The Lost Love

Hubungan tanpa status (5)



Hubungan tanpa status (5)

0"Aku suka bau parfummu, Ken!" ucap Heni setengah berbisik.     

"Apa? Kau bilang apa barusan?" tanya Kenzo penasaran. Karena dia sungguh tidak mendengar ucapan Heni barusan.     

Heni kembali diam dengan sengaja dia enggan memberikan jawaban. Kenzo mengabaikan sejenak, dia kembali menginjak gas motornya untuk melaju lebih cepat.     

Akhirnya pun mereka tiba di sebuah tempat tongkrongan yang cukup sederhana namun terlihat sangat romantis. Semua lampu-lampu yang terpasang tampak remang-remang membuat para pengunjung tampak menikmati dengan suasana yang damai.     

"Wow, sepertinya kita salah tempat, Hen!" ujar Kenzo setelah tidak sengaja pandangannya tertuju pada pasangan yang sedang berciuman.     

"Mmh... Aku rasa tidak, tapi tempat ini cukup asyik. Aku sedang butuh tempat yang tenang, dengan nuansa yang sedikit romantis, Ken," sahut Heni dengan senyuman lembut menatap wajah Kenzo.     

Ada apa dengan Heni malam ini?     

Tanya Kenzo di dalam hatinya.     

"Hem, baiklah! Aku turuti maumu malam ini, Tuan Putri!" balas Kenzo dengan menggodanya.     

Lantas mereka pun melangkah bersama memasuki cafe tersebut lalu memilih sebuah meja dan kursi di pojok ruangan.     

"Tadinya, aku ingin mengajakmu ke club malam seperti biasanya," ujar Heni sambil menarik kursi untuk mendudukinya.     

"Oh ya? Lalu?" sahut Kenzo menanggapi.     

"Oh my God..." Heni berseru kemudian setelah menyadari perubahan wajah dan rambut Kenzo.     

Kenzo mengangkat kedua alisnya ke atas, tampak heran.     

"Ken... Rambutmu..."     

"Oh, hahaha... Why? Jelek ya?" imbuh Kenzo sekenanya.     

"Ti-tidak! Tapi justru... Aku sangat menyukainya, bagaimana ini?" Heni meringis sambil menggigit ujung jemarinya.     

"Bagaimana apanya? Ada apa dengan ekspresimu itu?"     

"Bagaimana jika aku jatuh hati padamu untuk yang kesekian kalinya?" jawab Heni terus terang.     

"Akh, ayolah... Heni, jangan menggodaku demikian, kau membuatku mati kutu saat ini."     

"Aku serius!" jawab Heni menegaskan.     

Kenzo terdiam seraya memandang wajah Heni lekat-lekat. Begitupun Heni yang membalas pandangan mata Kenzo padanya.     

"Ehm... Maaf!" ucap Heni kemudian.     

"Kenapa kau minta maaf?"     

"Karena aku mengucapkan lagi kata-kata yang seharusnya tidak aku katakan!"     

"Katakan padaku, apa yang kau bicarakan padaku saat di jalan tadi. Aku tidak mendengarnya dengan jelas." Kenzo mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin terus terlihat canggung dan salah tingkah.     

"Aku suka wangi parfum mu," jawab Heni cepat.     

"Sungguh? Hanya itu yang kau katakan padaku tadi? Hahaha... Aku yakin ada lagi yang kau katakan padaku, ayolah... Kau tidak bisa membohongiku lagi," ujar Kenzo sambil tersenyum nakal menggoda Heni.     

"Sungguh... Aku tidak bohong," sahut Heni disertai dengan senyuman pula.     

Mereka saling bergurau dengan candaan-candaan kecil, rayuan, gombalan, dan godaan-godaan kecil lainnya hingga di tengah tawa riang mereka. Alona mengirim pesan singkat pada Kenzo, seketika Kenzo menarik kembali tawanya.     

Dia menatap layar ponselnya dengan serius membaca pesan dari Alona. Yang menceritakan tentang kondisinya yang sudah mulai pulih serta dengan jujur pula Alona mengatakan bahwa ayahnya menjodohkannya dengan laki-laki lain.     

Heni melihat ada kecemasan dan kekecewaan di raut wajah Kenzo saat ini setelah menatap dalam-dalam layar ponselnya saat ini.     

"Ken..." panggil Heni. Namun, Kenzo masih menatap layar ponselnya dengan serius seraya mulai mengetik keyboard ponselnya dengan mengirim balasan pada Alona.     

"Ken!" panggil Heni kembali.     

Kenzo tersentak seketika menoleh ke arah Heni.     

"Kau baik-baik saja? Apakah pacaramu yang mengirim pesan barusan? Atau kalian sedang ada masalah? Atau dia tahu kita sedang..."     

"Ssstttt... Ini tidak ada hubungannya denganmu, Heni. Kau tenang saja," sahut Kenzo menyela. Dia tidak ingin membuat Heni merasa tidak nyaman dan bersalah meski kenyataannya dia memang bersalah.     

Hubungan yang di jalani dengan jarak jauh memang tidaklah mudah di jalani. Terkadang, saat jenuh melanda, rasa ingin menyerah dan melepasnya selalu menjadi pilihan yang di anggap terbaik.     

Seperti itu lah yang saat ini terjadi pada Alona dan Kenzo, hubungan mereka mulai di terpa banyak penggoda dan hadirnya orang ke tiga selalu.     

Tak peduli, meski mereka selalu berusaha keras untuk menghindarinya, rasa rindu yang terlalu dalam selalu menjadi dorongan kuat untuk mencoba hal baru agar rasa rindu terlampiaskan.     

"Ken..." panggil Heni kembali dengan suara pelan. Dia tak ingin mengganggunya, namun dia harus mengatakan sesuatu yang penting pada Kenzo saat ini.     

"Ya? Upz, maaf. Kita jadi lupa memesan minuman dan makanan untuk menemani kita. Tapi kenapa tidak ada pelayan yang melayani kita kemari?" sahut Kenzo tampak kebingungan mencari seorang pelayan.     

Cafe itu memang sangat ramai pengunjung malam ini, itu karena malam ini adalah malam minggu dimana para pasangan akan mencari tempat tongkrongan yang asyik dan romantis untuk berdua.     

Entah kenapa Kenzo sampai lupa malam ini adalah malam minggu. Dia memanggil seorang pelayan yang terlihat baru saja selesai melayani sepasang pengunjung yang hadir malam ini.     

"Selamat malam, Mas dan Mbak. Silahkan mau pesan minuman dan makanan apa?" tanya pelayan itu begitu menghampiri Kenzo.     

Kenzo dan Heni menyebutkan makanan ringan dan jus buah untuk menemani mereka bersantai malam ini.     

Setelah pelayan itu pergi untuk menyiapkan pesanan mereka, Heni memulai untuk bicara lebih dulu.     

"Ken, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Heni dengan suara pelan.     

"Astaga, ada apa denganmu malam ini, Heni? Ayolah, jangan membuatku tidak nyaman dengan sikapmu yang tidak seperti biasanya ini." Kenzo tertawa kecil menggoda Heni dengan mengerlingkan matanya pada Heni.     

"Aku serius. Kali ini aku sungguh serius..." ujar Heni dengan serius. Membuat Kenzo menghentikan senyumannya seketika.     

"Oke! Maafkan aku, katakan ada apa?"     

"Apa kau akan bersedih jika aku pergi jauh darimu?"     

"Hei, ada apa dengan pertanyaanmu itu? Apa kau akan pergi? Kemana? Piknik? Hahaha..." Kenzo kembali tertawa mengerjainya.     

"Kenzo!" panggil Heni dengan nada tinggi.     

Kenzo terdiam seketika dan menatap serius wajah Heni.     

"Aku akan pergi dan tinggal di luar kota. Untuk masuk universitas jurusan yang aku cita-citakan selama ini, dan aku tidak tahu kapan bisa kembali lagi ke kota ini, mungkin setahun, dua tahun, atau mungkin sampai aku wisuda nanti."     

Kenzo tersentak. Dia kian tertegun seraya mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat. Terkejut, sudah tentu. Tapi bukan hanya itu, entah kenapa Kenzo begitu teramat sedih mendengar Heni akan jauh darinya.     

Apakah dia memang selalu di takdirkan jauh dari orang-orang yang membuatnya merasa nyaman?     

"Kapan? Ehm, kapan kau akan pergi?" tanya Kenzo lirih.     

"Besok!" sahut Heni tegas.     

Kenzo menarik napasnya dan menahannya sesaat.     

"Dan kau sengaja baru mengatakannya malam ini? Di tempat ini? Di tempat yang romantis ini? Woah..." Kenzo membuang napas panjang.     

"Maafkan aku, Ken! Aku pun baru mendapatkan hasil ujianku untuk masuk di universitas itu. Aku pun terkejut, tapi sungguh... Aku tidak bermaksud seperti yang kau pikirkan saat ini padaku." Heni tampak sedih dan merasa bersalah melihat ekspresi Kenzo yang tampak terkejut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.