The Lost Love

Semua belum berakhir



Semua belum berakhir

0"Sayang, dia hanya masa laluku. Hubungan kami berakhir karena adanya orang ketiga, dia meninggalkanku karena pacar barunya yang lebih tampan dan lebih segalanya dariku, apa kau puas dengan jawaban ini?" jawab Kenzo dengan wajah serius.     

Alona tertegun mendengarnya.     

"Jika itu jawaban membuatmu puas, sebaiknya kita segera keluar dari sini sebelum aku semakin merasa berada di masa lalu yang menyakitkan itu."     

Alona tampak salah tingkah dan beranjak bangun lebih dulu. Dia menarik lengan Kenzo lantas mengajaknya segera pergi dari restoran itu. Alona merasa sedikit bersalah akan sikapnya sejak tadi, tapi meski begitu dia masih saja ingin tahu banyak tentang Luna dan Kenzo.     

Begitu mereka kembali melaju pergi, Kenzo sengaja mengajak ke tempat dimana dulu biasa sering mendatanginya bersama Alona. Dia sengaja mengajak Alona untuk mengenang masa mereka berpacaran dahulu, dia pun ingin segera meredakan amarah Alona yang sejak tadi hanya diam saja sepanjang jalan.     

Begitu sampai di sebuah trotoar dimana mereka bisa menatap lautan luas, tempat yang selalu membuat Alona senang karena dari tempat itu bisa bertatap langsung dengan senja yang selalu menenangkan dan membuat Alona mungkin saja segera mereda dari amarahnya.     

"Ken, maafkan aku!" ucap Alona ketika Kenzo lebih dulu duduk di sisi trotoar.     

"Minta maaf? Untuk apa?" tanya Kenzo sambil menatap wajah Alona dan tersenyum lembut.     

"Kau pasti marah akan sikapku tadi, aku salah paham. Jujur, aku cemburu. Wanita itu menatapmu begitu tadi," sahut Alona melirih kemudian di akhir ucapannya.     

"Kemari, duduk dulu!" pinta Kenzo sambil menarik lengan Alona lalu duduk di dekatnya.     

Kenzo menggenggam tangan Alona lalu mengecupnya dengan penuh kasih sayang. Alona menatap wajah Kenzo dengan sedih, dia terlalu di kuasai perasaan cemburu tanpa tahu cerita kelam di balik kisah Kenzo sebelumnya. Lantas Kenzo menceritakan apa yang sudah dia alami setelah bersama Luna kala itu. Alona mendengar dengan serius dan bersungguh-sungguh ketika Kenzo menceritakan tentang masa lalunya dengan Luna.     

"Huhft… Aku tidak percaya kau bisa mempunyai masa lalu yang begitu kelam. Karena kau begitu baik, bagaimana bisa wanita itu menyakitimu," jawan Alona sembari mengusap pipi Kenzo dengan penuh kasih sayang.     

"Kau percaya padaku?" tanya Kenzo kemudian.     

"Aku percaya, karena kau kekasihku!" jawab Alona tersenyum lembut.     

Mereka saling memandang satu sama lain. Seakan mencoba menyelusuri hati masing-masing sampai ke relung hati. Dan perlahan Kenzo mendekatkan wajahnya sampai akhirnya mereka saling bersentuhan bibir, Alona memejamkan kedua matanya merasakan kehangatan dan kelembutan bibir Kenzo. Mereka saling menghisap bibir dan menyapu sampai basah.     

Mereka saling melepas ciuman masing-masing dan meregangkan pelukan setelah menyadari hari akan mulai gelap dan matahari sudah tenggelam. Alona tersipu malu setelah Kenzo menatap wajahnya dan menyibak rambutnya dengan lembut, mereka kembali merasakan ciuman bibir yang sudah lama mereka rindukan untuk melepas rindu.     

"Ken, apakah kau baik-baik saja kita menjalani hubungan backstreet lagi?' tanya Alona kemudian.     

Kenzo terdiam sejenak menatap wajah Alona, karena sejujurnya dia ingin meyakinkan ayah Alona akan hubungan mereka yang saat ini mendapatkan penentangan dari ayah Alona.     

"Bolehkah aku datang ke rumah malam ini?" tanya Kenzo dan membuat Alona tersentak mendengarnya.     

"Ke-ru-mah?" tanya Alona terbata-bata.     

"Hem, yah. Ke rumah, aku harus meyakinkan ayahmu, aku ingin bertemu lagi dengan beliau dan menunjukkan bahwa aku memang mencintaimu, beliau tidak perlu takut aku akan mengambilmu dari pelukannya sebagai seorang ayah. Tapi mungkin kau hanya perlu membagi kasih sayang dan cintamu padaku, apa kau siap?"     

"Tapi, Ken… Aku…"     

"Aku tanya apa kau bersedia membagi kasih sayang dan cintamu untukku dan ayahmu?" tanya Kenzo dengan serius.     

Alona mengangguk dengan mantap meski dalam hatinya ada rasa takut bahwa kedatangan Kenzo nantinya hanya akan membuat ayahnya semakin marah dan menentangnya. Lantas mereka beranjak bangun dan pergi hendak menuju rumah Alona, sepanjang perjalanan Kenzo hanya diam saja karena dia berpikir bagaimana dia akan menyapa dan bertemu dengan ayah Alona kembali.     

Begitu sampai di rumah Alona, Kenzo menahan napasnya sejenak sebelum masuk ke rumah Alona. Begitupun dengan Alona yang saat ini mulai berkeringat karena dia sungguh takut membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Dia tak ingin membuat hati Kenzo kecewa, namun juga tak ingin membuat ayahnya merasa terkhianati.     

"Ayo," ajak Kenzo setelah menarik napasnya dalam-dalam menarik tangan Alona.     

Lagi-lagi Alona hanya mengangguk.     

Mereka melangkah bersama menuju rumah Alona. Dan begitu Alona mengetuk pintu dan membukanya dia melihat sang ayah sudah duduk di ruang tengah dengan segelas kopi di depannya.     

"Bapak," panggil Alona.     

"Alona, kau…" sang ayah menghentikan ucapannya ketika melihat Alona datang bersama Kenzo.     

"Malam, Om." Kenzo menyapa dan melangkah maju hendak menyalami tangannya namun, ayah Alona menepis tangan Kenzo sedikit kasar.     

Degh!     

Alona terhenyak hingga kedua matanya melebar menatap wajah ayahnya yang terlihat begitu marah besar pada Kenzo. Sedang Kenzo yang mendapat perlakuan demikian hanya menundukkan wajahnya pilu.     

"Bapak, Alona mohon. Kami saling mencintai, Ayah. Alona mencintai Kenzo, dia pun begitu. Meski kami…"     

"Alona, masuk!" sang ayah membentaknya dengan nada tinggi dan tatapan matanya pada Alona begitu bengis.     

"Bapak…"     

Alona menghentikan ucapannya begitu Kenzo mengeratkan genggaman tangan Alona seakan memberikan sebuah isyarat agar Alona tidak melanjutkan ucapannya. Alona menoleh dan menatap pilu wajah Kenzo, matanya sudah berkaca-kaca menatap wajah Keno. Namun Kenzo menatapnya balik seraya menggelengkan kepalanya.     

"Masuklah," ucapnya lirih pada Alona.     

"Tapi, Ken…"     

"Alona, turuti apa kata ayahmu!" jawab Kenzo menyela.     

Alona bersikeras menggelengkan kepalanya namun Kenzo perlahan meregangkan genggaman tangannya pada tangan Alona.     

"Alona, masuk! Atau bapak akan…"     

Alona mendecak dan berlari segera memasuki kamar. Aleea yang mendengar ucapan sang ayah begitu marah langsung keluar dari kamarnya dan dia menyaksikan semuanya. Dia tampak terkejut dan kebingungan menatap wajah Kenzo dan sang ayah yang saling berpandangan.     

"Saya mohon dengan sangat! Jangan pernah lagi datang kemari atau temui putriku Alona. Karena sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa masuk dan menjadi bagian dari keyakinan kami," ujar ayah Alona sembari mengatupkan dua telapak tangannya layaknya orang yang sedah memohon.     

Kenzo gelagapan, dia ingin berbicara untuk menanggapi ucapan ayah Alona yang begitu menyakitinya. Namun rasa sakit yang teramat sakit membuatnya kehabisan kata dan tidak bisa berbicara lagi.     

"Saya mohon keluarlah! Saya tidak ingin melihat anda disini lagi," ujar ayah Alona kembali.     

Aleea yang mendengar dengan jelas semua itu hanya terpaku di tempat. Dia pun merasa sedih dan ingin membantu Kenzo akan tetapi, semua terasa buntu dan kaku.     

"Maafkan saya, Om." Kenzo berkata sekuat tenaga dan hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saat ini. Kemudian dia beranjak pergi membalik badannya dengan susah payah dan langkah yang berat menuju ke luar rumah Alona.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.