My Husband from My First Love

aku takut kehilangan kamu!



aku takut kehilangan kamu!

0Daffin melirik kearah Sinta yang sejak tadi terus mendiamkannya, padahal baru sekitar 10-15 menit saja, tapi Daffin merasa itu seperti satu tahun lamanya.     

Daffin tidak tahan lagi dengan suasana yang menurutnya sangat dingin seperti ini.     

Perasaan marah dan rasa cemburunya luluh karena dia hanya ingin mendengar suara Sinta yang selalu membuat hatinya selalu terasa hangat, mengingat senyumannya yang sangat manis, yang bisa membuat Daffin sulit untuk melupakannya, perasaan egois mulai menyelimuti hatinya, perasaan yang dia ingin adalah Sinta hanya boleh tersenyum padanya tidak untuk pria lain, hanya padanya.     

Tapi saat ini, jangankan untuk tersenyum dan bicara padanya, bahkan saat ini Sinta tidak ingin melihatnya.     

Daffin mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara terlebih dahulu, dia tidak suka dengan suasana seperti ini walaupun hanya sebentar tapi rasanya sudah mencekik hatinya.     

Daffin mendekati Sinta dan memeluknya dari arah belakang.     

Sinta yang sedang menangis pun terkejut dengan adanya tangan besar yang sudah melilit di tubuhnya.     

Sinta langsung menghapus air matanya dan menoleh ke belakang.     

Dia melihat Daffin sedang tersenyum padanya.     

Sinta yang tadinya merasa takut jika Daffin marah padanya perlahan hatinya mulai tenang karena Daffin tersenyum padanya berarti dia tidak marah padanya.     

berbicara dengan sangat hati-hati, Sinta takut salah berbicara dan Daffin marah lagi padanya nanti.     

"sa ... sayang, aku ... aku ... minta maaf!" ucap Sinta dengan suara gagap, rasa takut menyelimuti hatinya.     

Daffin mencium pipi Sinta dan berbisik didekat telinganya "kenapa kamu harus meminta maaf?"     

"a ... aku, minta maaf karena tidak menceritakan tentang masalah itu, aku ... aku ... aku tahu kalau aku disini yang salah, jadi kamu boleh menghukum aku!" ucap Sinta, dia berusaha mengakui kesalahannya dan berharap Daffin tidak marah lagi padanya.     

mengingat wajah Daffin saat tadi terlihat marah membuat Sinta merasa ketakutan.     

Daffin menarik tubuh Sinta dan memaksanya untuk membalikkan tubuhnya, agar dia bisa melihat wajah Sinta secara dekat.     

Sinta melihat wajah Daffin secara dekat saat ini, mereka saling menatap dan tatapan mereka akhirnya saling terkunci.     

Daffin mengusap pipi Sinta dan hatinya yang tadi sempat gelisah kembali merasa jauh lebih tenang, dia merasa tenang karena dia bisa melihat Sinta yang mau menatapnya dan juga mau bicara dengannya.     

"sayang, aku tidak akan menghukum kamu dan juga, kamu kenapa harus meminta maaf? kamu tidak memiliki salah apapun padaku!" ucap Daffin, dia tersenyum lembut sambil menatap Sinta, dia tidak bisa marah pada Sinta karena dia tidak ingin kehilangan Sinta walaupun hanya satu menit saja.     

Sinta merasa hatinya sangat senang karena Daffin ternyata tidak marah padanya tapi, dia masih merasa sangat bersalah karena dia tidak menepati janji pada Daffin, janji yang akan mengatakan apapun dan tidak akan merahasiakan apapun masalah yang dia hadapi.     

"sayang, terima kasih karena tidak marah padaku, aku tadi sangat takut, takut kamu marah sama aku lalu aku ... aku ... aku takut kamu, kamu tidak ingin melihat aku lagi!" ucap Sinta, dia menunduk dengan ekspresi sedih.     

Daffin memeluk Sinta dengan erat, dia tadi memang marah dan juga merasa cemburu tapi untung dia masih bisa mengendalikan dirinya jika tidak, mungkin Sinta akan jauh lebih ketakutan dari ini.     

Sinta menenggelamkan wajahnya didada bidang Daffin, hatinya sekarang merasa sangat lega dan juga rasa takutnya kini sudah menghilang karena Daffin tidak marah padanya.     

"sayang, kamu tadi merasa takut padaku?" tanya Daffin sambil mengusap rambut Sinta dengan lembut.     

Sinta membalas pelukan Daffin dan memeluknya dengan erat.     

"iya, aku takut saat melihat raut wajah kamu tadi, itu ... itu ... sangat menakutkan, aku juga memiliki salah sama kamu, jadi aku juga merasa sangat bersalah padamu," ucap Sinta dengan jujur.     

Daffin merasa sangat bersalah karena wajah pokernya ternyata sudah menakuti Sinta tanpa dia sadari.     

"jadi tadi itu, kamu memalingkan wajah kamu bukan karena kamu marah padaku? tapi karena kamu takut melihat wajah aku?" ucap Daffin.     

Sinta mengangguk dan menjawab "iya, aku takut melihat ekspresi kamu tadi, kamu sangat menakutkan sayang!"     

Daffin menahan tawanya, dia sudah berpikir aneh-aneh tentang Sinta yang dia kira Sinta marah padanya dan bahkan membencinya padahal Sinta malah ketakutan padanya.     

"puft, jadi aku sudah salah faham ya! aku kira kamu marah padaku, karena aku mengatakan tentang hubungan kita pada Jeffery, tapi ternyata? kamu takut padaku?" ucap Daffin, dia menahan tawanya.     

Sinta mengangguk dan menjawab "iya, karena aku juga sudah bersalah padamu jadi aku sudah takut terlebih dahulu. Makanya aku tidak berani melihat wajah kamu, sayang!" ucap Sinta, dia tersenyum kecil dan kali ini dia benar-benar merasa sangat malu, dia menyembunyikan wajahnya di dada Daffin.     

Daffin menghela nafas lega, karena mereka berdua sudah salah faham dan untungnya dia segera berinisiatif untuk berbicara lebih dahulu.     

Daffin merasakan suasana hatinya luar biasa sangat bahagia karena kesalah fahamannya sudah selesai dan dia bisa seperti biasa lagi.     

Daffin melihat kearah wajah Sinta yang sejak tadi bersembunyi didalam dekapannya.     

"sayang, kamu jangan takut lagi ya! aku tidak akan bisa marah sama kamu! aku mohon. jangan seperti tadi lagi?!" ucap Daffin sambil menatap Sinta yang berada didalam pelukannya.     

Sinta tersenyum lembut dan menjawab "iya, tapi jangan pasang ekspresi itu lagi, aku benar-benar sangat takut!"     

Daffin mengangguk dan membalas senyumannya "aku berjanji tidak akan seperti itu lagi, kalau aku seperti itu lagi, kamu boleh menghukum aku ,hhhmmm ... kamu boleh menghukumnya dengan kamu ada diatas tubuh aku saat kita bercinta, hehehehe ...," ucap Daffin dia terkekeh sendiri.     

Sinta tertawa tapi juga merasa sangat malu, karena itu menyangkut hal yang menurutnya sangat memalukan, wajah Sinta memerah dan berkata "itu bukan hukuman, tapi itu memang keinginan kamu sendiri kan?" ucap Sinta, dia tertawa cekikikan.     

Daffin ikut tertawa dan mereka berdua pun akhirnya berbaikan kembali.     

hanya salam faham 15 menit tapi sudah membuat Daffin stres setengah mati, menurutnya lebih baik melawan banyak musuh di Medan pertempuran dari pada harus melihat Sinta marah padanya.     

Daffin memeluk Sinta dengan erat dan tidak akan pernah lagi melepaskannya, dia sudah benar-benar sadar dengan perasaanya saat ini, perasaannya terhadap Sinta bukan sekedar hanya menyukai dan menyayanginya saja, tapi perasaan Daffin jauh lebih besar itu, karena Daffin sudah benar-benar jatuh cinta pada Sinta, cinta yang tumbuh karena mereka selalu bersama, cinta tumbuh karena terbiasa dan saling mengerti satu sama lain dan inilah yang dirasakan Daffin saat ini untuk Sinta.     

begitu pun dengan Sinta, perasaannya untuk Daffin perlahan mulai berubah, dia merasakan ada banyak kebahagiaan saat bersama Daffin, Daffin yang bersikap seperti seorang suami yang menjaga dan selalu ada untuknya dan sosok inilah yang Sinta butuhkan sosok yang selalu ada disampingnya dalam keadaan suka atau pun suka.     

Bukan seperti Jeffery, dia selalu pergi dan sibuk dengan urusannya bahkan saat dia hendak pergi pun Jeffery tidak terlalu perhatian padanya.     

Sinta sudah mulai membandingkan sikap Jeffery dan Daffin yang terlihat ada perbedaan diantara mereka berdua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.