabnya lagi tapi lebih dari perasaan itu saat ini.     

"sayang, mana bisa aku marah sama kamu, kamu selalu baik untuk aku, kamu dewa penolong aku, tanpa ada kamu, mungkin aku sekarang sudah menjadi wanita murahan yang sudah menjadi mainan pria hidung belang itu!" ucap Sinta, dia mengatakan sebenarnya, dia tidak bisa berbohong pada siapapun.     

Daffin merasa semakin senang, dia ternyata mendapat nilai bagus dimata Sinta.     

"benarkah itu sayang? kamu sedang tidak membohongi aku?" tanya Daffin, dia ingin meyakinkan jika telinganya tidak salah mendengar.     

"iya, aku tidak berbohong! kamu dewa penyelamat aku, kamu pahlawan aku, sayang!" ucap Sinta, dia menenggelamkan wajahnya di dada Daffin yang saat ini tidak memakai pakaian.     

Daffin merasakan hatinya penuh taman bunga di musim semi, begitu indah dan berwarna warni.     

Ucapan Sinta sangat indah terdengar dan terus mengiang didalam hati dan didalam pikirannya saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.