The Lost Love

Backstreet again



Backstreet again

0Tiga hari berlalu, kini Alona baru bisa meluangkan waktu untuk bertemu dengan Kenzo. Dia sudah tidak sabar, kali ini dia pergi mengendarai motor matic yang baru dia beli ketika tiba kembali di rumah dari hasil kerjanya selama ini. Selama ini dia hanya sesekali meminjam motor butut milik ayahnya. Tapi kali ini dia bebas menggunakan motor itu karena dia lah pemiliknya. Namun meski begitu, Alona harus mencari alasan tepat untuk bisa pergi ke luar saat ini dan bertemu dengan Kenzo tentunya.     

Hari ini, Alona mengenakan pakaian berwarna peach dipadukan dengan celana levis selutut berwarna biru navi. Dia urai rambutnya yang lurus tebal dan panjang, mengenakan helm bermerk dan mengenakan sepatu kets berwarna putih. Dia melajukan motor matic nya dengan pelan menuju rumah Kenzo yang akan dia hampiri untuk yang pertama kali.     

Kenzo yang sudah bersiap-siap menunggu kedatangan Alona di rumahnya sudah seperti sebuah setrikaan yang mondar mandir kesana kemari, ada rasa gerogi, rasa malu, getaran yang meningkat di dalam hati, semua itu dia rasakan lantaran sudah lama tidak bertemu dengan kekasihnya itu.     

"Ehhem…" Ervan berdehem ketika melihat Kenzo hanya berdiri mondar mandir di teras.     

"Ervan, janga menggoda adikmu terus. Dia sudah tidak sabar menunggu pujaan hatinya yang selama dua tahun ini dia rindukan," ujar sang ibu turut menggoda Kenzo.     

"Ibu…" panggil Kenzo dengan malu-malu.     

Semua tampak senang menunggu kedatangan Alona yang untuk pertama kalinya datang ke rumah Kenzo lantaran Kenzo ingin memperkenalkannya pada ayah dan ibunya juga pada Ervan beserta istrinya. Kenzo ingin Alona pun merasa dia benar-benar wanita yang berharga bagi hidup Kenzo.     

Sesaat kemudian Alona datang, dengan ragu-ragu dia memasuki halaman rumah Kenzo karena di teras rumah itu dia sudah melihat Kenzo berdiri menanti kedatangannya. Kenzo berdiri terpaku dengan mulut terbuka, dia tampak terperangah melihat Alona datang yang selama bertahun-tahun dia rindukan kini berdiri di hadapannya secara nyata.     

"Alona…" panggil Kenzo seraya berjalan menghampiri Alona yang baru turun dari motornya.     

Mereka saling berpandangan sesaat ketika sudah saling berhadapan, di dalam hati Kenzo ada rasa yang tidak dia sanggup tahan karena begitu bergemuruh hingga memuncak sampai di ujung kepalanya. Bibirnya pun terasa keluh hanya sekedar untuk say hello saja pada Alona.     

Begitu pun Alona yang saat ini salah tingkah menatap wajah Kenzo, dia tidak tahu harus mengeluarkan kata apa untuk dia ucapkan pertama kalinya untuk menyapa Kenzo. Dadanya terus berdetak dengan keras, semua perasaan campur aduk menjadi satu saat ini di dalam hatinya.     

"Ken, kenapa hanya berdiri saja disitu? Ajak masuk pacarmu itu," panggil sang ibu mengejutkan Kenzo dan Alona yang saling berpandanga sejak tadi.     

"Eh, i-iya, Bu." Kenzo tampak kikuk lantas reflek menarik lengan tangan Alona untuk memasuki rumah Kenzo.     

Alona menurut saja meski di dalam hatinya tersentak karena Kenzo langsung saja menarik tangannya untuk masuk ke dalam rumah. Dan begitu memasuki ruangan, Alona semakin meringkuk karena menahan malu. Di dalam ruang tamu Alona melihat ibu Kenzo dan istri Ervan berdiri menyambutnya.     

"Ehm, ibu, kakak ipar. Dia… Dia Alona, wanita yang selama ini aku ceritakan pada kalian." Kenzo mengenalkan Alona kemudian dengan ragu-ragu.     

Sedang di dalam hati Alona terus memanggil nama Tuhannya untuk menguatakan kedua kakinya yang dia rasakan tidak lagi menginjak pada lantai.     

"Hai, calon adik ipar. Hihihi, aku Sinta. Panggil aku kakak saja, meski aku hanya kakak ipar disini, tapi kau bisa menganggapku seperti saudara perempuanmu juga, aku akan mengatakan semuanya tentang Kenzo padamu." Istri Ervan mengenalkan diri lebih dulu.     

Alona pun langsung menyalaminya dengan santun dan malu-malu. "Saya Alona, terima kasih, kak Sinta." Mereka saling melempar senyuman kemudian.     

"Dan Alona, kau sudah bisa menebak siapa wanita tua ini, bukan?" imbuh ibu Kenzo kemudian.     

Dan dengan cepat Alona menyalami ibu Kenzo dengan santun dan dengan hati yang justru lebih bergemuruh. Alona tahu jika dia adalah ibu Kenzo. Alona tersenyum dengan kedua mata berkaca-kaca, di dalam hatinya kini berubah menjadi rasa bahagia dan rasa penuh haru karena akhirnya setelah sekian lama dia bisa berada di tengah-tengah keluarga Kenzo.     

Sesaat kemudian, setelah mereka saling berbincang santai untuk mencairkan suasana dan membuat Alona lebih santai bersama mereka di ruang tamu, ayah Kenzo dan Ervan keluar dari sebuah ruangan bersamaan. Mereka sengaja keluar setelah mengetahui Alona mulai mereda dari rasa canggungnya.     

"Ehhem…" Ervan kembali berdehem. Sontak Kenzo menatap tajam wajah sang kakak, sedang Ervan menatapnya dengan senyuman nakal.     

"Hai, Alona. Aku Ervan, kakak Kenzo yang paling tampan, hehehe…" ucap Ervan mengulurkan tangan ketika Alona bernajak berdiri memberikan salam hormat.     

"Halo, Kak! Salam kenal," sahut Alona kemudian dengan malu-malu menyalami Ervan.     

"Dan laki-laki yang gagah ini adalah ayah Kenzo, kembaran Kenzo tepatnya," imbuh ayah Kenzo kemudian.     

Alona segera menyalaminya dengan senyuman lembut namun yang lain tampak tertawa cekikikan mendengar ucapan ayah Kenzo yang sedang menggoda Alona. Suasana pun semakin ramai dan hangat setelah saling berkenalan, lantas semua membiarkan Alona dan Kenzo hanya berdua saja di ruangan. Karena merasa tidak bebas hanya mengobrol berdua saja, Kenzo mengajak Alona pergi keluar.     

"Kemana kita akan pergi, Ken?" tanya Alona setelah mereka di perjalanan.     

"Kemana saja, aku sudah lama merindukanmu dan kita akan bersama terus hari ini." Kenzo menjawabnya sambil mengusap lembut punggung tangan Alona yang melingkar di pinggangnya.     

"Hem, baiklah. Aku juga sangat merindukanmu, Ken! Kita pergi kemana saja saat ini asal aku bersamamu." Alona mengiyakan dengan senyuman sambil memeluk mesra kembali pinggang Kenzo.     

Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat makan, Kenzo menghentikan laju motornya memasuki halaman parkir. Lalu Alona menuruni motor dan menatap wajah Kenzo penuh tanda tanya.     

"Ada apa, Sayang?" tanya Kenzo sambil mengusap pipi Alona.     

"Kau bilang tadi kita akan pergi kemanapun, apakah untuk makan saja?" tanya Alona kembali dengan bibir cemberut.     

Kenzo merasa gemas melihat wajah Alona yang demikian. Dia mencubit kedua pipi Alona lalu mengecup keningnya di halaman parkir, dia tahu tempat itu cukup sepi maka itu dia tak tanggung-tanggung melakukannya. Terlebih sejak tadi dia sudah menahan diri untuk melakukannya di awal bertemu Alona tadi.     

"Ken, nanti ada yang melihat…" bisik Alona sambil mendorong tubuh Kenzo.     

"Cih, memangnya kenapa meski banyak orang? Kau pacarku. Kau wanitaku dan kau milikku!" tegas Kenzo sambil menarik ujung hidung Alona. Sontak saja Alona meringis.     

"Kita akan duduk santai disini dulu, kita makan, kita minum dan kita berbincang sepuasnya disini. Bukankah sudah lama kita tidak pernah makan bersama?"     

Alona tersenyum, dia merasa jika Kenzo yang dia temui saat ini sedikit berbeda dengan Kenzo beberapa tahun di awal mereka berpacaran. Kenzo yang dia lihat saat ini sedikit dewasa, tidak sedikitpun berubah dari caranya memberikan perhatian dan kasih sayang pada Alona.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.