My Husband from My First Love

Revisi



Revisi

0Sinta yang berjalan lemas, karena perasaan langsung terasa tidak nyaman karena bertemu Jeffery didepan gedung kantornya.     

hatinya terasa sesak dan sulit untuk menerima semuanya dengan mudah, Sinta memulai pekerjaannya dengan membersihkan toilet di area karyawan. Dia berjalan menunduk untuk menyembunyikan wajah sedihnya, dia tidak ingin diketahui siapa pun jika dia sedang bersedih, cukup dirinya saja yang merasakannya.     

Sinta mengambil peralatan kebersihan untuk membersihkan kamar mandi.     

Sambil membawa peralatan dan dia pun berjalan menuju toilet. Dari belakang ada seseorang yang memanggilnya.     

Sinta menoleh dengan wajah lesunya dan melihat jika itu adalah Aisyah teman dekatnya, Aisyah adalah teman satu-satunya yang dekat dengan Sinta, Sinta orang yang pendiam dan selalu menutup dirinya semenjak dia berpisah dengan Jeffery dia berubah menjadi pendiam dan pemurung.     

Aisyah melihat wajah Sinta yang lesu dan terlihat banyak kesedihan yang dia sembunyikan.     

"Sin, ada apa?"     

Sinta menggelengkan kepalanya dan menjawab "aku tidak apa-apa!" ucap Sinta dan hendak meninggalkan Aisyah.     

Aisyah memegang tangan Sinta.     

"tunggu! Sin, apakah kamu sudah bertemu dengan pak Jeff?"     

Sinta menoleh dan mengangguk.     

Aisyah memeluk Sinta dan berkata "si brengsek itu, untuk apalagi menemui kamu! dia sudah mengurung kamu disini dan tidak membebaskan kamu dengan kontrak kerja yang tidak masuk akal itu dan sekarang dia sudah memiliki calon tunangan dan ingin mengganggu kamu lagi!" ucap Aisyah dengan penuh amarah, dia kesal dengan sikap Jeffery yang sengaja menahan Sinta tapi dia sudah menyakitinya.     

"mau apa sih dia sebenarnya? aku heran dengan dia, dia mengatakan jika dia mencintai kamu dan segala macam kata-kata manisnya bahkan dia berjanji akan menikahi kamu setelah kembali dari luar negeri, tapi nyatanya? arrgghh ... aku ingin mengacak-acak wajahnya yang sok tampan dan mengesalkan itu!" Aisyah semakin terbakar amarah dan Sinta hanya bisa menangis.     

Aisyah melihat wajah Sinta dan membantunya untuk menghapus air matanya.     

"Sinta, lupakan pria brengsek itu, untuk apa kita mengharapkan pria yang jelas-jelas sudah mencampakkan kita, masih banyak pria tampan yang jauh lebih baik dari dia. dia memang kaya, tapi orang kaya selalu seenaknya saja dengan menggunakan uangnya dia bisa melakukan apa saja! Sinta lebih baik jangan berhubungan dengan pria kaya lagi, mereka hanya bisa mempermainkan perasaan kita saja," ucap Aisyah sambil membantu menghapus air matanya.     

Sinta mengangguk dan menjawab "kamu benar, pria kaya semuanya sama, hanya bisa mempermainkan perasaan wanita apalagi aku hanya wanita miskin yang tidak memiliki apa-apa, terima kasih Ai, kamu selalu ada disisiku, aku bersyukur memiliki sahabat seperti kamu!" ucap Sinta sambil menunduk.     

Aisyah merasa bersalah karena beberapa hari yang lalu dia tidak bisa memberi pinjaman uang untuk Sinta.     

"Sin, aku minta maaf kemarin aku tidak bisa meminjamkan uang sama kamu, karena kamu tahu kan jika ibu aku juga sedang berobat jalan jadi?"     

Sinta mengerti dan dia menepuk bahu Aisyah.     

"kamu tidak perlu khawatir, aku mengerti keadaan kamu!" ucap Sinta, dia tersenyum menandakan jika dirinya tidaklah marah padanya.     

Aisyah tersenyum bahagia, karena Sinta tidak marah padanya.     

"terima kasih Sinta, aku benar-benar merasa senang karena kamu tidak marah padaku. ngomong-ngomong bagaimana dengan nenek kamu? apakah dia baik-baik saja?"     

Sinta mengangguk dan menjawab "siang ini nenek aku di operasi dan jam makan siang mungkin aku akan izin untuk ke rumah sakit, aku kerja setengah hari saja, kasihan nenek aku tidak ada yang menemani karena hanya aku lah cucu satu-satunya, jadi nenek hanya memiliki aku!" ucap Sinta, dia tersenyum dan melihat jam dinding, dia harus segera memulai pekerjaannya,     

" Ai, aku kerja dulu ya! kamu kebagian kerja dimana?"     

Aisyah tersenyum cerah dan menjawab "aku bekerja bersama kamu lah, ayo kita selesaikan bersama ya!" ucap Aisyah, dia membantu Sinta untuk membawa peralatan kebersihan dan berjalan bersama menuju toilet.     

tidak lama kemudian mereka berdua pun sampai di toilet wanita dan mulai membersihkannya.     

setelah selesai, Aisyah dan Sinta pun keluar dari toilet dan tanpa Sinta sadari dia mengikat rambutnya karena merasa kepanasan dan keringat sudah membasahi leher dan wajahnya.     

saat Sinta mengikat rambutnya, Aisyah melihat ada tanda merah dileher dibawah telinga Sinta.     

Aisyah melotot dan bertanya "Sin, dileher kamu ada apa?"     

sinta terkejut dan segera menutupi tanda merah itu, dengan canggung dia pun berkata " oh, ini. aku gatal jadi aku geruk jadilah lecet merah seperti ini, Aduhh ... kalau keliatan orang lain, pasti akan jadi salah faham ya!" ucap Sinta, dia berbohong pada Aisyah karena sebenarnya itu bukan karena gatal tapi jejak tanda cinta yang Daffin tinggalkan tadi malam.     

Aisyah pun percaya karena setahu dia Sinta adalah wanita baik-baik jangankan melakukan hal kotor, di cium saja dia ketakutan. hanya Jeffery yang pernah menciumnya itu pun Sinta hanya diam saja tidak bisa membalasnya.     

"oh gitu, iya Sinta harus kamu sembunyikan nanti orang lain salah faham bisa gawat, hehehehe, " ucap Aisyah, dia tertawa karena melihat Sinta yang terlihat ketakutan.     

Sinta tersenyum canggung dan berusaha menutupi tanda merah yang terlihat itu.     

setelah selesai membersihkan toilet, Sinta dan Aisyah membersihkan lorong dan setiap tempat yang harus mereka bersihkan.     

hingga Sinta harus membersihkan ruangan Jeffery, ternyata dia dengan sengaja meminta kepala OG untuk menyuruh Sinta yang membersihkan ruangannya.     

Sinta menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan hatinya, dia tidak boleh menangis atau terlihat lemah didepan Jeffery.     

setelah menarik nafas dan menghembuskannya, Sinta masih berusaha menenangkan dirinya.     

setelah dirinya merasa tenang, Sinta berjalan menuju ruangan Jeffery.     

dia mengetuk pintunya dan yang membukanya adalah seorang wanita, wanita cantik dan berpakaian seksi, Sinta tahu wanita itu yang ada di televisi.     

Sinta menahan hatinya agar tidak menangis, dia terus berusaha menenangkan dirinya terus menerus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.