The Lost Love

Hubungan tanpa status (8)



Hubungan tanpa status (8)

0Alona memasuki kamarnya kembali saat Marcel sudah pergi. Beberapa saat kemudian Ayu sudah datang memasuki apartemen tanpa menunggu Alona membukanya. Karena dia sendiri sudah menghafal kata sandi dari kunci apartemen yang mereka tempati.     

"Hai, kau belum tidur?" tanya Ayu menyapanya saat dia membuka pintu kamar dan melihat Alona masih termenung dengan mata terbuka.     

"Ehm, Ayu… Kau sudah pulang?" sambut Alona sambil melirik jam di tembok kamarnya.     

"Hah, hotel malam ini sedikit sepi dari tamu dan pengunjung. Membuatku sedikit bosan diam saja di tempat, dan hanya duduk mengobrol dengan teman yang lain." Ayu mengeluh sambil duduk di sofa mini di kamar mereka.     

"Mmh… Mungkin karena aku belum bekerja, jadi para tamu enggan menginap di hotel itu." Alona berucap sekenanya hendak menghibur Ayu dengan candaannya.     

"Tsk, apa kau sedang menang lotre? Kau tampak sangat bahagia malam ini, Sayang? Atau…" ucapan Ayu terjeda. Dia menatap dengan tatapan menyelidik ke arah Alona yang sedang berbaring saja di atas kasur sambil menatap layar ponselnya.     

Alona kembali melirik wajah Ayu saat menyadari ucapan Ayu terjeda begitu saja. "Ada apa?" tanya Alona lalu mengalihkan kembali lirikan matanya pada ponselnya.     

"Apakah Marcel datang kemari?" tanya Ayu menebak sesuai feelingnya.     

Alona hanya diam, dia tampak acuh akan pertanyaan Ayu.     

"Alona…" panggil Ayu mendecak manja.     

Namun, Alona justru memalingkan wajah dengan merubah posisinya membelakangi Ayu. Sontak saja membuat Ayu langsung menghampirinya lalu mencubiti pinggul Alona dari belakang hingga membuat Alona merasa geli dan tertawa lepas.     

"Beraninya kau mulai diam-diam dan merahasiakan hubungan kalian yang semakin dekat." Ayu kian mencubiti Alona.     

"Ayu! Tidak ada yang lebih dari hubungan kita selain sebatas teman saja, oke!" Alona membantahnya seraya beranjak bangun dan duduk di depan Ayu saling berhadapan.     

Ayu terdiam menatap wajah Alona, "Kau yakin?" tanya nya seakan tak percaya.     

"Yah, aku yakin!" tegas Alona dengan raut wajah serius.     

"Alona…" lagi-lagi Ayu mendecak manja di atas kasur. Wajahnya cemberut kesal padanya.     

Alona mendelikkan kedua alisnya.     

"Aku tahu, kau hanya berusaha setia pada Kenzo yang jauh disana. Tapi jika aku ada jadi kau, aku akan menerima Marcel sebagai gebetan rahasiaku. Hehehe…" dengan senyuman nyengir Ayu berkata sekenanya.     

Alona menatap Ayu dengan seriu lalu membuang napas panjang di sertai dengan gelengan kepala.     

"Ah, aku lupa! Tadi Marcel kemari membawakanku dessert cokelat keju. Aku sudah memakannya tadi, dan bagianmu aku masukkan ke kulkas." Alona mengalihkan pembicaraan.     

"Dessert?" Ayu segera melonjak dan langsung keluar kamar menuju arah dapur.     

Alona hanya menggelengkan kepalanya begitu Ayu sangat senang menuju arah dapur. Dia kembali berkutat pada ponselnya yang sejak tadi berusaha menghubungi Kenzo namun selalu tidak ada respon darinya. Menit berikutnya Ayu kembali memasuki kamar lengkap dengan satu cup dessert di tangannya.     

"Apakah Marcel yang membawa ini?" tanya Ayu kembali.     

"Hem," jawab singkat Alona.     

"Emmh… ini sungguh lezat, Alona! Marcel sangat pintar memilih makanan yang di sukai para wanita." Ayu kembali memuji Marcel.     

Alona kembali beranjak bangun dan menatap Alona yang sedang asyik menikmati dessert sambil duduk santai.     

"Ayu, besok pagi aku akan pergi bersama Marcel."     

Ayu terperangah dan seketika mengurungkan satu sendok dessert yang hendak dia suapi ke mulutnya. "Apakah kalian sungguh berpacaran?"     

"Ayu… Aku terpaksa menerima tawarannya tadi, aku sudah lama tidak pergi ke tempat beribadah. Jadi, aku menerima tawarannya yang ingin mengantarku ke gereja."     

"Oh ya? Emh, jadi kalian seagama? Sungguh?" Ayu kembali terperangah.     

"Ayu…" rengek Alona pada Ayu yang terus menggodanya.     

"What happen? Aku hanya bertanya, apakah kalian satu keyakinan? Jika iya, bukankah itu kebetulan? Tuhan telah mengirimkan laki-laki yang pantas untukmu," jawab Ayu sekenanya melontarkan pendapatnya.     

"Kau konyol!"     

"Pfffttt… Tapi, apakah sedikitpun kau tidak merasa berdebar-debar setiap kali melihat Marcel atau berada di dekatmu?" tanya Ayu menyelidik.     

Alona terkesiap.     

"Hahah, sepertinya aku tahu jawabannya. Kau terlihat terkejut sekali dengan pertanyaanku ini," ujar Ayu kembali.     

"Aku rasa semua wanita akan begitu jika berdekatan dengan laki-laki tampan seperti Marcel." Alona mengalihkan pembicaraannya.     

"Jadi kau mengakui dia tampan? Oh oh oh, aku seluruh tubuhku bergidik mendengarnya."     

Bugh!     

Alona seketika melempar bantal ke arah Ayu namun meleset. Mereka mulai saling menggoda dan mencerca dengan kata kasar akan tetapi, itu hanya candaan yang biasa mereka lakukan bersama.     

Hingga sudah tiba waktu pagi, Kenzo masih sulit untuk di hubungi. Maka dengan terpaksa Alona mengabaikan ponselnya sementara, dia harus bersiap-siap untuk segera menuju gereja bersama Marcel. Beberapa saat kemudian Marcel sudah tiba dan menekan bel di depan apartemen Alona.     

Ayu yang masih pulas dan bergelut dengan selimut, membuat Alona tergesa-gesa untuk keluar membuka pintu utama. Dan benar saja, Marcel ada di depan pintu dan mengulas senyuman pada Alona dengan sangat manis.     

"Good morning," ucap Marcel pada Alona.     

"Mor-ning," balas Alona canggung.     

"Kita berangkat sekarang?" tanya Marcel.     

"Akh, tunggu! Aku bilang sama Ayu dulu, kau mau masuk?"     

"Emh, baiklah!" Marcel tampak sedikit salah tingkah dan segera melangkah masuk ke dalam apartemen.     

Alona melangkah cepat menuju kamar pribadinya untuk merapikan rambutnya kembali. Lantas dia membangunkan Ayu dengan cara terakhir karena sejak tadi dia begitu enggan di bangunkan.     

"Ha-ha-haccih…" Ayu bersin dan akhirnya beranjak bangun sambil mengucek hidungnya.     

"Pffftttt… Akhirnya terbangun juga, sejak tadi kau susah sekali aku bangunkan. Aku harus segera pergi, Marcel sudah menuggu di luar." Alona berpamitan sambil meraih tas gandengnya.     

Ayu membuka paksa kedua matanya lebar-lebar dan segera merapikan rambutnya.     

"Kenapa kau tidak membangunkanku secara paksa sejak tadi, aduh… Wajahku masih bau bantal, pasti hari ini Marcel sangat tampan."     

Alona menarik napasnya seraya menggelengkan kepalanya. "Pergilah, kau lihat saja sendiri bagaimana pangeranmu itu!" ujar Alona sambil melangkah hendak keluar dari kamar.     

Ayu segera turun dari tempat tidurnya dan menyusul Alona pergi keluar kamar.     

"Alona, ingat! Hari ini kau masuk siang!" ujar Ayu mengingatkan Alona untuk jadwal kerjanya nanti.     

"Hi, good morning, Ayu!" sapa Marcel dan Ayu tertegun sejenak melihat wajah tampan Marcel pagi ini.     

"Dia memangg seperti matahari terbit di pagi hari, sangat menawan dan indah sekali di pandang…" lirih Ayu mengulas senyuman tanpa menjawab sapaan Marcel.     

"Ayu…" panggil Alona dengan nada panjang.     

"Ah, ya? Emh, selamat menikmati hari kalian berdua pagi ini. Minta lah berkat pada Tuhan agar kalian selalu bisa bersama nantinya." Ayu mulai menggoda mereka.     

Dan sontak saja membuat Alona memelototinya, berbeda dengan Marcel yang tampak bahagia dengan godaan Ayu serta mengerlingkan matanya pada Ayu. Mereka pun pergi bersamaan keluar apartemen dan menuju sebuah gereja terbesar di negara itu, dan hanya Marcel yang mengetahui dimana tempat gereja terbesar itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.