My Husband from My First Love

kenapa bisa ada disini?



kenapa bisa ada disini?

0Sinta dan Daffin tertawa bersama.     

"sayang terima kasih sudah menghibur aku!"ucap Sinta, dia tidak sedih lagi.     

"ya, lain kali jangan memikirkan hal yang tidak penting semacam itu, mengerti!"     

"iya, aku berjanji tidak akan memikirkan hal itu lagi,sayang," ucap Sinta dan dia memeluk Daffin kembali.     

Tiba-tiba Sinta teringat, kenapa Daffin bisa ada disini.     

Sinta melepaskan pelukannya dan melihat wajah Daffin kembali.     

"sayang kenapa kamu ada disini?" ucap Sinta dengan tatapan bingungnya.     

"aku kesini ada perlu dengan pemilik perusahaan ini, sekalian saja. Aku ingin melihat kamu, memangnya aku tidak boleh melihat istriku sendiri?!" ucap Daffin dengan ekspresi sedihnya.     

Sinta tersenyum dan mengusap kedua pipi Daffin "jadi kamu kesini karena ada perlu dengan pak Mark?"     

"iya, dia ayah si brengsek itu kan? oh ya, apakah dia juga sering menyakiti kamu, sayang?"     

"hhhmm ... untuk saat ini tidak, dimasa lalu dia selalu menghina aku, apalagi saat Jeffery tidak ada disini, uhh ... jika mengingat masa itu! aku seperti orang bodoh saja, menunggu pria yang jelas-jelas sudah mencampakkan aku, aku rela menunggunya dengan semua penderitaan ini! huft, aku memang sangat bodoh, bodoh sekali!" ucap Sinta, matanya mulai berkaca-kaca dia menahan air matanya.     

Daffin mengepalkan tangannya, dia sudah membayangkan bagaimana mereka memperlakukan Sinta dengan sangat buruk.     

Namun, Daffin masih butuh waktu untuk membalaskan dendam ini, dia berjanji dalam hatinya akan membalasnya lebih dari yang Sinta rasakan bila perlu membuat mereka bersujud di bawah kaki Sinta.     

wajah Daffin terlihat berubah, dia terlihat menakutkan dan wajahnya terlihat sangat marah.     

Sinta merasa merinding melihat wajah Daffin saat marah.     

"ehhmm, sayang! kamu kenapa?" tanya Sinta.     

suara Sinta membuyarkan amarah Daffin.     

Daffin kembali ke ekspresi biasa, dia tidak ingin menakuti Sinta.     

"aku tidak apa-apa sayang!" ucap Daffin dia tersenyum kembali.     

Daffin mendekati wajah Sinta, dia ingin mencium Sinta agar api amarah dihatinya bisa padam.     

wajah Daffin semakin mendekat dan mendekat.     

melihat Daffin yang semakin dekat, detak jantung Sinta berdetak dengan cepat.     

Sinta menutup matanya dan dia hanya bisa menerima apa yang akan Daffin lakukan padanya.     

Daffin mendekatkan bibirnya ke bibir Sinta dan akhirnya bibir itu pun mendarat di bibir Sinta.     

Sinta membuka matanya dan dia membalas ciuman lembut Daffin.     

entah kenapa, ciuman lembut itu semakin lama semakin tidak terkendali. api hasrat dari keduanya mulai terbangunkan, terutama Daffin yang memang setiap dekat dengan Sinta dia selalu menginginkan tubuhnya untuk menjadi miliknya.     

tanpa sadar tangan mereka berdua mulai nakal, Sinta tidak tahu kapan dia bisa menjadi nakal juga, tangannya membantu Daffin untuk membuka dasi yang dia kenakan, dan satu demi satu membuka kancing kemejanya.     

sentuhan Sinta membuat Daffin semakin menggila, tangan nakal Daffin juga mulai mengembara di seluruh tubuh Sinta, terutama dibagian dua gundukkan kenyal yang paling dia sukai, Daffin sangat menyukai saat menyentuh itu, karena menurutnya disanalah tempat yang paling lembut dan juga sangat menggemaskan.     

satu demi satu kancing baju Sinta di buka oleh Daffin dan akhirnya dia membuka seluruhnya.     

ciuman yang sudah tidak terkendali semakin liar.     

Daffin melepaskan bibir Sinta dan mulai mencumbu tempat lain seperti pipi, telinga, leher dan juga tulang selangka.     

Tidak ingin orang lain yang memiliknya, Daffin selalu meninggalkan banyak tanda cinta disana.     

Sinta merasakan tubuhnya melayang jauh, melayang terbang ke dunia fantasi cinta yang indah bersama Daffin.     

tanpa sadar dia mulai mengerang dan suara desahan lembut mulai keluar dari bibir manisnya Sinta.     

Daffin semakin menggila, dia tidak tahan lama jika sudah mendengar suara erangan Sinta yang menurutnya semakin membangkitkan api hasrat dihatinya.     

tangan Daffin yang nakal mulai turun ke bawah, dia ingin melepaskan celana Sinta. namun, Sinta langsung tersadar karena ini tempat yang tidak pantas untuk mereka bercinta.     

dengan suara terengah-engah Sinta berbisik ditelinga Daffin "uhmm ... sayanghhh, jangan disinihh. aku mohonhhh!"     

tangan Daffin berhenti dan langsung bertanya "lalu, dimana kita akan meneruskannya? sayang, aku tidak tahan lagi!" ucap Daffin dengan tatapan penuh dengan api hasrat yang sudah diatas puncak hasratnya, dia ingin memakan Sinta saat ini.     

tiba-tiba ada suara wanita yang masuk ke dalam toilet itu, Sinta langsung menutup mulutnya dengan rapat tapi Daffin masih saja memainkan dua gundukan kenyal miliknya, dia sedang menjadi bayi besar.     

Sinta menggertakan giginya, dia terus menahan agar dirinya tidak mengeluarkan suara desahan atau pun erangan yang keras.     

Daffin berhenti dan kembali mencium bibir Sinta sebentar dan berbisik "sayang, jangan ditahan lagi, ayo keluarkan!" ucap Daffin yang ingin mendengar suara seksi Sinta yang begitu menggelitik telinganya.     

Sinta menggelengkan kepalanya, dia masih punya pikiran karena di luar sana ada dua orang wanita sedang mengobrol dan ternyata sedang membicarakan dirinya.     

Sinta yang sudah bergairah berubah menjadi dingin seketika saat mendengar obrolan kedua wanita itu.     

"hei, apakah kamu tahu tentang gosip baru-baru ini?" ucap wanita pertama.     

wanita kedua menjawab "tidak, memangnya ada gosip apa?"     

"kamu masa tidak tahu, anak OG yang terlihat manis dan imut itu ternyata wanita murahan, katanya dia simpanan pria tua tuh! gila ya, dia itu terlihat polos, anak baik terus enggak banyak gaya menurut kamu gosip itu benar enggak sih?" ucap wanita pertama.     

wanita kedua menjawab "aku tidak bisa memberi jawabannya karena wanita simpanan itu tidak harus terlihat mengerikan karena justru yang terlihat baik-baik itu yang lebih mengerikan, terlihat Palsu dan sangat menjijikan. oh ya, siapa namanya itu? Sinta ya! iya kan, dia namanya Sinta ya!" ucap wanita kedua, dia lupa-lupa ingat dengan nama Sinta.     

wanita kedua mengangguk dan menjawab "iya, dia namanya Sinta, katanya juga dia menggoda pak Jeff, gila ya! pak Jeff itu kan sebentar lagi mau bertunangan, aku pernah liat tunangannya, dia sangat berkelas dan juga cantik, sangat cocok dengan pak Jeff. hahaha, gila ya! kalau dia bermimpi bisa mendapatkan pak Jeff, aduh ... aduh... mudah-mudahan itu hanya gosip ya! bukan kenyataan!" ucap wanita kedua.     

setelah selesai mencuci tangan kedua wanita itu pun pergi.     

Sinta merasakan tubuhnya lemas, dia yang tadinya bersemangat dengan api gairahnya bersama Daffin, langsung hilang seketika.     

Daffin menghentikan aksinya yang menjadi bayi besar, dia melepaskan dua gundukan kenyal yang sedang dia mainkan. berdiri tegak dan memandang kearah Sinta dan berkata "jangan dengarkan perkataan mereka ya! kamu tidak dengan pria tua, tapi dengan bujang tua saat ini!" ucap Daffin sambil mengedipkan matanya.     

Sinta yang awalnya sudah mulai merasa sedih, sekali lagi terhibur dengan ucapan Daffin yang tidak tahu malu.     

Sinta yang tubuh bagian atasnya sudah setengah telanjang, memeluk Daffin yang juga sama dengannya.     

Daffin membalas pelukannya.     

"sayang, terima kasih! kamu selalu ada-ada saja! aku, aku selalu ingin tertawa mendengar ucapan kamu, yang terdengar tidak tahu malu itu!" ucap Sinta, dia tertawa kecil.     

Daffin tertawa dan menjawab "itu kenyataan sayang, aku bujang tua, umur aku sudah 30 tahun, kakek selalu mengatakan jika aku harus segera memiliki istri agar ada yang merawat aku, sekarang aku mendapatkan istri yang umurnya jauh lebih muda dari aku, hehehhehe ... jadi jika ada yang mengatakan kamu simpanan pria tua, katakan saja kamu kekasihnya bujang tua yang mencari istri, jadi mereka mengerti jika kamu bukanlah simpanan tapi istri dari bujang tua ini!" ucap Daffin, dia tertawa kecil, suara tawanya menggema didalam dadanya karena Sinta menaruh wajahnya tepat didada Daffin.     

Sinta masih ingin memeluknya tapi ponsel Daffin langsung berbunyi.     

Daffin mengambil ponselnya yang berada disaku jasnya, jasnya dia gantung tidak jauh dari mereka berdiri.     

Daffin mengambilnya tanpa melepaskan Sinta dalam pelukannya.     

"halo, ada apa Marco?"     

"bos, anda dimana? anda sudah setengah jam belum muncul juga! semua sudah berkumpul hanya tinggal anda saja!" ucap Marco, dia berbicara diluar ruangan takut ada yang melihatnya.     

Daffin mengerti, dia merasa waktu baru sebentar tapi ternyata sudah memakan waktu setengah jam.     

"oke, sebentar lagi saya kesana!" ucap Daffin dan dia langsung menutup panggilan itu.     

Sinta menatap Daffin yang ada dipelukannya dan bertanya "kamu mau rapat ya?"     

Daffin mengangguk dan menjawab "iya sayang, aku malas bertemu orang-orang itu, sebenarnya aku lebih suka saat bersama kamu seperti ini!" ucap Daffin sambil mencium kening Sinta.     

sinta melepaskan pelukannya dan segera merapihkan dirinya.     

tali pengait bra nya dibuka Daffin sehingga dia harus mengaitkannya kembali.     

setelah itu, Sinta mengancingkan bajunya kembali dan merapihkan rambutnya yang sudah terlihat berantakan.     

Daffin pun sama, dia segera merapikan bajunya yang berantakan dan setah selesai dia meminta Sinta untuk memasangkan dasi.     

setelah keduanya terlihat terlihat rapi dan terlihat tidak terjadi apa pun.     

Sinta membuka pintu dan melihat kearah sekitar.     

Setelah melihat keadaan aman, akhirnya Sinta menarik tangan Daffin untuk segera keluar dari sana.     

Daffin menahan tawanya, karena sekali lagi dia mengendap-endap seperti mereka baru saja selesai dari berselingkuh.     

setelah sampai didepan pintu keluar     

Sinta, langsung menoleh kearah Daffin dan berkata "sayang, kamu harus segera pergi sekarang juga!"     

"iya, aku pergi dulu ya! nanti setelah selesai meeting aku kembali lagi!" ucap Daffin sambil mengedipkan mata genitnya.     

Sinta menunduk malu, karena Daffin sudah tidak tahu malu apalagi membahas masalah percintaan mereka.     

"hati- hati sayang."     

Daffin mengangguk dan dia pun pergi meninggalkan sinta, walaupun hatinya tidak rela.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.