The Lost Love

Jaket dan Sepatu



Jaket dan Sepatu

0Tiba dimana hari Alona akan kembali ke Luar Negeri setelah beberapa bulan melewati masa cuti liburannya di kota kelahirannya di Indonesia. Rasa sedih, rasa takut, rasa bimbang, tentu sudah sangat menyelimuti dan mengusik hatinya begitu juga dengan Kenzo.     

Alona sengaja menemui Kenzo satu hari sebelum dia kembali ke Luar Negeri dan menghabiskan waktu bersama sejak siang tadi untuk melepas perpisahan sebelum mereka kembali menjalani hubungan jarak jauh nantinya. Kenzo memberikan sebuah miniatur bola kristal dimana di dalamnya terdapat pula miniatur sepasang kekasih menatap lautan luas.     

Kenzo sengaja memasannya untuk membuat Alona selalu mengingat masa-masa mereka ketika selalu bersama, Alona pun memberikan sebuah jaket mahal dan sepasang sepatu untuk Kenzo yang sengaja dia beli beberapa hari yang lalu. Kenzo tampak enggan untuk menerima pemberian Alona tersebut.     

"Sayang, kenapa kau memberikan jaket dan sepatu mahal ini?" tanya Kenzo ketika menerima pemberian Alona tersebut.     

"Hem, kenapa, Ken? Kau tidak menyukainya?" tanya Alona heran.     

"Emh, tidak. Tapi, aku tiba-tiba mengingat mitos yang selalu di percayai oleh orang-orang sejak dulu bagi yang sudah memiliki pasangan," jawab Kenzo dengan ragu-ragu. Pikirannya memang sedikit kacau karena setelah ini dia akan kembali jauh dengan Alona, wanita yang dicintainya.     

"Mitos?" tanya Alona lagi. Dia memang terlihat tidak tahu kemana maksud arah Kenzo berbicara.     

"Iya, mitos konyol yang selalu tidak ingin aku percaya. Tapi entah kenapa setelah menerima ini darimu, hatiku sedikit bergidik. Konon, sepasang kekasih tidaklah di perbolehkan untuk memberikan pasangan kita sebuah jaket dan pakaian lainnya. Karena nantinya hubungan mereka mungkin saja akan berakhir dan kandas di tengah jalan."     

"Pfffttt… Jadi, apa kau percaya hal itu, Ken? Hahaha, aku memang pernah mendengar mitos itu. Tapi aku tidak ingin dan tidak akan mempercayainya, jadi kuharap kau pun begitu, Ken!" jawab Alona disertai dengan tawa kecil.     

Kenzo akhirnya pun ikut tertawa karena melihat Alona terus tertawa begitu. Rasanya dia tak ingin melepas dan membiarkan senyuman itu akhirnya jauh lagi darinya.     

"Alona…" panggil Kenzo seraya menggenggam kedua tangan Alona.     

"Hem?" sahut Alona sambil menangkat kedua alisnya, dia menunjukkan rina wajah kebahagiaan karena melihat wajah Kenzo saat ini.     

"Aku harap, kamu akan selalu menjadi Alona yang aku kenal dan aku cintai saat ini. Tolong jangan pernah menyerah apapun yang akan mungkin terjadi untuk memisahkan hubungan kita nantinya," ujar Kenzo kembali berbicara.     

"Ken… Aku harap kau pun begitu, kau tahu apa yang saat ini sangat aku takutkan?" jawab Alona sambil mengeratkan genggaman tangan Kenzo.     

"Mmh…" Kenzo tampak berpikir mencoba menebaknya.     

"Aku takut perlahan kau mulai jenuh dan bosan dengan hubungan ini. Karena saat aku jauh nanti, kau akan…"     

Cup!     

Kenzo mengecup singkat bibir Alona sehingga dia seketika berhenti bicara.     

"Ih, Kenzo!" hardik Alona sambil memelototinya.     

"Hihihi…" Kenzo tertawa kecil dan cekikian tak karuan seolah dia memang benar-benar bahagia melihat Alona tersipu malu.     

Malam pun datang, Alona hendak kembali pulang setelah satu hari ini dia bersama Kenzo. Namun, Kenzo yang sengaja mengantar Alona sampai di dekat rumahnya, menarik tangan Alona sehingga Alona kembali berbalik badan dan menatap wajah Kenzo.     

"Alona, tunggu!"     

Alona menatap wajah Kenzo dalam-dalam di bawah sinar gemerlap lampu di sisi jalan, Kenzo terlihat sedih menatap wajah Alona saat ini. Alona tak dapat pula menahan dirinya, tanpa menunggu aba-aba lagi Alona segera memeluk tubuh Kenzo dengan sangat erat.     

"Ken, kenapa waktu begitu cepat sekali berlalu?" tanya Alona setelah memeluk tubuh Kenzo.     

"Tidak bisakah kau memberiku waktu lebih lagi untuk bersamamu?" jawab Kenzo menanggapi.     

Sontak saja Alona segera melepas pelukannya dari tubuh Kenzo. "Jangan membuat hatiku goyah lagi, Ken!" sahut Alona dengan suara parau.     

Kenzo tersenyum sambil menangkap kedua pipi Alona sehingga terasa begitu hangat di rasakan oleh Alona. Dia pun lantas menyentuh kedua tangan Kenzo yang memegangi kedua pipinya, mereka saling berpandangan sesaat. Dan lagi lagi mereka berciuman bibir dengan lembut dan mesra. Kemudian Alona melingkarkan kedua tangannya di pinggang Kenzo, membuat Kenzo semakin mesra melumat bibir manis Alona.     

Sesaat keduanya tersadar bahwa kini mereka ada di sisi jalan dan tepatnya lagi dekat dengan rumah Alona, segera mereka menghentikan sesapan demi sesapan mereka pada bibir masing-masing yang telah basah. Kemudian mereka saling memandang kembali sejenak, Kenzo tersenyum lembut seraya mengusap bibir Alona yang telah basah olehnya.     

"Pergilah!" titah Kenzo lirih.     

Alona mengangguk, seraya meraih tangan Kenzo dan menggenggamnya dengan erat. Entah kenapa meski sudah mulai terbiasa dengan adanya hubungan jarak jauh, namun masih saja terasa begitu berat untuk kembali menjalaninya. Alona kembali memeluk tubuh Kenzo erat, sangat erat.     

"Ken, aku harap jangan percaya dengan mitos yang kau katakan tadi. Kau membuatku takut," sahut Alona kembali.     

"Tsk, hahaha… Aku hanya bercanda, sudahlah. Jangan memikirkannya lagi, kita akan sama-sama menjalani hubungan ini kita akan sama-sama menjaga hubungan ini, kita akan tetap saling setia, kita akan saling menjaga hati kita."     

Alona mengangguk mantap dengan penuh keyakinan bahwa hubungannya dengan Kenzo akan baik-baik saja seperti saat ini. tak peduli meski halangan apapun yang menentang dan berusaha memisahkan.     

"Andai ayah masih merestui hubugan kita, Ken! Aku ingin kau mengantarku ke bandara besok, tapi…"     

"Apa kau ingin aku mengantarmu ke bandara besok? Jika kau sangat menginginkannya, aku akan melakukannya." Kenzo berbicara dengan tegas dan penuh keyakinan.     

"Eh, tidak, Ken! Jangan! Jangan lakukan, aku tidak ingin kau merasakan lagi yang hanya akan membuatmu sakit hati lagi nantinya. Aku tidak mau itu terjadi," cegahnya meminta dengan raut wajah sedih. Dia masih sangat trauma dan tak ingin membuat Kenzo kembali merasakan yang sudah pernah terjadi malam itu.     

"Baiklah, baiklah. Jangan sedih begitu, aku hanya akan mengantarmu melalui doaku, aku hanya akan mengawasimu melalui Tuhanmu dan Tuhanku," sahut Kenzo mencoba menggoda Alona dan mengembalikan suasana hatinya.     

Lantas dengan berat hati, Alona melepas genggaman hati Kenzo lalu beranjak pergi. Dia melangkah menuju rumahnya, Kenzo masih berdiri di tempat menatap punggung Alona sampai akhirnya dia menghilang dari pandangan Kenzo. Tadinya Kenzo berharap Alona menoleh kembali ke belakang namun, dia justru tidak menoleh dan hanya terus menatap punggung Alona tanpa Alona menolehnya.     

Akan tetapi, begitu Alona memasuki halaman rumahnya dia terduduk begitu saja karena mendadak langkah kedua kakinya begitu lemas. Semua itu lantaran dia merasa sangat sedih dan berusaha menahan kesedihan yang mendalam, betapa dia sangat ingin menoleh kembali dan melihat wajah Kenzo sepuasnya sebelum dia benar-benar kembali jauh darinya esok.     

"Ken… Aku mencintaimu! Aku mencintaimu!" ucap Alona sambil meringkuk tubuhnya yang duduk tengah halaman rumahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.