My Husband from My First Love

mengantar surat undangan



mengantar surat undangan

0Di dalam ruang kerjanya.     

Daffin masih bekerja dengan sangat sibuk, dia memakai kacamata dan tangannya masih memegang dokumen yang sedang dia baca saat ini.     

Dia terlihat sangat serius dan sangat berbeda dengan Daffin yang saat bersama Sinta, saat bersama Sinta. Daffin terlihat konyol dan selalu terlihat tidak pernah serius.     

Tapi jika tidak bersamanya, Daffin yang asli pun keluar, karena Daffin sebenarnya adalah pria dingin, berwajah seram dan mengerikan.     

Dia sangat sulit untuk tersenyum baginya pekerjaan sangat penting dan harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh.     

Saat Daffin sibuk dengan pekerjaannya, dari luar ada yang mengetuk pintu.     

Daffin mengangkat wajahnya dan berteriak "masuk."     

pintu pun terbuka dan itu tidak lain adalah Marco.     

dia tersenyum canggung dan berkata "bos! ada tamu yang ingin bertemu dengan anda!"     

Daffin melirik kearah Marco dengan tangannya masih memegang berkas itu.     

"siapa?"     

"nona Amanda Smith, dia ingin bertemu dengan anda," ucap Marco, dia tidak menyukai wanita itu, tapi karena dia adalah tamu bosnya, tidak mungkin dia mengusirnya.     

"untuk apa dia mencari saya?" ucap Daffin sambil mengerenyitkan dahinya.     

"saya juga tidak tahu bos, dia mengatakan jika ingin memberikan sesuatu pada anda! dari yang saya amati, sepertinya dia tertarik dengan anda bos!" ucap Marco, dia menangkap tatapan Amanda terhadap Daffin terlihat sangat berbeda, terlihat jelas dia tertarik pada bosnya.     

Daffin tertawa mengejek dan berkata "hahaha, benarkah Marco? kenapa kamu berpikiran seperti itu? dia kan mau bertunangan dengan pria yang tampan dan juga pria sempurna di kota ini, bahkan istri ku saja masih belum bisa melupakannya, haisstt ... kamu jangan berpikir yang aneh-aneh, suruh dia masuk! ada perlu apa dia mencari saya saat ini!" perintah Daffin dan dia kembali melihat kearah berkas yang sedang dia pegang saat ini.     

Marco mengangguk dan segera pergi keluar.     

Amanda yang berdiri tepat didekat meja Marco terus mengamati semua yang ada di perusahaan Daffin, dia melihat jika perusahaan milik Daffin sangat luar biasa, berbeda jauh dengan milik keluarganya dan juga milik Jeffery.     

Amanda menawarkan diri ingin memberikan surat undangan itu, karena awalnya Jeffery lah yang disuruh ayahnya untuk memberikannya tapi jeffery menolaknya, dia malas melihat wajah Daffin karena membuat dia mengingat pukulan Daffin saat itu dan membawa Sinta dari sisinya.     

Jeffery membenci Daffin jika bukan akrena kerja sama bisnis yang menghasilkan keutungan besar dan Daffin juga pemilik 20% saham di perusahaannya, Jeffery pasti akan datang untuk membalas dendam, dia menahan dirinya karena demi perusahaan dan juga kedua orang tuanya, Jeffery takut kedua orang tuanya melampiaskan amarahnya pada Sinta, jadi dia berusaha menghindari Daffin dengan cara menolak untuk bertemu dengannya.     

Berbeda dengan Amanda, dia langsung menawarkan diri karena dia pemasaran dengan sosok tampan Daffin yang sangat menggoda.     

amanda adalah wanita modern yang sudah tinggal diluar negeri dan memiliki gaya hidup bebas, dia sering bercinta dengan pria tampan dan melakukan cinta satu malam saja, hanya dengan Jeffery lah di serius, karena dia menyukai Jeffery yang selalu jual mahal padanya, sehingga Amanda ingin menaklukan Jeffery bukan karena cinta tapi karena penasaran, ingin merasakan tubuh Jeffery yang membuat dirinya bergairah.     

Tapi setelah melihat Daffin yang lebih sempurna dari Jeffery, timbul rasa penasaran lain Dihati Amanda, dia menginginkan Jeffery dan juga Daffin, dua pria tampan yang sulit untuk dia taklukan saat ini.     

Karena rasa penasaran akhirnya dia menawarkan diri untuk mengantarkan surat undangan itu dan melihat Daffin secara pribadi.     

Marco tersenyum kearah Amanda dan berkata "nona, silahkan masuk! bos ada didalam."     

Amanda tersenyum lembut dan menjawab "oke, terima kasih!"     

Amanda pun berjalan masuk ke dalam ruangan Daffin dengan gaya seksi dan penuh menggoda, dia berjalan bak model diatas catwalk dan memakai pakaian yang sangat terbuka.     

Dia sengaja mengganti pakaian dulu sebelum bertemu dengan Daffin.     

Saat dia masuk, dia melihat pria tampan yang duduk dengan serius didepan meja kerjanya, wajah Daffin yang sangat tampan membuat Amanda terjebak kedalam pesonanya.     

Tanpa sadar Amanda berjalan mendekati Daffin dan tiba-tiba berdiri tepat dihadapannya saat ini.     

Dengan senyum menggoda dan memamerkan keseksian tubuhnya, Amanda sengaja membungkukkan tubuhnya sedikit agar memperlihatkan sedikit belahan dadanya yang menurutnya bisa membuat Daffin tertarik padanya.     

Daffin yang sedang sibuk dengan dokumennya melihat kearah wanita yang sedang menggodanya.     

Bukannya tertarik Daffin malah memandangnya dengan tatapan jijik.     

ratusan wanita yang menggodanya saat dia tinggal di Rusia jauh lebih menarik darinya saja, Daffin tidak tertarik dengan mereka apalagi hanya seorang Amanda, dia masih dibawah level para wanita itu, mana mungkin Daffin tertarik hanya dalam satu pandangan.     

Di mata Daffin hanya Sinta lah yang bisa membuat dirinya mabuk dalam pesonanya, wajah cantik alami, kelembutan dan kepolosan Sinta yang tidak bisa dibandingkan dengan wanita manapun mana mungkin Daffin tidak bisa melepaskan dirinya dari pesona Sinta.     

wanita didepannya saat ini, jika dibandingkan dengan Sinta, dia tidak ada apa-apanya bahkan hanya seujung jari Sinta pun wanita ini tidak bisa menyamainya.     

Dengan tatapan dinginnya Daffin pun berkata "silahkan duduk, nona Amanda!"     

Amanda tersenyum penuh menggoda dan dia pun duduk dengan gaya seksinya.     

sambil menggerakkan bibir merah merona ya Amanda tersenyum dan berkata "terima kasih pak Daffin atas keramahan anda."     

Daffin menaikkan alisnya dan menatap kearah surat undangan yang ada di tangan Amanda.     

sekarang Daffin mengerti dengan kedatangan Amanda kali ini.     

"pak Daffin, kedatangan saya kesini atas perintah papa, untuk memberikan surat undangan ini untuk anda. hhmm ... bisakah anda datang ke pesta pertunangan saya?" ucap Amanda, dia tersenyum genit kearah Daffin.     

Daffin merasa mual dan ingin muntah melihatnya, namun menahan dirinya, kalau itu bukan Amanda sudah Daffin usir dia sejak tadi.     

"oh, jadi itu tujuan nona Amanda datang kemari!" ucap Daffin dengan wajah datar tanpa ekspresi.     

melihat Daffin yang memasang wajah dingin dan terlihat tidak memiliki reaksi apapun, membuat Amanda semakin tertantang untuk bisa mendekatinya.     

Amanda masih tersenyum menggoda dan tatapan nakal terus dia lemparkan kearah Daffin, tetapi Daffin masih tidak bereaksi.     

Daffin sangat muak melihatnya, dia ingin mengusir secepatnya dari depan matanya saat ini.     

"saya sangat sibuk hari ini, jika tidak ada hal penting lainnya, bisakah anda tidak mengganggu saya!" ucap Daffin dengan nada hampir marah.     

Amanda terkejut, karena Daffin bukannya tergoda malah seperti mengusirnya saat ini.     

Amanda merasa kesal, karena dia tidak bisa menaklukkan Daffin, dia menggertakan giginya dan menahan rasa kesalnya.     

Dia memberikan surat undangan itu dan berkata "saya minta maaf karena sudah mengganggu waktu pak Daffin, ini surat undangannya," Amanda mengulurkan tangannya dan memberikan surat undangan itu pada Daffin.     

Daffin langsung mengambil surat undangan itu dengan secepatnya.     

Tanpa sengaja, tangannya menyentuh tangan Amanda dan sentuhan tanpa sengaja itu malah membuat hati Amanda berdetak cepat, sentuhan tangan Daffin membuat Amanda merasa melayang dan dia ingin sekali mencium Daffin saat ini.     

Tanpa sadar Amanda bangun dan mendekatkan wajahnya kearah Daffin.     

Daffin semakin kesal, dia terbatuk kecil dan berkata "jika tidak ada keperluan lainnya, anda bisa pergi sekarang!"     

Amanda langsung tersentak dan menarik lagi wajahnya, dia mengambil tasnya dan berkata "oh iya, saya pamit pergi pak Daffin, saya tunggu kehadiran anda, kalau begitu saya pergi sekarang!" Amanda mengedipkan mata genitnya dan dia pun pergi meninggalkan Daffin.     

Daffin langsung ingin muntah dan berkata "uuweek, sialan! dia mencoba menggoda aku ternyata! apakah otak dia sudah rusak? mau bertunangan masih menggoda pria lain? huft, sangat murahan sekali!" ucap Daffin sambil menatap surat undangan itu, Daffin menghela nafas pendek dan berkata "Jeffery, kamu lebih memilih wanita murahan semacam itu daripada Sinta yang sangat berharga!" Daffin tertawa sendiri dan melanjutkan ucapannya "tapi aku berterima kasih padamu, karena memberikan aku wanita yang sangat berharga semacam Sinta, hahahahha ... bahkan dua wanita yang dekat dengan kamu sekarang dekat dengan aku! haiisttt ... aku tidak perlu wanita lain lagi, memiliki satu Sinta sudah sangat cukup untuk aku!" ucap Daffin, dia duduk kembali dan menyadarkan tubuhnya di punggung kursi mengambil ponselnya dan memandang foto Sinta yang sedang menutup matanya dan berada didalam pelukannya saat itu.     

Daffin tersenyum sendiri dan berkata "baru beberapa jam saja aku sudah merindukan kamu lagi! Sinta, apa yang kamu lakukan padaku? aku sudah kecanduan kamu sayang! kamu seperti narkoba yang membuat aku selalu ketagihan dan sulit menjauh dari diri kamu, hehehehe ... sepertinya aku harus benar-benar berusaha lebih keras lagi, agar bisa mendapatkan hati kamu dan membuang si brengsek itu jauh-jauh dari hati kamu!" ucap Daffin, dia terus memandang foto Sinta dengan tatapan penuh kegilaan.     

Dia baru merasakan perasaan semacam ini terhadap seorang wanita, bahkan saat bersama Laura dia tidak segila ini.     

Daffin tertawa sendiri, dia menertawakan dirinya yang tiba-tiba menjadi pria yang memuja seorang wanita, wanita yang sudah menjadi istri sah nya sekarang.     

Daffin terus tersenyum sendiri dan terkejut saat mendengar ada suara ketukan pintu. Daffin langsung menutup ponselnya dan menaruhnya diatas meja.     

Dia duduk tegak dan berkata "masuk."     

pintu pun terbuka dan sosok orang penting pun masuk dengan tatapan galaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.