The Lost Love

Berkat Tuhan



Berkat Tuhan

0Alona terdiam menundukkan kepalanya setelah sang ayah berkata tegas.     

"Pak, Alona sungguh ingin pergi berbelanja." Alona mengulang ucapannya dengan suara parau.     

Sang ayah pun menatap tajam wajah Alona dan menghempaskan napas panjang.     

"Pergilah!" sahut sang ayah dengan cetus.     

Alona segera beranjak bangun dengan wajah dan tatapan mata yang berbinar-binar setelah sang ayah akhirnya mengiyakan. Kemudian dia pergi menuju kamar sementara sang ayah masih duduk di ruang tengah. Alona mengirim pesan pada Kenzo bahwa dia ingin kembali menemuinya sore ini.     

Dengan senang hati Kenzo mengiyakan dan segera ingin waktu sore tiba. Setelah akhirnya sore tiba, jam kerja Kenzo berakhir dia pun bergegas untuk segera menuju halaman parkir. Dengan tergesa-gesa dia menyalakan mesin motornya dan melaju pergi dengan kecepatan tinggi.     

Alona sudah menunggu lebih dulu di tempat dimana dia akan bertemu dengan Kenzo setelah ini. Dia menunggu dengan gelisah dan sesekali melihat ke sekeliling karena takut akan pengawasan sang ayah. Sesaat kemudian Kenzo datang memasuki halaman sebuah mall besar, melihat Kenzo datang Alona langsung saja melambaikan tangan pada Kenzo.     

"Hai…" sapa Kenzo pada Alona.     

Alona mengulas senyuman manis namun kedua matanya sudah mulai berkaca-kaca. Lantas Kenzo langsung memeluknya dengan erat, dia tahu jika Alona saat ini sedang sedih dan dipenuhi rasa bersalah saat menatap wajah nya. Alona memeluk erat tubuh Kenzo ketika di peluk erat olehnya.     

"Semua akan baik-baik saja, jangan menatapku begitu." Kenzo mengusap lembut pipi Alona ketika sedang berhadapan.     

"Hem, kita hadapi bersama. Hari ini kita akan senang-senang," ujar Alona sambil menggenggam erat tangan Kenzo.     

Lantas kemudian mereka pergi bersama mengelilingi mall tersebut, Kenzo menemani Alona berbelanja banyak perlengkapan dan kebutuhan yang dia inginkan. Kenzo menemani dengan sabar bahkan mereka penuh canda tawa dan suka cita, sampai hari mulai petang mereka lanjut makan malam.     

"Alona, malam ini kau mau mampir ke kedai ayahku?" tanya Kenzo sambil menikmati hidangan makanan di depannya.     

"Apakah boleh?" tanya Alona menanggapi.     

"Mengapa tidak?" sahut Kenzo.     

Alona melirik jam di tangannya sejenak. "Baiklah, tapi aku tidak bisa lama disitu. Ehm, kau tahu mengapa begitu." Alona menjawab dengan ragu-ragu.     

"Hem, aku mengerti," jawab Kenzo dengan helaan napas panjang.     

Mereka pun pergi dan menuju kedai kopi ayah Kenzo. Begitu tiba di kedai, Alona di sambut ramah dan senang oleh ayah dan ibu Kenzo layaknya putri mereka sendiri.     

"Alona, tante buatkan cemilan yang enak ya, kamu duduk santai dulu disini temani Kenzo," ucap ibu Kenzo padanya.     

"Eh, tidak usah tante. Alona hanya sebentar disini," jawab Alona menahan lengan ibu Kenzo yang hendak pergi.     

"Tidak apa, Nak. Ini, om sudah menyiapkan kopi khusus yang paling enak buatmu." Ayah Kenzo datang sambil membawa secangkir kopi latte special untuk Alona.     

"Om…" panggil Alona yang kemudian menyalaminya dengan santun.     

"Duduklah sebentar, ibu Kenzo akan menyiapkan cemilan yang enak dan cocok untuk teman kopi ini."     

Alona menatap dengan ragu lantas menoleh ke arah Kenzo seakan dia meminta bantuannya. Karena dia harus segera pulang sebelum ayahnya menunggunya dengan khawatir dan dia mendapat masala besar nantinya. Kenzo pun mengangguk dengan wajah memelas, dengan berat hati pun Alona tersenyum dan mengiyakannya.     

Menit berikutnya, ibu Kenzo datang kembali dengan sepiring cemilan yang dia buat khusus untuk Alona. "Nah, ini cemilannya semoga kamu suka."     

"Terima kasih, Tante." Alona menerimanya dengan malu-malu lalu meletakkan di atas meja di depannya.     

"Alona, apa kau akan kembali lagi ke Luar negeri, Nak?" tanya ibu Kenzo kemudian.     

"Ibu… Tentu dia akan kembali lagi ke Luar Negeri," jawab Kenzo menyela.     

"Kenzo, ibu sedang mengajak wanitamu berbicara. Jangan menyela, dasar!" tegur sang ibu dengan sengaja menggodanya.     

"Cih, ibu… Apaan sih?" Kenzo tampak kesal.     

Alona tersenyum, "Hem… Iya, Tante. Alona harus kembali ke Luar Negeri," jawab Alona dengan nada lembut.     

"Wah, sayang sekali kaliann harus berjauhan lagi nanti. Tante sangat berharap kalian akan tetap bersama dan menjaga hubungan ini, tante sudah sangat menyukai Alona."     

"Ibu, jangan membuat Alona tertekan dan terbebani. Jangan memintanya begitu," sahut Kenzo kembali menyela.     

"Ih, ada yang salah dengan ucapan ibu? ibu hanya ingin kalian tetap bersama sampai kalian menikah, ibu sudah sangat menyukai Alona. Ya, ibu tahu urusann jodoh itu adalah rahasia Tuhan. Meski kalian berbeda keyakinan tapi tidak menutup kemungkinan Tuhan menyatukan kalian dalam ikatan pernikahan nantinya." Ibu Kenzo kembali berbicara dengan panjang lebar.     

Alona dan Kenzo salah tingkah dan saling memandang satu sama lain mendengar ucapan ibu Kenzo.     

"Terima kasih, Tante. Alona sangat senang, Alona bahagia bisa di terima di keluarga ini." Aloan menjawab seraya menggenggam tangan ibu Kenzo dengan hangat.     

Ibu Kenzo pun membalas genggaman tangan itu dengan erat.     

Satu jam berlalu, Alona berpamitan untuk segera pulang. Kenzo meminta untuk mengantarnya sampai di rumah namun, Alona menolaknya lantaran tak ingin membuat Kenzo kembali berada dalam masalah besar. Dengat berat hati, Kenzo membiarkan Alona pulang sendiri dengan mengendarai motornya.     

Setelah sampai di rumah, Alona terkejut begitu melihat sang ayah sudah berdiri di teras mondar mandir tampak sangat gelisah. Alona berjalan dengan langkah ragu menuju teras, dia harus mempersiapkan diri dengan apa yang akan nantinya ayahnya tanyakan.     

"Darimana saja jam segini kamu baru sampai di rumah?"     

"Ini, Alona belikan bapak baju dan semua…     

"Jawab bapak!" bentak sang ayah hingga Alona tersentak.     

"Bapak, Alona sungguh bermain-main dan belanja ini saja tadi. Alona pergi makan dan minum menikmati suasana di mall itu, mall itu sedang ada diskon besar jadi Alona membeli semuanya sampai lupa waktu." Alona masih berusaha menjawab dengan lembut meski sebenarnya dia sudah sangat ingin menangis.     

"Alona, apa kau sungguh sayang sama bapak?"     

"Tentu, Pak! Hanya bapak yang Alona punya di dunia ini," jawab Alona lembut.     

"Kalau begitu, apa kau sudah putus dari anak itu?"     

Alona kembali tersentak menatap ayahnya.     

"Kau masih berpikir lama sebelum menjawab apa yang bapak tanyakan," ujar sang ayah kembali.     

"Alona sudah mengakhiri hubungan Alona dengan Kenzo, kami sudah tidak lagi berhubungan sejak bapak memintanya untuk berhenti datang ke rumah ini dan berhenti menemui Alona. Apa bapak puas?" jawab Alona dengan tegas, namun dia masih tidak berani menatap wajah ayahnya.     

Ayahnya pun tersenyum menyeringai seolah dia sudah puas akan jawaban putrinya itu. Tanpa dia ketahui kebenarannya yang sesungguhnya. Lantas ayahnya pun melangkah maju lalu memeluk tubuh Alona, mengusap lembut rambutnya.     

"Terima kasih, Nak! Kau benar-benar menuruti apa yang bapak minta, apa yang bapak inginkan. Bapak hanya ingin kamu menjadi wanita yang selalu bahagia, hidup dengan orang yang seiman dan satu keyakinan dengan kita di masa depan. Karena jika kau harus menjual keimananmu hanya demi orang yang kamu cintai, hidupmu tidak akan pernah mendapatkan berkat dari Tuhan."     

Alona hanya terdiam seraya memejamkan kedua matanya menahan rasa sakit dan pilu juga rasa bersalah pada ayahnya karena dia harus terpaksa berbohong demi mempertahankan hubungan cinta yang terlarang dengan laki-laki yang sangat di cintainya saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.