My Husband from My First Love

Revisi



Revisi

0Daffin menatap wajah Sinta dan bertanya "kenapa tiba-tiba diam?"     

"aku ... aku ... tidak ingin mendapatkan hukuman seperti tadi lagi, kamu boleh hukum aku dengan apapun tapi tidak seperti tadi," ucap Sinta, dia menunduk dan wajahnya masih ada sisa-sisa keringat yang basah karena percintaan panasnya tadi.     

Daffin tertawa keras.     

"hahhahaha ... kamu takut dengan hukuman tadi?"     

Sinta mengangguk dan menyembunyikan wajahnya ke dada Daffin yang menempel dengan tubuhnya.     

Daffin tertawa lagi, dia hanya berniat untuk main-main saja tapi ternyata Sinta menganggap itu benar-benar hukuman untuknya.     

Dia juga tidak mungkin tidak memberikan tubuhnya untuk Sinta karena hasrat dia lebih besar dari pada Sinta, kalau benar-benar melakukannya sama saja dia membunuh dirinya sendiri.     

Daffin tertawa keras, dia menertawakan Sinta yang benar-benar sangat polos.     

Sinta semakin merasa malu, dia tidak ingin melihat wajah Daffin, dia terus menyembunyikan wajahnya di dada Daffin.     

setelah puas tertawa Daffin berhenti dan mengusap rambut Sinta, dia mulai serius kembali.     

"sayang, coba sini lihat aku dulu!"     

Sinta mengangkat wajahnya kembali dan melihat kearah Daffin lagi.     

"ada apa?"     

"kamu tidak menjelaskan kejadian tadi padaku?" ucap Daffin, dia masih sangat penasaran mengapa Sinta mau dipeluk oleh Jeffery.     

Sinta menghela nafas pendek dan menjawab "aku ingin menjelaskan tapi kamu sangat menakutkan, jadi aku memilih untuk diam saja, dari pada nanti kamu lebih marah lagi padaku," ucap Sinta dengan wajah sedih.     

Daffin merasa menyesal karena tadi sempat kasar pada Sinta.     

"aku minta maaf ya! aku merasa tidak suka saja, wanita milikku disentuh pria lain terlebih pria brengsek semacam dia!" ucap Daffin, dia mengingat berita-berita yang menyudutkan Sinta, membuat Daffin ingin membunuh Jeffery saat itu juga.     

"aku juga minta maaf sayang, karena aku tidak meminta izin sama kamu, aku tahu jika aku salah, makanya aku siap menerima hukuman apapun dari kamu!" ucap Sinta, wajahnya terlihat akan menangis.     

Daffin mencium kening Sinta dan berkata "oke ... oke, berhenti menyalahkan diri kamu sendiri, sekarang ceritakan semuanya! aku hampir salah faham dan hampir saja menyakiti kamu tadi, untung saja aku tidak membunuh kalian berdua tadi!" ucap Daffin sambil menghela nafas pendek, dia benci diselingkuhi karena pengalamannya terdahulu membuat Daffin sangat membenci perselingkuhan, hampir saja dia gelap mata tadi, jika saja Sinta tidak menurut padanya mungkin Daffin akan benar-benar membunuhnya saat itu juga.     

Sinta menegang tangan Daffin dan berkata "aku ... aku diancam Jeffery! tadi di kantor dia memaksa aku untuk mau bertemu dengannya, aku ... aku, tidak ingin mengatakannya karena aku tidak ingin merepotkan kamu, lalu pelukan itu! Jeffery tiba-tiba memeluk aku, aku sudah meronta dan berteriak meminta untuk dia melepaskan aku. tapi, kekuatan sangat besar jadi tidak bisa melepaskan diri darinya."     

Sinta menghela nafas dan melanjutkan ucapannya "kalau kamu tidak percaya aku, aku tidak memiliki kata-kata lain karena hanya itu kenyataannya. Aku memang masih mencintainya tapi aku tidak ingin hatiku sakit lagi gara-gara dia, dia akan bertunangan Minggu depan dan di kantor tadi aku dengan jelas melihat mereka begitu mesra, tapi setelah Amanda pergi dia terus menggoda aku dan mengatakan jika dia mencintai aku."     

Sinta menutup matanya dan air mata pun mulai mengalir, pemandangan tadi pagi didalam ruangan Jeffery benar-benar membuat hatinya sangat sakit, sakitnya seperti ribuan jarum yang terus menusuk hatinya tanpa henti.     

Daffin memeluk Sinta dengan erat, dia mengerti rasa sakitnya, dia tahu sakitnya di khianati seperti apa, apalagi di beri harapan kosong yang tidak ada kejelasan sama sekali, itu lebih menyakitkan.     

"sayang, dia mengancam apa? sehingga kamu menuruti dia untuk bertemu di taman itu?"     

Sinta menyeka air matanya dan menjawab "dia akan membuat berita palsu jika aku ini adalah wanita simpanannya dan aku ini yang selalu menggodanya demi uangnya, aku memang menggoda pria agar aku mendapatkan uang, tapi uang itu bukan untuk aku tapi demi pengobatan nenek, kalau bukan demi nenek mana mungkin aku menjual tubuhku kepadamu. hiks ... hiks ... hiks, sayang apakah aku sekotor itu? apakah aku semurahan itu? sehingga semua orang mengatakan jika aku ini wanita murahan yang hanya menggoda pria kaya demi uang! aku ... aku, memang sudah tidak memiliki harga diri sama sekali!"     

Sinta terus menangis didalam pelukan Daffin, Daffin merasa sangat bersalah karena dia tidak bermaksud memandang rendah Sinta, tapi dia memang membutuhkan seorang istri untuk membungkam kakeknya yang selalu mengenalkan banyak wanita yang bukanlah tipe dia, tapi Sinta wanita yang berbeda, Daffin merasa nyaman saat bersama dengannya. Itulah mengapa dia mau menikahinya dan memberikannya uang 10 milyar sebagai mas kawin bukan harga untuk membeli harga dirinya atau pun tubuhnya karena itu hanya alasan Daffin saja agar Sinta menurut padanya.     

"sayang, jangan katakan itu lagi! kamu istri aku secara sah dan hukum, mana ada kamu murahan! kamu menggoda suami kamu sendiri sangatlah wajar, bukankah itu kewajiban istri untuk menyenangkan suaminya? jangan menganggap diri kamu seperti itu lagi, kamu milikku hanya milikku tidak ada satu orang pun menyentuh kamu, menyakiti kamu bahkan melakukan banyak hal yang buruk pada kamu, ingat sayang! kamu memiliki aku, kamu tahukan siapa aku?" ucap Daffin, dia menahan emosinya, karena dia tahu seberapa besar penghinaan yang Sinta alami selama memiliki hubungan dengan Jeffery.     

Sinta menatap wajah Daffin dan berkata "iya kamu suami aku, aku hampir melupakannya, aku minta maaf karena melupakan status itu. sayang, terima kasih karena sudah banyak menolong aku dan juga terima kasih karena sudah percaya aku. Tapi rumor diluar sana, kamu tidakkah jijik dengan aku?" ucap Sinta dengan lirih.     

"rumor apa? rumor tentang kamu menggoda Jeffery dan rela naik ke tempat tidurnya dan memberikan tubuh kamu untuknya demi uang?"     

Sinta mengangguk dan menjawab "iya itu, satu kantor terus menghina aku gara-gara isu itu dan sampai sekarang saja masih ada yang membicarakan hal itu Padahal itu sudah lama sekali. Sayang apakah kamu percaya jika aku belum pernah disentuh oleh Jeffery karena prinsip aku pegang terus, aku tidak akan memberikan tubuh aku sebelum sah dalam ikatan pernikahan, tapi malam itu? aku memang sudah tidak memiliki jalan lain. eerrr ... aku minta maaf karena malam itu aku malah menggoda kamu! aku minta maaf ya!" ucap Sinta, dia menggigit bibirnya karena dia merasa sangat bersalah.     

Daffin tertawa keras dan berkata "hahahahha, kenapa harus minta maaf?! aku bahkan merasa sangat bahagia karena mendapatkan wanita yang masih murni dan, uuhhh ... sangat lezat!"     

Sinta terkejut, dia baru saja menceritakannya tapi Daffin sudah mengetahuinya.     

"sayang, kamu tahu darimana kalau aku masih gadis dan belum disentuh pria manapun?"     

Daffin berbisik ditelinga Sinta dan berkata "karena kamu sangat sulit untuk ditembus, aku baca dibuku pelajaran biologi jika wanita sulit untuk menembusnya itu berarti dia wanita yang masih suci. Aku beruntung mendapatkan kamu sayang!" ucap Daffin, dia terkekeh sendiri.     

dia menarik wajahnya dan kembali melihat kearah Sinta dengan senyum nakalnya dia melanjutkan ucapannya "jadi rumor diluar sana adalah gosip jahat yang disebarkan oleh seseorang, aku siap menjadi saksi nyata karena akulah orang yang pertama memiliki kamu sayang."     

Sinta tersipu malu, karena ternyata pria juga bisa membedakannya, Sinta mengumpat dirinya sendiri "shitt ... sangat memalukan sekali, dia sudah tahu semuanya ternyata!"     

wajah Sinta memerah karena malu dan Daffin paling suka melihat wajah Sinta yang seperti ini, dia merasa gemas dan tanpa mengatakan apapun dia mencium bibir Sinta dan menghisapnya begitu dalam.     

hanya sebentar, Daffin pun melepaskannya kembali.     

Sinta tersenyum kearah Daffin karena Daffin sudah tidak marah lagi padanya.     

setelah mengobrol dan berakhir dengan berbaikan, Sinta merasakan perutnya sangat lapar, karena dimakan habis oleh Daffin tubuhnya merasa lemah dan tak bertenaga sehingga dia membutuhkan makanan untuk asupan tenaga baru.     

Sinta yang masih dalam pelukan Daffin pun berkata "sayang, aku lapar! hhhmm ... bisakah kita mencari makan?"     

"kamu lapar? ayo kita makan sekarang, kebetulan sudah masuk jam makan malam ya!" Daffin melepaskan pelukannya dan mencari ponselnya, dia melihat sudah pukul 20.00 WIB.     

"sayang, pakai pakaian kamu, ayo kita makan malam dulu!" ucap Daffin, dia hendak bangun namun Sinta menariknya, dia masih ingin dipeluk Daffin.     

"sayang, jangan pergi!"     

Daffin merasa senang, Karena Sinta sepertinya sudah semakin manja padanya.     

"ada apa?" ucap Daffin, dia memeluk Sinta kembali.     

"aku tidak ingin makan diluar, err ... bolehkah kita makan disini?" ucap Sinta dengan suara manja.     

dia sebenarnya bukan takut kehilangan Daffin tapi tubuhnya sangat lemas dan malas untuk bangun dari tempat tidur, sehingga dia membuat alasan itu, agar Daffin menuruti keinginannya dan benar saja Daffin menurutinya, dia mengambil telepon dan memesankan makanan agar bisa diantarkan ke kamar mereka.     

setelah selesai menelepon, Daffin memeluk Sinta kembali dan mereka berdua saling membuka hatinya dan belajar menerima hubungannya sedikit demi sedikit.     

semoga dari awal saling menghargai dan saling membutuhkan akan ada benih cinta yang tulus diantara mereka berdua.     

note :     

( mohon maaf auto terlalu bucin ya? hahahhaha)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.