My Husband from My First Love

cucu menantuku adalah penyelamat ku.



cucu menantuku adalah penyelamat ku.

0Jam pulang pun akhirnya tiba.     

Sinta pun menyelesaikan pekerjaannya dan segera pergi menuju loker, untuk mengambil tas dan barang-barang lain miliknya.     

Setelah menutup loker, Sinta hendak pergi untuk melakukan absen sebelum pulang.     

Aisyah menepuk bahu Sinta.     

Sinta menoleh dan tersenyum kearah Aisyah.     

"eh, kamu Ai! aku kira siapa?" ucap Sinta sambil tersenyum kearah Aisyah.     

"Sin, kamu beneran menerimanya?" ucap Aisyah dengan wajah sedih.     

Sinta mengangguk dan menjawab "iya, aku kan hanya pekerja rendahan dibawah kontrak kerja yang kamu tahu kan apa hukumannya jika aku melanggar? aku hanya bisa menahan hati aku dan menguatkannya. Aku sudah mengikhlaskan Jeff dan dia ditakdirkan Tuhan bukan untuk aku, jadi aku sudah menerima semuanya dan juga status aku juga, kamu tahu kan aku sekarang ini siapa?" ucap Sinta, dia menundukkan wajahnya dan terlihat sangat lesu.     

Aisyah tersenyum dan berbisik di telinga Sinta "kamu istri pria yang sangat tampan, hey Sinta! suami kamu jauh lebih tampan dan jauh lebih keren dari pada si Jeff itu, ayolah sin, jangan bersedih lagi!" ucap Aisyah mencoba menghibur Sinta, lalu lalu dia melanjutkan ucapannya "sin, suami kamu terlihat seperti orang kaya, mungkin kamu bisa meminta bantuannya"     

ucap Aisyah, dia menatap wajah Sinta dan menunggu jawabannya.     

Sinta menggelengkan kepalanya dan menjawab "dia tidak tahu, hanya tahu kalau aku terikat kontrak kerja saja! aku tidak mau merepotkan dia, susah banyak hutang aku padanya, jadi aku tidak mau meminta hal macam-macam lagi. Apalagi kontrak itu mengatakan aku harus menggantinya dengan uang satu trilyun, walaupun dia kaya, dia tidak mungkin memberikan uang sebanyak itu hanya untuk aku, mungkin saja dia tidak akan memilikinya! sudahlah Ai, aku tidak ingin merepotkannya lagi, aku sudah banyak menyusahkan ya!" ucap Sinta, dia membalikkan tubuhnya dan segera pergi meninggalkan Aisyah.     

Aisyah menghela nafas pendek dan berkata "dia terlalu baik, sudah jelas memiliki suami kaya masih saja mau menyusahkan dirinya bekerja seperti ini! haisttt ... kenapa wanita baik seperti kamu selalu mendapat kesulitan, semoga tuhan memberikan kamu sebuah kebahagiaan yang indah melalui suami kamu yang tampan itu!" ucap Aisyah sambil tersenyum sendiri, dia masih membayangkan wajah tampan Daffin yang terlihat lembut saat memandang Sinta.     

"huhh, Sinta sangat beruntung memiliki suami setampan dia, ahhh ... mungkin Sinta akan bahagia dengan pria itu, semoga saja ya tuhan!" ucap Aisyah dan dia berjalan mengejar Sinta yang sudah terlihat jauh.     

saat Sinta keluar dari gedung itu, Daffin dan kakeknya sudah menunggu didalam mobil tepat didepan gedung itu.     

Daffin melihat Sinta yang berjalan keluar dan dia langsung membuka pintu lalu keluar hendak menghampirinya.     

Namun, Sinta sudah melihatnya terlebih dahulu dan memberi kode jika dia yang akan datang menghampirinya.     

Daffin masuk kembali ke dalam mobil dan kakek Wijaya melotot saat melihat Daffin yang duduk kembali.     

"kenapa kamu kembali lagi? bukankah kamu tadi ingin menjemput istri kamu?" ucap kakek Wijaya dengan nada marah.     

"uhukk, dia akan segera kemari, dia tidak ingin aku terlihat oleh orang lain karena dia takut kalau wanita lain akan menyukai aku kakek, kakek tahu kan jika cucumu ini sangatlah tampan jadi penampilannya juga harus banyak disembunyikan!" ucap Daffin sambil mengedipkan matanya, dia bertingkah super narsis.     

kakek Wijaya mendadak mual saat mendengarnya "uwekkk, kamu memang tampan tapi kamu sudah tua, baru memiliki istri beberapa hari saja sudah sombong!" ucap kakek Wijaya sambil menahan tawanya.     

.Daffin tertawa sangat keras melihat tingkah kakeknya yang menurutnya sangat menyebalkan.     

Sinta datang mendekati mereka dan membuka pintu mobil. Sinta tersenyum lembut saat melihat Daffin membantunya membuka pintu, Sinta tidak melihat jika ada kakeknya dibelakang Daffin.     

dia langsung mencium pipi Daffin dan berkata "sayang, aku minta maaf karena tadi itu ...," sebelum Sinta melanjutkan ucapannya.     

Sinta langsung merasa terkejut, dia melihat sosok orang lain yang tidak lain seorang pria tua yang sangat dia kenal, walaupun hanya bertemu dua kali tapi Sinta masih mengingatnya.     

"kakek Wijaya!" ucap Sinta dengan sontak dia berteriak.     

Daffin menggenggam tangan Sinta dan berkata "sayang, kamu duduk dulu ya!"     

Sinta mengangguk dan dia pun duduk disebelah Daffin.     

Daffin menyuruh supir untuk menyalakan mobilnya dan mobil itu melaju menuju ke rumah kakek Wijaya.     

Kakek Wijaya tersenyum cerah, dia akhirnya bisa bertemu Sinta lagi, dulu dia memang menginginkan Sinta untuk menjadi cucu menantunya tapi Sinta menolaknya karena dia masih saja menunggu Jeffery untuk kembali.     

Tapi takdir berpihak padanya, ternyata yang menikah dengan cucunya adalah Sinta, orang yang menolongnya saat itu.     

"Sinta, kakek tidak menyangka kalau kamu adalah istrinya Daffin! hahahaha, akhirnya kamu jadi cucu menantu kakek juga ya Sinta!" ucap kakek Wijaya, dengan suasana hati yang luar biasa senang, dia tertawa sangat keras.     

Sinta tersipu malu dan berkata "kakek, aku tidak tahu kalau Daffin adalah cucu kakek, aku ... aku minta maaf waktu itu aku menolak tawaran kakek karena aku masih menunggu dia, tapi sekarang aku sudah tahu dia itu pria semacam apa! kakek, tidak marah kan padaku?" ucap Sinta, dengan Suara lirih dan menahan air matanya yang sudah berkaca-kaca.     

Daffin memeluk Sinta,     

"kamu kenapa sayang? jangan sedih seperti itu!" ucap Daffin dan mencoba menghapus air mata yang berada disudut matanya.     

Sinta tersenyum dan menjawab "ahh ,aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja, sayang!"     

kakek Wijaya merasa sangat senang melihat cucunya yang dingin dan kaku bisa memperlakukan istrinya begitu lembut dan juga penuh kasih sayang, melihat seperti itu, kakek Wijaya tidak merasa menyesal karena tidak membantu Jeffery saat itu, lebih baik dia menjaga semua rahasia itu demi kebahagiaan Daffin dan juga saat melihat Sinta yang juga terlihat bahagia dengan Daffin membuat kakek Wijaya semakin yakin jika dia sudah tidak merasa bersalah lagi.     

"hahaaha, Sinta kakek bersyukur karena cucu menantu kakek benar-benar kamu nak! hehehe, jika Daffin macam-macam atau berbuat jahat sama kamu, cepat katakan saja pada kakek, kakek akan menghukum dia!" ucap kakek Wijaya, dia terus tertawa tiada henti.     

Daffin tersenyum bahagia, karena melihat kakeknya juga sangat bahagia. Dia baru melihat kakeknya sebahagia itu, tertawa lepas dan tanpa beban.     

Daffin diam-diam merasa sangat bersyukur didalam hatinya karena bisa menikahi Sinta dan ternyata Sinta adalah wanita yang menolong kakeknya waktu itu dan sempat memaksa dia untuk segera kembali karena kakeknya ingin sekali menjodohkannya dengan wanita yang menolongnya, tapi ternyata wanita penolong kakeknya sekarang telah menjadi istrinya.     

jika Daffin tahu wanita itu adalah Sinta, dia tidak perlu repot-repot membuat kontrak cinta yang menurutnya sangat tidak masuk akal, walaupun isinya tidak ada yang penting tapi Daffin tahu Sinta sangat mementingkan kontrak cinta itu.     

Daffin menghela nafas panjang saat mendengarkan kakeknya yang terus bicara dan Sinta dengan senang hati mendengarkan ocehan kakeknya dengan sabar dan begitu patuh.     

Daffin hanya bisa memeluk Sinta dan ikut tertawa saja, tidak bisa mengikuti apa yang mereka berdua obrolkan.     

menghabiskan banyak waktu perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di depan sebuah rumah besar, bergaya klasik namun sangat indah. Melihat mobil Daffin datang, pintu gerbang bercat putih dan tinggi itu pun segera di buka.     

mobil mereka pun masuk ke dalam rumah besar itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.