The Lost Love

Zona Bahagia



Zona Bahagia

0Kenzo tampak terkejut begitu mendengar sang kakak menyebut nama Maya.     

"Kak, hem…" Kenzo menatap untuk memastikan apa yang kini ada di dalam pikiran Kenzo, kemudian dia melipat kedua tangannya.     

Sang kakak yang sedang menyeduh kopi sengaja menahan wajahnya dari tatapan adiknya itu.     

"Pasti ayah dan ibu yang menceritakannya pada kakak," jawab Kenzo menebaknya.     

"Menurut kakak Maya cantik, loh. Hanya saja, dia sedikit tomboy. Tapi tidak merubah penampilannya yang selalu wow, hehe…"     

"Dia hanya sahabatku, Kak! Sudahlah, jangan menggodaku dan menggoyahkan hatiku, lagian… Dia sudah memiliki pacar," jawab Kenzo kemudian bersandar pada tembok.     

"Oh ya? Lalu bagaimana dengan adikku sendiri? Apakah sudah memiliki pacar?"     

Kenzo menatap sang kakak, "Iya lah!" jawabnya kemudian.     

"Woah, jadi kapan nih? Kenalin sama kakak?"     

Kenzo kembali mendekat ke arah kakaknya itu, lantas berbisik di telinga sang kakak.     

"Gak mau! Nanti, kakak naksir!"     

Sontak sang kakak menolehnya ke arah samping, "Kakak anggap itu sebuah tantangan," balas sang kakak.     

"Aaakh, kakak…" rengek Kenzo dengan manja.     

"Hahaha, kakak hanya bercanda! Sudah, antar pesanan ini ke meja itu," ujar sang kakak kembali sambil menunjuk ke arah meja yang sedang menunggu pesanan mereka.     

"Yah, baiklah!" sahut Kenzo menurut sambil meriah nampan yang terisi dua cangkir kopi latte hangat.     

Sang kakak menatapnya dengan senyuman dari belakang melihat Kenzo yang selalu menebar senyuman ceria. Lantas pandangannya berkeliling ke seluruh ruangan sehingga kini tertuju pada satu meja di pojok.     

Lagi dan lagi, dia melihat pelanggan yang selalu menebar senyuman tak biasa pada ibunya. Malam ini dia terlihat seperti sedang menunggu dan mencari-cari seseorang.     

"Apakah dia mencari ibu?" lirih kakak Kenzo. Kebetulan malam ini ibu mereka tidak ikut serta di kedai karena ada acara lain di luar.     

"Permisi, Tuan. Silahkan pesanan anda malam ini, apa?" cetus kakak Kenzo padanya.     

"Ehm… Seperti biasanya," jawabnya acuh.     

"Baiklah, tunggu sebentar, Tuan!" sahut kakak Kenzo membalasnya acuh.     

Dengan menarik napas dalam, kakak Kenzo hendak kembali ke ruang belakang menyiapkan kopi pesanan orang itu.     

"Nak, tunggu!" panggilnya ketika dia melangkah satu langkah.     

Kakak Kenzo menoleh dengan tatapan tajam.     

"Eeeh…" laki-laki itu melihat sekeliling sejenak mengangkat lehernya setinggi mungkin.     

"Lupakan! Cepat pesananku antar kemari," sahutnya lagi.     

Kakak Kenzo mengernyit heran. Namun, dia tidak mau tahu dan tanpa menanggapi dengan kata-kata lagi, dia menuju ke ruang belakang.     

~     

Malam telah berganti pagi lagi, usai menerima panggilan telepon dari Alona hampir semalaman suntuk, akhirnya pagi ini dia memutuskan untuk menemui Alona di tempat beribadahnya.     

"Ken-zo?" Alona tampak terkejut melihat Kenzo tiba-tiba berdiri di bawah pohon tepat di depan halaman tempatnya beribadah.     

"Surprise…!!!"     

"Cih, apaan sih? Aku bilang kau tunggu aku mengabarimu."     

"Hem, apakah kau keberatan aku menemanimu beribadah seperti biasa?" tanya Kenzo sedikit kecewa.     

Alona tersenyum lembut. "Baiklah, kau tunggu disini dulu. Aku hanya sebentar saja," sahut Alona.     

"Siap, tuan putri! Aku akan menunggu dengan setia disini," balas Kenzo menggodanya.     

Lantas Alona memasuki sebuah ruangan yang dimana dia akan meminta berkat pada Tuhannya. Di dalam ruangan cukup ramai orang yang lebih dulu datang darinya.     

Alona tersenyum menatap sebuah simbol di depannya. Lantas dia mengatupkan kedua telapak tangannya dan memejamkan kedua matanya.     

"Tuhan, terima kasih atas segalanya. Segala kebahagiaan dan keberkatan yang selama ini kau berikan, dan lindungi-lah selalu dia yang saat ini aku sayangi. Aku sungguh mencintainya, berilah dia selalu kebahagiaan seperti Engkau selalu memberiku kebahagiaan penuh cinta."     

Lantas Alona membuka kedua matanya kembali, dan mengecup ujung tangannya sebelum beranjak bangun lalu akhirnya melangkah keluar untuk kembali menemui Kenzo.     

Begitu melangkah keluar, Alona melihat Kenzo beranjak berdiri dari duduknya dan tersenyum menyambut Alona. Detak jantung Alona berdesir lantas dia melangkah cepat untuk menghampiri Kenzo dan langsung memeluknya.     

"Oh, Hei… ada apa? Kau sudah tidak malu lagi memelukku di tempat ini? Bagaimana jika ada yang melihat lalu menyampaikan pada ayahmu bahwa seorang Alona memeluk seorang laki-laki di tempat beribadah?'     

Alona menyipitkan kedua matanya melirik tajam Kenzo yang menggodanya demikian.     

"Hahaha, maafkan aku! Aku hanya bercanda, ayo… Kemana kita akan pergi hari ini?" ujar Kenzo segera mengalihkannya.     

"Emh… Kemana saja, asal berdua denganmu, Ken!"     

Kenzo tersenyum puas saat Alona selalu bisa memberinya jawaban yang menenagkan, belum pernah sekalipun dia memaksa atau meminta Kenzo untuk mengajaknya ke tempat yang penuh dengan kemewahan. Kemudian, mereka pergi bersama menaiki motor Kenzo tanpa tujuan pasti kemana mereka akan pergi saat ini.     

Sepanjang jalan Alona selalu memeluknya dari belakang dan tanpa berbicara sedikitpun. Alona hanya menikmati perjalanannya dengan Kenzo mengendarai motor dan sesekali dia tersenyum manis merasakan betapa hatinya penuh dengan kedamaian memeluk tubuh Kenzo yang begitu hangat dan wangi.     

Hari ini cuaca cukup panas, dan itu membuat Kenzo merasa kehausan di tengah perjalanan. Lantas dia melewati sepanjang jalanan kota dan mencari tempat tongkrongan yang bisa dia jadikan tempat mengobrol berdua dengan Alona.     

Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah jalanan trotoar yang menjorok ke arah laut. Kenzo menghentikan laju motornya seketika saat mengingat kembali yang pada saat itu mereka pernah berdua menjalani kisah itu.     

"Wow, laut!" seru Alona ketika melihat pemandangan di depannya.     

"Kau ingat tempat ini, Alona?" tanya Kenzo padanya.     

"Emh…" Alona menjeda bicaranya.     

"Yah, aku ingat! Tentu saja aku ingat tempat ini, Ken! Rasanya sudah lama ya, kita tidak kemari…"     

Kenzo tersenyum lalu mengajak Alona duduk di sisinya. Ombak begitu tenang, sehingga kebisingan hanya terdengar dari berbagai kendaraan berlalu lalang sejak tadi.     

"Tunggu sebentar disini," ucap Kenzo pada Alona yang sedang sibuk memotret ketenangan di sisi laut saat ini.     

"Kau, mau kemana?" tanya Alona kebingungan. Karena awal mereka menemukan tempat itu, Kenzo selalu di sisinya tanpa melepas genggaman tangannya.     

Kenzo hanya tersenyum sambil mengerlingkan kedua matanya pada Aloan sehingga Alona tercengan sesaat melihat Kenzo berlalu pergi entah kemana.     

Alona menunggu Kenzo sedikit gelisah dan hanya bisa memandang ke arah luat lepas hari ini, Alona tersenyum manis kemudiann mengingat kembali saat pertama kali dia datang ke tempat itu, duduk santai dan bersandar di bahu Kenzo dengan tenang.     

Sesaat kemudian Kenzo sudah kembali dengan dua kelapa muda di genggaman tangannya. Dia mengurungkan niatnya yang hendak mengejutkan Alona saat melihat Alona tersenyum manis sendiri dan menatap laut lepas.     

"Ehhem, apa yang kau pikirkan hingga kau tersenyum begitu manis sejak tadi?" tanya Kenzo muncul dari arah belakang. Sontak Alona melihatnya datang menghampiri dengan membawa kelapa muda.     

"Kelapa muda?" Alona tampak semakin terkejut.     

"Aku sangat haus," sahut Kenzo jujur. Karena dia memang sedang kehausan sejak tadi di dalam perjalanan.     

"Tsk, bilang saja kau sengaja melakukannya untuk membawaku pada hari dimana awal kebagaiaan itu ada untukku."     

"Hem… Aku hanya mencoba untuk mengenang itu kembali, hehehe…"     

Lantas mereka duduk bersama dan menikmati air kelapa muda yang Kenzo beli untuk menemani kebersamaannya dengan Alona. Lalu kemudian mereka menatap lepas pandangan mereka ke tengah lautan, Alona pun kembali tersenyum sambil bersandar di bahu Kenzo. Mengulang kembali kebersamaan mereka seperti di waktu awal mereka menjadi sepasang kekasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.