The Lost Love

Kembali pada masa lalu (2)



Kembali pada masa lalu (2)

0Setelah makan malam usai, Kenzo dan Alona keluar bersama dari sebuah tongkrongan tempat kembalinya mereka bertemu. Setelah mereka kini berada di halaman luar, Alona dan Kenzo saling berhadapan. Kenzo tampak gugup, begitupun Alona meski sejak tadi mereka saling berbicara dan bercanda ria.     

Pertemuan kembali, dengan perasaan cinta yang begitu kuat dan mendalam, secara singkat kian semakin bermekaran bak bunga di taman yang semua akan senang merasakannya. Sehingga dalam hitungan menit dan jam mereka tak ingin melepas semua perasaan itu begitu saja.     

"Alona, maukah kau bersamaku lagi?" tanya Kenzo segera.     

"Aku…     

"Aku masih mencintaimu, Alona."     

Alona terdiam sejenak dan menatap wajah Kenzo dalam-dalam.     

"Apa kau mau berjanji setelah kita bersama kau akan selalu jujur dan mencintaiku saja? Kau tidak akan mengkhianatiku lagi seperti sebelumnya?"     

"Aku… Aku berjanji," ujar Kenzo memantapkan bicaranya untuk meyakinkan hati Alona.     

Kini, mereka memulai kembali dalam ikatan kasih dan cinta yang sebelumnya pernah berakhir kandas. Sementara hati dan perasaan mereka masih begitu kuat dan saling mencintai satu sama lain. Kenzo dan Alona tampak bahagia, setelah mereka memutuskan untuk kembali bersama.     

Sampai di rumah, Kenzo selalu menebar senyuman dan langsung saja memeluk sang nenek saat melihatnya di ruang tengah sedang menonton tv. Sang nenek tampak terkejut juga panik begitu Kenzo memeluknya erat dengan perasaan bahagia.     

"Kenzo, ada apa, Nak?" tanya sang nenek setelah Kenzo melepaskan pelukanya.     

"Umh, intinya aku sangat bahagia malam ini, Nek! Sangat bahagia, aku bahagia…" ujar Kenzo menggoyang-goyangkan tubuh sang nenek.     

"Iya, nenek tau kau sangat bahagia malam ini. Tapi apa yang membuatmu bahagia?" tanya sang nenek kembali kian penasaran.     

"Mmh… Nenek akan tau nanti," jawab Kenzo seraya pergi melangkah menuju kamarnya.     

Sang nenek terpaku di tempak melihat Kenzo menari-nari melangkah ke dalam kamarnya. Begitu sampai di kamar, Kenzo segera meraih ponselnya lalu mengirim pesan pada Alona. Menit berikutnya pun Alona membalas pesan Kenzo dengan ucapan dan kata-kata yang manis.     

Hampir sepanjang malam, Kenzo dan Alona saling bertukar pesan lalu kemudian mereka saling tertidur tanpa di sadari hingga pagi telah datang segera Kenzo beranjak bangun lalu kemudian tersadar ponselnya tergeletak begitu saja di sisinya. Lalu dia meraihnya untuk mengrim pesan pada Alona, mengucapkan selamat pagi dengan kata-kata manis.     

Alona belum juga meresponnya, tak ingin sampai terlambat pergi bekerja, Kenzo segera pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sambil bernyanyi dengan nada ceria dan suara yang sengaja dia nyaringkan yang berarti hatinya dalam kondisi yang sangat bahagia.     

Jelang satu jam, dia sudah siap untuk segera pergi ke tempat kerjanya. Lalu kembali dia meraih ponselnya untuk melihat pesan yang dia nantikan dari Alona sejak tadi. Namun, pesan itu masih belum ada. Akan tetapi, pesan yang tidak di duganya datang dari Dinda yang masih saja menghubunginya untuk menanyakan kabar seperti biasanya.     

Mengingat akan janji yang semalam dia ucapkan kembali pada Alona, dia segera mengurungkan niatnya untuk membalas pesan Adinda untuk yang terakhir kalinya. Dia merasa tidak enak hati, selama ini Adinda sudah cukup menjadi orang yang selalu memberikannya dukungan dan hari-hari dimana dia hampir saja berhasil melupakan Alona.     

Namun, sepertinya Tuhan belum memberikannya izin untuk melepas cintanya yang telah lama mengisi ruang hatinya.     

Di sisi itu, Adinda kian kesal setelah Kenzo benar-benar berubah dan tidak lagi ada seperti dulu dia selalu memberikan perhatiannya dan peduli akan setiap pesan yang dia kirimkan seperti biasanya. Lagi dan lagi, Nada melihat sahabatnya yang terus berdecak sebal. Sudah bisa di duga apa penyebab Adinda demikian.     

"Kenapa lagi?"     

"Aku menyerah! Aku tahu, dia memang bukan laki-laki yang baik dan hanya memanfaatkanku saja."     

"Jangan berpikiran yang bukan-bukan dulu, mungkin saja Kenzo sedang memantaskan diri dulu untuk bisa menyatakan perasaannya padamu, Beb."     

"Tidak, Beb… Dia hanya memanfaatkanku saja, mungkin dia hanya menjadikanku sebagai pelampiasan saja. Dia sama saja dengan laki-laki lain yang hanya memanfaatkanku saja, tidak ada yang tulus mencintaiku dan hanya di bibir saja." Adinda tampak sedih, dia benar-benar kecewa dan ingin sekali marah.     

Dia mengakui kesalahannya dengan sikapnya yang selama ini telah menjauh dan tiba-tiba saja tidak lagi menganggap keberadaan Kenzo yang selalu perhatian dan selalu ada di saat dia membutuhkan.     

"Dinda, aku akan menanyakan pada Pandu kenapa Kenzo mendadak berubah seperti ini. Rasanya tidak mungkin jika dia marah, ia adalah orang yang tidak pernah bisa marah pada siapapun itu terutama pada wanita yang dicintainya."     

Dinda terdiam, dia berpikir keras dan bertanya-tanya di dalam hatinya bagaimana tentang hubungannya dengan Kenzo selama ini.     

"Tapi, Beb… Aku rasa, hubungan kita memang hanya sebatas teman saja. Dia tidak pernah menyukaiku, dia hanya menganggapku teman saja."     

Kini Nada yang terdiam karena yang dia tahu dan dia dengar dari kekasihnya Pandu, dia sangat menyukai Adinda. Dia bahkan telah jatuh cinta pada Adinda, tapi entah kenapa dia belum juga menyatakan perasaannya.     

Sedang di tempat kerja, Pandu mencoba untuk menghampiri dan hendak mengajak Kenzo bicara setelah mendengar semua tentang Adinda dari kekasihnya, Nada. Namun, melihat Kenzo yang sedang sibuk bekerja ia segera menahan diri untuk mengajak Kenzo bicara. Nampaknya hari ini Kenzo sedikit berbeda. Seolah ada kebahagiaan yang tak biasa yang menghampirinya saat ini.     

Sampai akhirnya tiba jam waktu pulang, Kenzo bergegas segera pulang lantaran Alona meminta untuk bertemu dengannya. Sedang Pandu yang sejak tadi menunggunya untuk bicara namun sementara pekerjaannya belum usai, maka lagi lagi dia terpaksa menahan diri dan diam saja melihat Kenzo berlalu pergi.     

~     

Kenzo bertemu Alona di tempat seperti biasa, lagi dan lagi mereka bertemu untuk melepas rindu yang sudah bertahun-tahun terpendam. Mereka kembali menikmati masa pacaran seperti biasanya, saling bersenda gurau, saling berpandangan dan saling menggenggam tangan masing-masing, seakan takut untuk terpisah jauh lagi.     

"Alona, bagaimana kabar ayahmu?"     

"Baik, sangat baik!"     

Kenzo hanya tersenyum dan mengangguk.     

"Lalu bagaimana kabar nenek, ibu dan semua orang-orang di rumah?"     

"Mereka baik, dan mereka selalu menanyakan kabarmu."     

"Apakah kau bilang pada mereka bahwa hubungan kita…"     

Kenzo segera menggelengkan kepala menyela ucapan Alona. Sehingga seketika Alona melepas napas panjang tampak merasa lega.     

"Lalu bagaimana dengan ayahmu? Bagaimana jika dia tau kita kembali bersama? Akankah kita kembali di pisahkan secara paksa?"     

Alona terdiam menundukkan kepalanya dan raut wajahnya seketika berubah tanpa kata. Kenzo mengerti, dia tahu jawaban yang akan dia dapatkan dari bibir Alona kali ini. Jawaban yang sama akan dia peroleh, tanpa restu dari sang ayah.     

"Apakah tidak apa dengan hubungan kita yang tanpa restu dari ayahku?"     

"Hem, kita sudah bertahun-tahun menjalin hubungan ini. Tidak masalah bagiku, aku harap kali ini kau tidak lagi meninggakanku sepihak."     

"Apa kau memberikan kata sindiran untuk membalasku, Ken?"     

Kenzo tergelak tawa lantas menarik Alona ke dalam pelukannya. Lalu kemudian Kenzo mengecup kening Alona dengan mesra, terasa hangat di sekujur tubuh Alona merasakan kecupan bibir Alona. Yang kini mulai turun perlahan ke ujung hidungnya, hingga mendarat pada bibir Alona.     

Sejenak mereka saling berciuman bibir, saling menikmati kehangatan dan menyesap hingga basah. Sesaat kemudian mereka saling meregangkan pelukan dan melepas bibir mereka dengan wajah merona.     

"Manis sekali," bisik Kenzo sengaja menggoda Alona.     

Bugh!     

Alona memukul pelan bagian paha Kenzo, dia sungguh malu setelah sekian lama tidak saling berdekatan dan bersentuhan.     

Waktu terus berjalan, hubungan Kenzo dan Alona berjalan dengan baik. Namun, tetap saja. Alona masih saja menemui Kenzo dengan cara bersembunyi seperti biasa, dan itu membuat Kenzo merasa kembali seperti semula. Dimana dia merasa benar-benar jenuh, dia bosan lantaran hubungan yang sudah lama terjalin, terpisah lantas kembali di pertemukan, namun masih tetap saja berada pada titik kejenuhan.     

Malam ini, dia hendak mengajak Alona bertemu. Namun, Alona menolak lantaran tidak ada alasan yang bisa membuatnya bisa pergi untuk menemui Kenzo. Hari ini dia sudah pergi seharian bersama Aleea, menemaninya berbelanja hingga lupa waktu. Sampai akhirnya dia tidak bisa untuk kembali pergi ke luar menemui Kenzo.     

Hal itu lah yang membuat Kenzo merasa kesal dan bosan, hubungan yang hanya memberikan beban dan mendesak Alona kembali menjadi sosok yang egois dan pada akhirnya hubungan mereka tidak akan pernah bersatu. Setelah itu Kenzo segera menelpon Heni, namun secara bersamaan Maya lebih dulu menelponnya sehingga secara spontan di menerima panggilan Maya.     

"Ehhem, halo. Bisa bicara dengan Mr. Kenzo yang tampan?" ujar Maya langsung menggodanya.     

"Mohon maaf, Mr. Kenzo yang anda maksud sedang berada di perantauan."     

"Tsk, tidak lucu! Cepat kemari, aku tunggu kau 15 menit untuk segera datang ke restoran xxx," ujar Maya dengan nada galak.     

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba?" tanya Kenzo heran setelah Maya tiba-tiba saja mengajaknya bertemu di luar.     

Lalu kemudian terdengar suara seorang laki-laki yang tak lain adalah Ryo dan tampaknya beberapa orang teman mereka saat di SMA dulu tengah berkumpul dengan Maya. Kenzo terbelalak, begitu mendengar suara Ryo.     

"Kalian… Wah, aku akan membalas kalian nanti." Kenzo tampak kesal setelah sengaja di goda dan di kerjai oleh para sahabat lamanya.     

"Hahaha, aku tau kau akan marah setelah tau kita sedang berkumpul bersama saat ini." Ryo kian menggodanya.     

"Diam kau! Aku segera meluncur kesana dan kau akan mendapatkan balasan dariku."     

Klik!     

Kenzo mematikan segera panggilan teleponnya lalu meraih jaketnya dengan cepat dia melangkah pergi ke luar kamar.     

Dia melangkah sedikit cepat, menyalakan mesin motornya melaju dengan cepat.     

Begitu sampai di restoran yang dimana saat ini tengah menunggu semua sahabat lamanya saat di SMA. Kenzo melangkah cepat menuju ke dalam restoran, pandangannya berkeliling, sesaat kemudian terdengar seseorang yang memanggil namanya dengan setengah berteriak.     

"Ken!"     

Kenzo menolehh, Ryo melambaikan tangannya dan segera menuju ke tempat itu.     

"Hai…" Ryo beranjak bangun lalu memeluk Kenzo melepas rindu layaknya sahabat yang telah lama tidak saling bertemu.     

"Tsk, mari kita bergelut saja, Yo!"     

Ryo enggan melepas pelukannya dari tubuh Kenzo, malah terus bermanja memeluk Kenzo sampai akhirnya dia meredakan rasa kesalnya dan memeluk Ryo, sahabat yang selama ini telah lama terpisah dengannya lantaran dia harus melanjutkan kuliahnya di luar kota.     

"Kau semakin keren saja, Ken" ujar Ryo sengaja mencolek dagu Kenzo.     

Sontak saja semua tergelak tawa. Kenzo pun segera menyapa dua orang temannya lagi yang ikut berkumpul dalam satu meja. Hanya Maya saja yang dengan sengaja Kenzo tidak menyapanya, dan tentu saja itu membuat Maya mendecak sebal. Kembali semua tergelak tawa saat melihat Maya kesal pada Kenzo dan langsung saja menjitaknya.     

"Iya, maaf."     

"Tiada maaf bagimu, Ken! Kau sudah berani mendurhakai ibu satu anak ini."     

"Oh ya? anak? Jadi, anda sudah memiliki seorang anak? Lalu dimana suami anda?" Kenzo kian semakin jadi mengerjai Maya yang di ketahui datang seorang diri tanpa anak dan suaminya.     

"Iiiih…" Maya kembali memukul-mukul tubuh Kenzo.     

Suasana hati Kenzo sudah berubah, seketika mencari menjadi lebih lega dan bahagia. Setelah sejak tadi dia begitu kesal lantaran gagal bertemu dengan Alona untuk menikmati malam bersama.     

"Bagaimana dengan hubungan percintaanmu dengan Alona, apakah kalian sudah akan menikah?" tiba-tiba Ryo bertanya di tengah obrolan santai dan menikmati hidangan di atas meja.     

Kenzo sedikit tersentak, semantara Maya hanya melirik diam-diam sambil terus menyendok makanannya ke dalam mulut.     

"Emh, yah… Sama halnya dengan orang berpacaran lainnya, kami juga memiliki banyak impian dan harapan untuk kelanjutan hubungan kami ke depannya, tapi itu kami serahkan saja pada Tuhan."     

"Ciye… Kau sudah dewasa, Ken! Kita sudah lama tidak bertemu, dan kau menjadi semakin beriman saja, hihihi…" goda salah satu teman dari mereka.     

"Aku pun tidak percaya mendengar hal itu, Yo. Atau mungkin dia sedang membacanya di sebuah kitab suci sebelum datang kemari, hahaha…" Maya ikut bicara menggoda Kenzo kemudian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.