The Lost Love

Menjemput Heni



Menjemput Heni

0Alona termenung, menundukkan kepalanya lantas perlahan tampak air matanya mulai menetes tanpa henti membasahi pipinya. Ayu yang mulai melihat dengan jelas wajah Alona tiba-tiba menangis segera mendekatinya.     

"Alona, kenapa kau menangis? Duh, Sayang…" Ayu menariknya ke dalam dekapannya.     

Alona pun terisak tangis dalam dekapan Ayu. Hatinya benar-benar pedih, batinnya hancur, pikirannya entah kemana dia akan tujukan hari ini.     

"Ayu… Aku sungguh takut, aku tidak bisa membayangkan apa jadinya dan bagaimana aku akan hidup jika tanpa Kenzo?"     

"Sssstttt… Kumohon jangan menangis, Sayang. Aku jadi ikut sedih," ucap Ayu mencoba untuk menenangkannya.     

Alona kian terisak tangis begitu mendengar ucapan Ayu yang berusaha menenangkannya.     

Sesaat kemudian, Kenzo menelponya. Seketika Alona terkesiap lalu melirik ponselnya namun dia hanya terdiam, tanpa mencoba untuk menerima panggilan telepon tersebut. Kenzo yang sedikit lama menerima respon dari Alona, segera mematikan panggilan teleponnya.     

Saat ini Kenzo sungguh merasa kesal, untuk pertama kalinya dia mendecak mendapat perlakuan Alona demikian.     

Pagi pun tiba, Kenzo segera bangun lalu bersiap-siap untuk pergi menuju kamar mandi. Ada semangat yang tak biasa, saat dia mengingat hari ini akan datang Heni yang selama ini menjadi pengobat hati dan kesepiannya selama jauh dari Alona. Dia beryanyi dengan nada dan suara konyolnya.     

"Akh, masa bodo dengan hari ini." Kenzo berucap dengan nada penuh percaya diri.     

Setelah itu, dia bergegas menuju tempat kerja. Dia ingin menjalani hari ini seperti biasa, dia ingin menyelesaikan pekerjaan hari ini lebih cepat dari biasanya. Dia ingin bersikap masa bodo meski itu tidak sepenuhnya bisa dia lakukan hari ini, tentang hati dan perasaannya saat ini, dia ingin menepisnya.     

Begitu sampai di tempat kerja, seperti biasa. Pandu selalu menyambutnya dengan godaan-godaan kecil dan mengerjainya dengan hal-hal konyol sehingga menyulut semangatnya pagi ini.     

"Ken, apa kau sudah membuka akun media sosialmu?" tanya Pandu.     

"Ehm? Belum, belum sempat. Why?" tanya Kenzo dengan acuh.     

"Tsk. Dasar laki-laki sok tampan!"     

"Aku memang tampan!" balas Kenzo tak mau kalah.     

"Hahaha… Aku percaya, maka itu kau harus membukannya sekarang."     

Kenzo pun menurut apa yang di minta oleh Pandu, dan benar saja. Kekasih Pandu telah meminta untuk men-follow akun media sosialnya, Kenzo menarik napas dalam-dalam. Mau tidak mau akhirnya pun dia harus menerimanya dan membiarkan kekasih Pandu mengenalnya memalui akun media sosialnya.     

"Ingat, Ken! Jangan ambil hati dan berani membuat kekasihku malah jatuh hati padamu nanti." Pandu menggodanya lagi dan lagi.     

"Woah, bukan Kenzo namanya jika harus berani merebut kekasih seseorang terlebih itu masih teman sendiri, Man!" balas Kenzo sekenanya.     

Mereka kembali tergelak tawa bersama lantas memulai pekerjaan seperti biasanya. Hingga siang hari pun tiba, jam istirahatnya dia gunakan untuk menelpon Heni. Dia ingin memastikannya, tentang kepulangan Heni hari ini.     

"Halo, Sayang…" Heni menjawab panggilan telepon Kenzo dengan sengaja langsung menggodanya.     

"Cih, dasar!" tandas Kenzo.     

"Iih, apa kau sudah tidak sabar ingin segera menemuiku?" tanya Heni kemudian.     

"Tentu. Tapi aku ragu, apa kau benar-benar akan pulang hari ini?"     

"Aku sedang menuju bandara. Mungkin sekitar beberapa jam kedepan aku akan sampai," jawab Heni lagi.     

Kenzo terdiam sejenak lantas melirik jam di pergelangan tangannya. Dia ingin memastikan jadwal pekerjaannya dengan kedatangan Heni tidak akan saling membebaninya.     

"Ken!" panggil Heni.     

"Yah? Emh, aku akan menunggumu dan menjemputmu nanti."     

"Baiklah! Aku akan mengabarimu nanti, Ken!"     

Panggilan pun berakhir dan Kenzo menghela napas panjang setelah panggilan terputus dari Heni.     

Jam terus berputar, hingga tiba waktu dimana Kenzo akan pergi menjemput kedatangan kembali Heni di kota kelahirannya. Kenzo kembali ke rumah lebih dulu untuk merapikan diri dan mengenakan pakaian yang pantas untuk dirinya menyambut kedatangan Heni saat ini.     

Kenzo berdiri dan mondar mandir di tengah bandara menunggu Heni datang. Sejenak dia mengingat akan kenangannya saat menemani Alona menuju ke Luar Negeri saat itu. Akan tetapi, dia segera menepisnya lantaran tak ingin membuatnya sesak dan terus merasa pedih di hatinya.     

"Ken…" terdengar suara yang tidak lagi asing bagi Kenzo.     

Sontak saja Kenzo menoleh ke arah dimana datangnya suara itu memanggil namanya. Dan benar, terlihat sosok yang sangat cantik, seksi, rambut cokelat lurus dan senyuman yang menggoda melambaikan tangan padanya saat ini.     

"Heni…" Kenzo tertegun di tempat dan tak bisa beranjak untuk melangkah menghampiri Heni saat ini.     

Lalu Heni berlari hendak menghampirinya, Kenzo dengan ekspresi tertegun lantaran perubahan yang begitu berbeda dari tubuh dan wajah Heni saat ini membuatnya tak mampu beranjak pergi. Heni pun langsung memeluknya tanpa ragu dan malu layaknya pada seorang kekasih yang sudah lama tidak dia temui.     

"Ken… Aku sangat rindu," ujar Heni sambil mengeratkan pelukannya merangkul leher Kenzo saat ini.     

"Aku juga merindukanmu," sahut Kenzo dengan lirih sambil membalas pelukan Heni saat ini.     

Mereka terdiam sejenak merasakan pelukan hangat masing-masing dari wujud rasa rindu mereka yang entah sejak kapan begitu terasa sangat dalam saat ini. Setelah puas merasakan rindu dan pelukan yang sejak tadi saling mengerat, membuat mereka tersadar kembali dan akhirnya pun saling meregangkan pelukan masing-masing.     

"Umh, maaf!"     

"Hem, ttidak apa."     

Mereka saling canggung dan salah tingkah.     

"Mmh… Kita mau langsung pulang atau…"     

"Aku lapar," ucap Heni merengek manja.     

"Tsk. Selalu…" goda Kenzo sambil mengerutkan bibirnya menatap wajah Heni.     

"Kita baru bertemu, rasanya masih sangat canggung dan itu membuatku tidak puas untuk melepas rinduku padamu hanya dengan bertemu seperti ini."     

"Ya ya ya, baik, Tuan Putriku. Ayo, kemana kau akan pergi aku akan menemanimu." Kenzo kembali menggoda Heni.     

Heni tersenyum manja dengan bergelayutan di lengan Kenzo, lantas mereka pun pergi bersama seraya menarik kopernya menuju ke luar bandara saat ini. Tujuan mereka ialah menuju sebuah restoran dimana mereka akan makan malam bersama saat ini.     

Begitu tiba di sebuah restoran, Heni dan Kenzo duduk berhadapan dan segera memilih menu makanan yang akan mereka santap sebagai makan malam bersama saat ini. Sambil menunggu hidangan datang, Heni terus menatap wajah Kenzo yang menurutnya tidak sedikitpun berubah, tetap sweet dan menggemaskan meski gaya rambutnya kini berubah sangat drastis.     

"Ada apa?" tanya Kenzo begitu menyadari tatapan Heni hanya padanya saja sejak tadi.     

"Hem, menurutmu apa?" jawab Heni menggodanya.     

"Cih, kau mulai nakal dan jago menggoda saat ini."     

Heni menyipitkan kedua matanya mendengar ucapan Kenzo. Lantas dia pun memalingkan wajahnya dari pandangan Kenzo yang saat ini bergantian memandanganya tanpa berkedip.     

"Sepertinya ada yang barubah darimu," ujar Kenzo pada Heni.     

"Oh ya? Apa itu?" balas Heni memandangnya kembali.     

"Kau… semakin cantik," jawab Kenzo spontan.     

"Kau menggodaku!"     

"Aku serius, kau semakin cantik. Sepertinya kau sudah banyak mematahkan hati laki-laki saat ini," ujar Kenzo kembali dengan nada menyelidik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.