My Husband from My First Love

Revisi



Revisi

0setelah meninggalkan ruangan Jeffery, Sinta mengangkat panggilan telepon dari Daffin.     

"hallo."     

Daffin yang sedang duduk dikursi kebesarannya, dia tersenyum senang karena sudah 2x panggilan Sinta tidak menjawabnya dan pada panggilan ketiga, akhirnya Sinta menjawabnya.     

"sayang, kamu sedang apa?"     

Sinta menghapus air matanya dan berjalan menuju toilet. Dia berusaha tersenyum dan tidak ingin Daffin mengetahui jika dia baru saja selesai menangis.     

"aku baru selesai bekerja, kamu lagi apa? memangnya kamu tidak sedang sibuk?" ucap Sinta dengan suara sedikit gemetar, karena masih ada sisa-sisa kesedihan di dalam hatinya.     

Daffin merasa curiga, dia yang duduk santai menyandarkan tubuhnya di kursi langsung duduk tegak, dengan serius dia bertanya lagi "sayang, ada apa? kenapa suara kamu seperti itu?" ucap Daffin dengan nada penuh kekhawatiran.     

"sayang, aku tidak apa-apa, sungguh aku tidak apa-apa! oh ya, jam makan siang aku sudah meminta izin akan kerja setengah hari, aku mau menunggu nenek di rumah sakit, jadi kamu tidak perlu menjemput aku ya!" ucap Sinta, dia berusaha mengalihkan pembicaraannya karena dia tidak ingin Daffin tahu jika dia habis bertemu Jeffery dan menangis. Bahkan ancaman Jeffery yang menakutkan itu, Sinta tidak berani mengatakannya pada Daffin karena Sinta sadar dia hanya istri kontraknya saja dan juga Sinta tidak berharap banyak padanya.     

Sinta merasa trauma memiliki hubungan yang menyangkut tentang hati dan perasaannya terhadap pria kaya. Cukup Jeffery yang membuat hatinya hancur dan tidak ingin ada Jeffery versi lain yang menyakiti hatinya lagi.     

Daffin menghela nafas pendek dan berkata "nanti sore, aku akan menjemput kamu di rumah sakit, jangan terlalu sedih, tadi dokter memberi kabar kalau nenek kamu baik-baik saja, 50% operasinya pasti berhasil, jadi kamu harus belajar kuat ya!" ucap Daffin, dia masih sangat khawatir tentang Sinta yang terdengar jika dia baru saja menangis.     

"sayang, terima kasih ya! kalau begitu aku tutup dulu ya! aku harus bekerja lagi, supaya jam makan siang aku bisa dapat izin pulang. sampai ketemu nanti sore ya!" ucap Sinta, dia tersenyum cerah namun hatinya sedang gelap. Dia berusaha ceria didepan Daffin karena isi kontrak itu mengharuskan dia selalu ceria dan menyambut hangat Daffin sebagai suaminya.     

"iya sayang, kamu hati-hati ya! jika ada yang menyulitkan kamu, kamu katakan saja padaku, kamu mengerti kan?"     

"iya sayang, yang semangat ya kerjanya! aku tutup dulu ya!" ucap Sinta yang hendak menutup telpon namun Daffin langsung menyela "tunggu dulu, kamu belum memberikan aku sebuah ciuman?" ucap Daffin sambil tersenyum nakal.     

Sinta yang tadinya sedih merasa ingin tertawa saat mendengar Daffin mengatakan itu.     

"hhhmmmphhh ... haruskah itu? nanti saja ya! aku malu ada orang disini." ucap Sinta, dia beralasan dan juga berbohong.     

Daffin menjawab "kamu menjauh dari mereka dan cium aku! ayolah aku sudah menunggunya daritadi, hehhehehehe."     

Sinta tersipu malu, padahal mereka tidak saling menatap satu sama lain tapi kenapa dirinya bisa merasa sangat malu.     

Sinta tertawa kecil dan berkata "baiklah, tapi hanya sekali ya!"     

"iya, tapi nanti malam, hhhmm ... aku mau makan kamu lagi!"     

Sinta melotot dan berkata "aku ... aku ... masih terasa masih sakit, bisakah lusa saja?"     

Daffin berfikir sejenak dan berkata "baiklah, lusa tapi 3 putaran, bagaimana?" ucap Daffin sambil tertawa sangat keras, dia hanya ingin bercanda dengan Sinta agar dia tidak sedih lagi.     

Sinta semakin merinding membayangkan itu,     

"sayang, kamu gila! kamu mau membuat aku sampai pingsan karena kelelahan?" ucap Sinta dengan nada sedikit kesal.     

Daffin tertawa lagi dan menjawab "hahhahaha ... aku hanya bercanda, ya sudah sekarang mana ciuman untuk aku? ayolah, aku sudah menunggunya!"     

Sinta merasa tenang karena. ternyata Daffin hanya bercanda padanya.     

"hehe ... baiklah sayang, aku cium kamu sekarang, mmmuachh ... sudah ya!" ucap Sinta langsung mematikan ponselnya, dia tersipu malu dan segera menyimpan ponselnya ke dalam saku bajunya.     

Daffin tertawa dan berkata "selalu saja menggemaskan, ahhh aku merindukan kamu Sinta. sepertinya aku harus segera menyelesaikan semua pekerjaan yang banyak ini, ahhhh... semangat Daffin demi bertemu Sinta , hahhahaha... "     

Daffin mengambil berkasnya kembali dan dengan penuh semangat dia menyelesaikan semuanya.     

saat dia sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba terdengar pintu diketuk, Daffin merasa kesal dan berteriak "masuk!"     

pintu pun terbuka dan itu adalah Marco.     

Daffin menaikkan alisnya dan berkata "ada apa?"     

Marco duduk dan memberikan berkas informasi .     

"ini bos, bukankah Anda meminta semua data tentang Jeffery Alexander kan?"     

Daffin langsung menaruh berkas ditangannya dan meraih berkas yang Marco pegang saat ini.     

"oke, terima kasih."     

Daffin mulai membukanya dan melihat semua tentang Jeffery.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.