My Husband from My First Love

aku hanya butuh kamu



aku hanya butuh kamu

0setelah selesai membantu Daffin memakaikan dasi, Sinta merapihkan dan memastikan jika Daffin sudah terlihat sempurna.     

"akhirnya selesai juga! sayang, kamu sudah terlihat sangat tampan," ucap Sinta, dia tersenyum puas karena dia mengerjakannya dengan baik.     

"terima kasih sayang, aku kan memang tampan, kamu kemana saja sayang, kok kamu baru menyadarinya ya!" ucap Daffin sambil tertawa narsis.     

"hehehe, iya aku tahu kok, kalau kamu itu sangat tampan, pasti banyak wanita yang menyukai kamu kan sayang!" ucap Sinta sambil tersenyum.     

karena sudah selesai membantu Daffin, Sinta mengambilkan tas kerja Daffin.     

Daffin meraih tangannya dan menarik Sinta untuk masuk ke dalam pelukannya, menatap matanya dan berkata "aku tidak membutuhkan wanita lain, yang aku butuhkan hanya kamu saja sayang, itu sudah cukup untukku," ucap Daffin dengan tulus.     

mendengar ucapan Daffin, Sinta menunduk malu, wajahnya memerah karena ucapan Daffin membuat hatinya sangat bahagia.     

Daffin mencubit dagu Sinta dan memaksanya untuk melihat kembali kearahnya.     

"kenapa menunduk? tatap mata aku sayang, aku berkata jujur dan kamu harus percaya padaku!" ucap Daffin, dari sorot matanya memancarkan jika dia tidak sedang berbohong ada kejujuran yang tampak dari dalam tatapan itu.     

"aku tidak tahu, apakah yang kamu katakan itu benar atau tidak, yang aku tahu kamu selalu baik padaku, aku bersyukur bisa mengenal kamu dan juga bisa menjadi istri kamu sayang," ucap Sinta, dia tersenyum dan menyentuh kedua pipi Daffin.     

Daffin menempelkan dahinya ke dahi Sinta, dengan ucapan Sinta yang sederhana tapi menurut Daffin itu sangatlah berarti untuknya.     

"sayang, kamu harus percaya padaku, aku hanya milik kamu! kamu jangan berfikiran macam-macam tentang aku, aku tidak sama dengan pria lainnya. Kamu mengerti kan apa yang aku maksud?!"     

"iya, aku percaya kamu, kamu pria yang sangat baik, aku percaya kamu sayang!" jawab Sinta dan Daffin mencium bibirnya dengan lembut.     

hanya sebentar dan melepaskan nya kembali.     

Daffin merangkul Sinta dengan suasana hati yang luar biasa bahagia, karena Sinta sudah menganggapnya benar-benar suaminya dan sudah mulai mendapatkan hatinya sedikit demi sedikit.     

mereka berdua pun turun ke lantai bawah dan menuju meja makan.     

disana kakek Wijaya sudah duduk dengan perasaan kesal, karena Daffin terus menempel pada Sinta, dia juga ingin mengobrol dan bisa dekat dengan Sinta, seperti dulu awal mereka bertemu.     

saat melihat Sinta dan Daffin datang, kakek Wijaya merasa sangat bahagia namun saat melihat Daffin yang sangat protektif terhadap Sinta membuat kakek Wijaya kembali lesu.     

Sinta duduk disebelah Daffin dan saat melihat kakek Wijaya yang terlihat lesu membuat Sinta merasa sedih.     

"kakek kenapa? apakah kakek sakit?" ucap Sinta dia memegang tangan kakek Wijaya dan menatapnya.     

kakek Wijaya mengangguk dan dengan nada lirih dia pun berkata "kakek tidak sakit, hanya sedih saja, kamu sudah tidak sayang kakek lagi. padahal kakek ingin bersama kamu tapi Daffin selalu melarangnya!" ucap kakek Wijaya dengan suara lirih.     

Daffin menarik tangan Sinta yang memegang tangan kakek Wijaya dan berkata "sayang, jangan terlalu memanjakan kakek, kamu cukup memanjakan aku saja!" ucap Daffin sambil mencium punggung tangan Sinta.     

Sinta terkejut dengan tingkah Daffin yang terlihat sangat cemburu pada kakeknya.     

"tapi sayang, aku ... aku ...," sebelum Sinta menyelesaikan ucapannya Daffin menyela kembali "sayang kakek sudah tua jadi kakek mengerti kan kalau kamu itu istri aku, jadi pasti kakek juga mengerti kalau pasangan muda butuh banyak waktu untuk berdua!" ucap Daffin, dia melirik kearah kakeknya sambil tersenyum mengejek.     

kakek Wijaya tidak bisa menjawab jika Daffin sudah memojokkan dia.     

kakek Wijaya langsung melahap sarapannya secara langsung, dia malas melihat Daffin.     

Sinta melihat kearah kakek Wijaya, dia merasa sangat bersalah tapi dia tidak bisa membantah Daffin, karena Daffin suaminya jadi ucapan dia harus dia patuhi.     

Sinta mengangguk dan menjawab "baiklah sayang, aku mengerti! ayo sarapan dulu!" ucap Sinta, dia mengambil piring kosong dan mengisinya dengan nasi goreng yang ada didepannya, Sinta memberikannya pada Daffin dan Daffin mulai memakannya.     

sarapan pun berlangsung dengan tenang tanpa ada satu suara pun yang terdengar.     

Setelah selesai, Daffin bangun dari tempat duduknya dan dia harus berangkat karena waktu semakin siang saja.     

Sinta mengantar Daffin sampai pintu depan.     

setelah berada diluar, Sinta memberikan tas kerja Daffin dan tersenyum padanya "sayang, hati-hati di jalan, yang semangat kerjanya dan jangan lupa makan siang ya!"     

Daffin mengecup kening Sinta dan memeluknya sebentar lalu melepaskannya.     

"baik sayang, aku akan mengingat semua yang kamu katakan barusan, oh ya sayang! aku merindukan masakan kamu, bisakah kamu membuatkan makan siang dan antarkan ke kantor aku?" pinta Daffin, itu hanya alasannya saja, sebenarnya dia ingin Sinta ada didekatnya dan tentunya ada niat lain dari itu semua.     

Daffin menyeringai nakal, dia ingin bekerja sambil memeluk Sinta.     

pasti itu sangat menyenangkan untuknya.     

mendengar permintaan Daffin yang tidak sulit, Sinta mengangguk setuju.     

"baiklah, nanti siang aku buatkan bekal makan siang untuk kamu, tapi aku tidak tahu dimana kantor kamu?" ucap Sinta, dengan ekspresi bingung.     

"kamu tidak perlu khawatir, supir akan mengantar kamu, aku tunggu ya sayang masakan buatan kamu!" ucap Daffin.     

Daffin tersenyum sambil mengusap lembut puncak kepala Sinta.     

Sinta mengangguk setuju "iya sayang, aku akan membuatkannya untuk kamu, kamu tunggu saja! aku pasti datang mengantarkannya ya!" ucap Sinta.     

Daffin mengangguk "baiklah, aku tunggu kedatangan kamu sayang!" ucap Daffin, dia tersenyum lembut dan melanjutkan ucapannya "aku pergi dulu ya!" pamit Daffin dan dia pun meninggalkan Sinta yang berdiri sambil melihatnya.     

Daffin masuk ke dalam mobilnya dan melambaikan tangannya, Sinta membalas lambaian tangan itu.     

mobil itu pun mulai bergerak dan Daffin pun pergi meninggalkan kediaman rumah kakek Wijaya.     

setelah mobil Daffin sudah tidak terlihat, Sinta pun masuk kembali ke dalam dan menemani kakek Wijaya, dia juga menanyakan ada bahan makanan apa yang tersedia, karena dia akan membuatkan bekal untuk Daffin nanti siang.     

kakek Wijaya merasa senang karena Daffin sudah pergi jadi dia bisa dengan leluasa bersama Sinta dan menghabiskan banyak waktu bersama Sinta, cucu menantu yang memang dia inginkan sejak lama dan semenjak pertemuan pertama, kakek Wijaya selalu ingin menemui Sinta hanya saja saat itu dia sangat sibuk jadi tidak ada waktu untuk bersama Sinta.     

tapi Tuhan sudah mentakdirkan Sinta untuk menjadi cucu menantunya dan akhirnya dia bisa sering- sering bersama Sinta walaupun harus melangkahi cucu satu-satunya.     

***     

info auto !!!     

mohon maaf untuk temen-temen semua,     

auto mau Hiatus lagi 3 hari ya!!     

mau revisi ulang story' ini dari bab pertama.     

karena banyak typo dan masih harus banyak perbaikan jadi mohon maaf, jika ada yang merasa tidak nyaman dengan story' ini, karena aku juga masih tahap belajar.     

sampai ketemu lagi di tanggal 17 ya..     

#salam sayang dari aku     

author     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.