My Husband from My First Love

Revisi



Revisi

0Sinta yang terus diam dan tidak berani mengatakan apapun, dia hanya menurut apa yang dikatakan Daffin.     

dia memeluk erat Daffin karena Sinta tahu jika Daffin sangat suka jika dia bersikap patuh dan menurut.     

Daffin diam dan tidak bicara apapun, dia membuka pintu mobilnya dan dengan isyarat matanya, dia mengatakan jika Sinta disuruh masuk ke dalam mobil.     

Sinta menurut dan dia pun melepaskan pelukannya, dia masuk ke dalam mobil dan duduk didalamnya, didalam hatinya Sinta merasa sangat ketakutan karena Daffin masih memasang ekspresi yang sangat menakutkan.     

Sinta menunduk dan tidak berani menatapnya.     

Daffin menyalakan mobilnya dan karena hatinya masih terbakar emosi dia membawa menyetir dengan kecepatan tinggi.     

melihat mobil itu melaju sangat kencang, Sinta semakin ketakutan dia tidak berani berteriak dan hanya bisa menahannya saja.     

wajah Sinta memucat dan tubuhnya menggigil ketakutan, dia merasakan akan mati saat ini juga.     

Daffin melirik kearah Sinta dan berharap jika Sinta menghentikannya tapi sayang, Sinta tetap diam saja dan berusaha menahannya.     

Daffin tidak tahan lagi, dia ingin melihat Sinta berbicara padanya, kemarahan Daffin semakin menggila dia menambah kecepatannya dan mobil itu melaju seperti angin.     

Sinta tidak tahan lagi, akhirnya dia pun berkata "sayang, aku mohon tolong hentikan! aku ... aku ... aku takut sekali!"     

mendengar Sinta berbicara padanya, hati Daffin yang sudah terbakar api amarah perlahan mereda dan kecepatan mobil pun mulai melambat.     

Daffin melirik kearah Sinta dan melihat wajahnya sudah terlihat pucat dan keringat dingin sudah membasahi dahinya.     

Daffin menepikan mobilnya dan berhenti tepat dipinggir jalan yang sepi dan jauh dari keramaian.     

Sinta menghela nafas panjang dan merasa sudah tenang karena kejadian. mengerikan tadi hampir membuat jantungnya lepas dari dadanya.     

Daffin mendekati wajah Sinta dan tiba-tiba saja dia langsung mencium bibir Sinta dengan ganas dan tanpa ampun.     

ciuman yang mengandung api amarah yang meledak-ledak.     

ciuman kasar dan tidak berperasaan membuat ciuman itu terasa menyakitkan.     

Sinta yang belum siap merasa sangat terkejut bahkan nafasnya saja belum teratur akibat rasa takut tadi ditambah mendapat ciuman kasar dan tidak berperasaan membuat Sinta semakin merasa kehabisan nafas, wajah pucatnya berubah menjadi memerah karena sudah kehabisan oksigen.     

Sinta memukul bahu Daffin berkali-kali agar melepaskan bibirnya karena dia sudah tidak kuat lagi. Daffin yang sudah dikuasai amarah tidak memperdulikannya yang dia fikirkan saat ini adalah memberi hukuman untuk Sinta karena sudah menemui Jeffery tanpa sepengetahuannya, padahal Daffin awalnya merasa percaya diri jika dia jauh lebih tampan dari Jeffery tapi melihat pemandangan yang membuat matanya terasa sakit, membuat hatinya merasa kecewa karena wajah tampannya tidak bisa membuat Sinta berpaling dari perasaannya untuk Jeffery.     

karena begitu dikuasai amarah, Daffin menggigit bibir Sinta hingga berdarah, Sinta merasa kesakitan, dia berteriak dalam bungkaman bibir Daffin.     

Sinta sudah tidak tahan lagi, tubuhnya lemas dan hampir saja pingsan.     

merasakan Sinta sudah tidak melawannya lagi, Daffin melepaskan bibirnya dan menyeka bibirnya yang penuh darah yang dia hasilkan dariei bibir Sinta.     

Sinta terengah-engah dia langsung mencari udara segar karena dia sudah kehabisan nafas.     

Daffin menatap wajah Sinta dan melihat masih banyak darah yang mengalir dari bibirnya.     

Daffin mengambil tissu dan membantu membersihkan darah yang masih keluar dari bibir Sinta.     

Sinta merebut tissu itu dan mencoba membersihkannya sendiri.     

Sinta diam dan tidak berbicara apa pun pada Daffin, dia takut salah bicara dan Daffin semakin marah padanya.     

Daffin menatap wajah Sinta dan berkata "Sinta, hukuman kamu belum selesai!" ucap Daffin dengan suara menakutkan.     

Sinta mengangguk dan menjawab "aku tahu, jika aku memang bersalah, silahkan hukum aku. aku akan menerimanya, asalkan kamu tidak marah lagi padaku! ucap Sinta dengan pasrah.     

Dia tidak bisa menolak dan apapun yang terjadi dia memang sudah menjadi miliknya Daffin, jadi dia akan menerima konsekuensinya.     

Daffin tersenyum dingin dan berkata "bagus, sangat bagus! kamu akan tahu hukuman apa yang akan kamu terima setelah ini!" ucap Daffin, dia menyalakan mobilnya dan memacu kembali mobilnya menuju tempat yang Sinta tidak tahu entah kemana.     

Yang difikirkan Sinta saat ini adalah ,ketakutan tentang hukuman yang akan Daffin berikan padanya.     

hingga mereka sampai disebuah hotel yang tidak jauh dari tempat mereka tadi berhenti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.