The Lost Love

LDR pertama



LDR pertama

0Hari pertama saat Alona sudah tiba di Luar Negeri, begitu berat hingga rasanya membuatnya tidak ingin melakukan aktivitas apapun, bahkan dia melewati waktu makannya hari ini hanya dengan berdiam diri di kamarnya. Sang ibu pun datang menghampiri ke kamarnya, setelah menyadari Kenzo tidak keluar dari kamarnya meski sudah hampir melewati jam nya menuju ke tempat kerja.     

Tok tok tok…     

"Ken, apa kau tidak bekerja hari ini?" tanya sang ibu sambil mengetuk pintu kamar Kenzo.     

Kenzo segera beranjak bangun dengan malas-malasan lalu membuka pintu kamarnya. Dia melihat wajah sang ibu penuh dengan penuh kecemasan saat menatap wajah Kenzo dengan kedua mata yang memiliki lingkar hitam di bawahnya, akibat selalu menangis dan tidak tidur semalaman.     

"Ken, ada apa dengan matamu? Apa kau begadang?" tanya sang ibu lagi.     

"Hari ini aku akan di rumah saja, Bu. Aku sudah izin sama paman Max untuk ambil cuti hari ini saja, aku sedang tidak ada tenaga hari ini." Kenzo berbicara dengan nada malas dan terlihat sedikit lemah.     

"Ya ampun, apa kau sakit?" tanya sang ibu kembali seraya menempelkan telapak tangannya di kening Kenzo.     

"Ibu, aku tidak apa-apa. Aku hanya kurang tidur saja," jawab Kenzo melepas tangan sang ibu dari keningnya.     

"Ta-tapi, Nak… Kau…"     

"Ayolah, Ibu. Sungguh, aku hanya ingin istirahat saja hari ini." Kenzo membantahsang ibu kembali.     

"Ya sudah, kau istirahat dulu dan ibu akan siapkan makanan juga obat."     

"Bu, aku tidak lapar! Ehm, buatkan aku jus buah saja!" balas Kenzo membuat sang ibu semakin kebingungan.     

Kenzo kembali duduk di sisi ranjang setelah membuka jendela kamarnya, dia melirik jam di tembok dinding kamarnya dan menghela napas panjang. Di tempat yang berbeda mungkin saja Alona sedang istirahat yang pulas saat ini, atau mungkin saja dia sedang dalam suasana hati yang sama dengannya.     

Sesaat kemudian sang ibu menghampirinya kembali dan membawa segelas jus buah untuknya. "Ken, ini jus nya. Ada apa denganmu? Ini masih pagi, kau melewatkan sarapanmu, malah minta jus buah."     

Kenzo tersenyum tipis mendengar omelan sang ibu, sereya menyeruput jus di depannya saat ini.     

"Ken, katakan ada masalah apa?"     

"Tidak ada, Bu. Aku baik-baik saja, aku hanya ingin istirahat saja. Aku selalu sibuk di pekerjaan selama beberapa terakhir ini dan aku butuh istirahat."     

Sang ibu pun kembali terdiam, tanpa mendesak kembali meski dia masih ingin tahu mengapa putra bungsunya itu demikian. Karena melihat Kenzo hanya duduk diam saja dan acuh sambil menyeruput jus nya, sang ibu beranjak keluar meninggalkannya sendiri di kamarnya.     

Begitu keluar dari dalam kamar, sang ibu bertemu dengan Ervan dan sang istri yang hendak pergi keluar entah kemana. Maka dengann segera sang ibu menghentikan putra sulungnya itu dan sang istri.     

"Ervan," panggil sang ibu.     

"Ya, Bu?" jawab Ervan sambil menoleh ke belakang.     

"Tunggu sebentar," kata sang ibu kemudian berjalan menghampirinya.     

"Ibu, ada apa? Kami akan pergi berbelanja kebutuhan di kedai hari ini, apakah ibu mau nitip sesuatu?" ucap istri Ervan.     

"Tidak, Nak. Ibu hanya mau mengatakan sesuatu pada suamimu, Ervan."     

"Ada apa, Bu?" tanya Ervan kemudian dengan ekspresi sedikit cemas.     

"Adikmu, Kenzo. Hari ini dia tidak pergi bekerja seperti biasanya, dia bilang hanya ingin tinggal di rumah tidur seharian di kamarnya saja hari ini, dari kemarin juga terlihat aneh anak itu. Ibu sudah menanyakannya tapi dia tetap tidak mau menjawabnya, ibu takut dia…"     

Ervan tersenyum dan saling memandang dengan sang istri. "Bu, tenanglah. Serahkan semuanya padaku nanti, saat ini biarkan saja dia di kamar dulu. Aku yakin dia juga tidak akan betah diam di kamar terus hari ini, hihihi…" sahut Ervan sambil unjuk dagu pada istrinya.     

"Baiklah, Bu. Jangan khawatir, biar Kenzo kami yang urus dan hari ini kami harus pergi berbelanja dulu ya, Bu," sahut istri Ervan kemudian.     

"Ya sudah, kalian pergila hati-hati di jalan dan cepat kembali. Ibu sungguh khawatir adikmu, tidak biasanya dia seperti ini."     

"Baik, Bu. Kami pergi dulu," pamit mereka kemudian.     

Sementara Kenzo masih berdiam diri di kamarnya sambil memutar lagu-lagu yang bernuansa mellow. Padahal ini mash pagi hari, seharusnya dia mengawali dengan lagu-lagu yang bernuansa hati penuh dengan semangat. Akan tetapi, hatinya saat ini memang sedang dalam perasaan sedih.     

Jelang siang hari, benar kata Ervan. Kenzo merasa sangat bosan dan akhirnya dia menuju ruang teras depan. Dan disitu sudah ada istri Ervan duduk sambil membersihkan lantai yang sedikit berdebu oleh angin. Kenzo tersenyum ketika kakak iparnya menatapnya dengan senyuman pula.     

"Ken, lantainya sedikit berdebu. Kakak bersihkan dulu," sahut istri Ervan.     

"Iya, Kak! Santai saja, bersihkan saja dulu jangan pikirkan aku." Kenzo menjawab sambil melewati sang kakak dengan langkah pelan.     

Istri Ervan pun segera membersihkannya dengan cepat. Lalu kemudian duduk bersebalahan dengan Kenzo yang duduk termenung menggenggam ponselnya, dia terus saja menatap kosong layar ponselnya. Sejak tadi dia menunggu jam berputar setiap detiknya untuk segera menghubungi Alona.     

"Ken," panggil istri Ervan dan sontak saja Kenzo menolehnya.     

"Ada apa, Kak?" jawab Kenzo.     

"Apa kau baik-baik saja?"     

"Emh, yah… Baik-baik saja, aku hanya sedikit butuh istirahat untuk memulihkan otakku yang terus saja memikirkan pekerjaan, Kak!" sahut Kenzo dengan santai.     

Istri Ervan tersenyum, seolah tidak percaya dan mengejeknya.     

"Ada apa? Kenapa kakak tersenyum begitu? Kakak menggodaku?" tanya Kenzo padanya.     

"Kakak ini pernah muda, Ken."     

"Oh, jadi kakak saat ini sudah tua? Hmm… Pantas saja," sahut Kenzo balik meledek kakak iparnya.     

"Hahaha, ayolah! Jangan mulai, kakak sedang tidak ingin bercanda. Tapi kakak menyelidikimu!"     

"Oh ya? Menyelidiki apa? Apa aku sedang melakukan perampokan disini? Hahaha…" Kenzo tertawa keras meski itu terpaksa.     

Kakak iparnya pun menyipitkan kedua matanya menatapnya tajam, dia tahu jika Kenzo hanya berusaha untuk menutupi kesedihannya dan berusahan mengalihkan pembicaraan.     

"Mungkin hatimu yang sedang di rampok? Hahaha," balas kakak iparnya tersebut dengan tawa keras.     

"Tsk, apaan?" kata Kenzo yang kemudian memalingkan wajahnya.     

Di tengah perbincangan mereka yang kemudian terjeda dan berubah suasana, Ervan pun keluar dari ruang tengah dan langsung menuju teras begitu mengetahui dimana sang istri berada saat ini.     

"Sayang, tolong kupasin aku buah-buahan dong," titahnya pelan pada sang istri seraya mengedipkan matanya memberikan isyarat.     

"Ah, ya ya. Baiklah, tunggu sebentar. Kamu, Ken? Mau kakak buatin jus sekalian?" sahut istri Ervan.     

"Mmh… Boleh deh, Kak!" sahut Kenzo kemudian.     

Istri Ervan beranjak pergi dan meninggalkan Kenzo bersama suaminya. Sebelumnya dia sudah bersekongkol dengan sang suami untuk mencari tahu penyebab kemurungan Kenzo sejak hari kemarin hingga kini. Lantas dia Ervan tiba-tiba saja duduk di depan Kenzo dengan sengaja saling berhadapan dan menatap Kenzo tajam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.