The Lost Love

Maya oh Maya



Maya oh Maya

0Alona tampak kebingungan setelah mendengar perkataan adiknya tidak seperti biasanya.     

"Adik, ada apa?"     

"Ehm, ah... Itu. Ayah sepertinya sedang kelelahan, nanti saja, Kak!"     

"Aleea, apa ada yang sedang terjadi?" tanya Alona mendesak.     

"Tidak, Kakak! Semua baik-baik saja, percayalah!" ujar Aleea meyakinkan.     

"Hem, baiklah! Kalau begitu kakak akan pergi mandi dan bersiap-siap bekerja," sahut Alona kemudian.     

Aleea tampak menghela napas lega setelah sang kakak mempercayainya.     

"Iya, Kak. Bekerjalah yang semangat dan jaga kesehatan kakak, aku rindu kakak!"     

"Hem..." singkat Alona seraya mematikan panggilan teleponnya.     

Tanpa rasa curiga sedikitpun, Alona segera pergi ke kamar mandi lalu bersiap-siap menuju hotel pagi ini.     

Sedang Kenzo, yang kini baru saja pulang dari tempatnya bekerja. Segera membeli beberapa makanan dan jus kesukaan Maya. Dia berniat menemuinya sore ini setelah sekian lama tidak pernah menemuinya.     

Begitu sampai di rumah Maya, Kenzo di sambut oleh kakak Maya dan ibu Maya yang sedang duduk di teras dan terlihat mereka sedang mengobrol serius sejak Kenzo datang.     

"Selamat sore, Kak, Tante..." sapa Kenzo pada mereka lalu menyalami tangan mereka bergantian.     

"Ken..." sambut ibu Maya canggung.     

Kenzo mengernyit, dia bertanya di dalam hatinya. Tidak biasanya ibu Maya terlihat canggung bertemu dengan Kenzo.     

"Ken, kau pasti mau bertemu Maya bukan?" tanya kakak sulung Maya.     

"Iya, Kak! Apakah dia ada di rumah?" tanya Kenzo lagi.     

"Oh, ada. Biar tante panggilkan sebentar, nak Kenzo duduk saja dulu disini," sahut ibu Maya kembali dengan nada bicara yang kikuk.     

Kenzo kian kebingungan, karena mengingat biasanya Kenzo akan selalu di berikan izin menemui Maya di kamarnya sendiri tanpa canggung dan batasan, namun kali ini...     

"Ken, ayo duduk! Bagaimana pekerjaanmu?" kakak Maya mulai mengajaknya bicara. Kenzo pun duduk di kursi berhadapan dengan kakak Maya.     

Sedang ibu Maya, menuju kamar Maya dimana Maya sedang menyendiri. Sesuatu yang besar telah terjadi padanya tanpa Kenzo ketahui.     

Tok tok tok...     

Ibu Maya mengetuk pintu kamarnya dengan pelan.     

"Maya, bunda masuk ya?" ucap sang ibu.     

Maya tersentak dan segera menghapus air matanya yang sejak tadi mengalir deras. Dia segera berdiri dan segera membuka pintu.     

"Ada apa, Bunda?" tanya Maya setelah membuka pintu, suaranya begitu lirih.     

"Huh, apa kau menangis lagi?" tanya sang ibu dengan helaan napas panjang.     

"Jika tidak ada hal penting aku akan menutup pintu kamar lagi," sahut Maya tanpa menjawab pertanyaan ibunya.     

"Di luar ada Kenzo, keluarlah!"     

"Katakan saja aku sudah tidur," bantah Maya.     

"Maya, apa kau pikir Kenzo akan percaya begitu saja?" tanya sang ibu sambil menatap tajam kedua mata Maya.     

"Dia pasti percaya," jawab Maya sembari memalingkan wajahnya.     

"Maya, ayolah! Kau tidak mau Kenzo tahu apa yang sudah terjadi, tapi kau menghindarinya saat ini?"     

"Lalu apa yang harus aku lakukan, Bunda? Aku bahkan tidak bisa menatap wajah Kenzo saat ini, aku malu..."     

Ibu Maya terdiam sejenak. Dia menatap dalam wajah putrinya itu, wajahnys begitu kusut matanya sembab.     

"Bersihkan wajahmu dulu, berdandan lah agar Kenzo tidak mencurigaimu."     

"Bunda... Aku tidak mau menemuinya!"     

"Bunda akan menunggumu di bawah, Kenzo membawa makanan kesukaanmu," ucap ibu Maya seraya beranjak pergi dari hadapan Maya.     

Maya tampak kesal dan menutup pintu kamarnya dengan keras. Lagi lagi dia menangis sendiri di kamarnya, namun dia merasa tidak nyaman bila kembali menghindari Kenzo, sahabat dekatnya sejak kecil.     

"Baiklah, aku hanya perlu berpura-pura tidak terjadi apa-apa padaku saat ini," ucap Maya seraya menatap wajahnya di cermin.     

Sedang Kenzo menunggu ibu Maya keluar kembali dari ruangan cukup lama, tidak seperti biasanya dan semakin membuatnya curiga jika telah terjadi sesuatu.     

"Ehm, Ken! Sebentar, Maya baru saja di bangunin. Ternyata dia tertidur," jawab ibu Maya begitu keluar dari ruangan dan menghampiri Kenzo kembali.     

"Oh, iya Tante. Tidak apa, aku akan menunggunya. Tumben jam segini dia tidur, apakah dia sedang sakit, Tante?" tanya Kenzo penasaran. Dia tidak bisa menahan lagi rasa penasarannya itu.     

Ibu Maya terdiam sejenak dan saling berpandangan satu sama lain dengan putra sulungnya, yang sejak tadi menemani Kenzo bicara.     

"Ti-tidak, Nak. Maya baik-baik saja, dia hanya sedikit lelah akhir-akhi ini jadwalnya di kampus sangat padat," sahut ibu Maya terbata-bata.     

Kenzo yang mulai tidak nyaman berusaha menahan rasa ingin tahunya.     

Sesaat kemudian, Maya keluar dan langsung mengulas senyuman sinis pada Kenzo seperti biasanya. Kenzo sedikit terkejut, dia merasa ada yang berubah dengan postur tubuhnya.     

Baru saja Kenzo tidak menemui Maya beberapa minggu belakangan ini, tapi Maya terlihat sangat lemah, sedikit kurus dan pucat meski dia sudah memolesnya dengan make up tipis.     

Apakah Maya sedang diet? Atau dia memang sakit? Aku hampir tidak menyadari perubahan tubuh Maya, padahal baru saja beberapa hari yang lalu aku bertemu dan berjalan dengannya.     

Gumam hati Kenzo.     

"Ken!" panggil Maya dengan logat tomboynya seraya duduk di sisinya dengan pelan.     

"E-ehm... Tante akan buatkan kalian minuman hangat, tunggu sebentar!" sahut ibu Maya menyela pembicaraan sebelum Kenzo menanyai kabar Maya.     

"Ah, ya! Kalian mengobrol saja, kakak ke dalam dulu, ada sedikit kerjaan!" imbuh kakak sulung Maya kemudian seraya beranjak berdiri memasuki ruang tengah namun, sebelumnya dia menyentuh pundak Maya seperti sedang memberikan sebuah isyarat.     

"May... Ada apa ini?" tanya Kenzo kemudian setelah hanya berdua dengan Maya.     

"Ada apa? Memangnya ada apa?" tanya balik Maya berpura-pura kebingungan akan pertanyaan Kenzo.     

"May, kamu sakit? Kau terlihat pucat dan sedikit kurus. Padahal beberapa minggu yang lalu kita jalan bareng, kau biasa saja."     

Ctakk!     

Maya menjitak kening Kenzo seketika.     

"Awh... Maya! Kebiasaan ya, kamu ini!" cetus Kenzo sambil meringis mengusap bekas jitakan tangan Maya di keningnya.     

"Sahabat apa kau ini, hah? Bukankah aku memang seksi? Beberapa minggu yang lalu. Bukankah aku sudah memberitahumu, kalau aku sedang program diet. Semua bajuku sudah mulai kekecilan, sepertinya aku memang gendut."     

"Pffttt..." Kenzo menahan tawanya mendengar jawaban Maya demikian.     

"Apa, apa, apa?" tanya Maya sambil memelototinya.     

"Oh, jadi diet nih. Huh, sayang sekali. Aku sudah membelikanmu banyak makanan kesukaanmu, mubazir dong. Ya sudah, aku bawa pulang lagi deh... Ada kakak ipar yang mau memakannya," ujar Kenzo sambil perlahan menarik dua kota makanan dan satu jus buah alpukat di depannya.     

Maya tampak ragu-ragu lalu kemudian menahannya sebelum Kenzo mengambilnya kembali.     

"Kau sudah membelikannya untukku, tapi kenapa kau mau mengambilnya lagi? Dasar! Pelit!" tandasnya dengan wajah dilipat seribu.     

"Cih, aku tahu kau tidak sedang bersungguh-sungguh menjalani program diet. Hahaha..." Kenzo tertawa lepas meledeknya.     

Lantas ibu Maya kembali muncul dengan membawa dua cangkir teh hangat. Kenzo seketika menghentikan tawanya begitu melihat ibu Maya datang kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.