The Lost Love

The Lost Love 11



The Lost Love 11

0Hari bertambah hari hubungan kedekatan dan keakraban Kenzo bersama Heni kembali kembali dekat. Namun kali ini mereka memutuskan untuk menjadi sepasang sahabat sejati, terlebih sejak Heni mengetahui seorang nenek yang pernah di temui dan di bantunya adalah nenek dari Kenzo.     

Perasaan dan hatinya yang selama ini selalu tertuju pada Alona seketika mampu dia tolerir agar tidak selalu mengusiknya. Heni memang selalu mampu memberikan hal yang dapat membuat suasana hatinya berubah selalu senang dan ceria. Hampir setiap hari mereka saling bertukar pesan, meski Kenzo selalu merasa tidak enak hati karena status Heni yang sudah bersuami saat ini.     

Siang ini, di hari cuti kerjanya dia sedang sibuk memilih berbagai pakaian yang akan dia beli. Sudah lama dia tidak mengoleksi semua pakaian yang sedang trend masa kini, dia memilih tepat di sebuah store khusus penjualan pakaian laki-laki yang selalu up to date akan style semua laki-laki zaman masa kini.     

Kenzo masih sibuk memilih dan mencoba beberapa pakaian yang dia pikir itu pantas dia kenakan di tubuhnya. Dan tiba-tiba saja dia baru menyadari bahwa sejak tadi ada seorang laki-laki yang selalu memperhatikannya dari jarak yang cukup dekat. Dia berpikir itu adalah seseorang yang mungkin mengenalnya akan tetapi, mengapa hanya menatapnya diam-diam?     

Kenzo memberanikan diri menolehnya dan seketika laki-laki itu seolah membuang muka dari tatapan Kenzo. Dan itu membuat Kenzo merasa kian tidak nyaman, maka dia mencoba untuk menghampiri laki-laki itu untuk menyapanya.     

"Halo, permisi!" sapa Kenzo sehingga mengejutkan laki-laki itu.     

''Eng, yah? Ada apa?" jawabnya, laki-laki yang ternyata itu ialah Dewa, kekasih Alona.     

"Maaf, tapi sejak tadi kau diam-diam memperhatikanku. Apakah aku mengenalmu?" ujar Kenzo dengan penuh percaya diri.     

"Tsk, sepertinya kau salah melihatnya. Untuk apa aku memperhatikan sesama lelaki, Bung? Aku juga lelaki, dan aku normal."     

"Mengapa dia nyolot? Aku hanya bertanya dan aku menyapanya baik-baik," gumam hati Kenzo.     

Laki-laki itu hendak pergi dari hadapan Kenzo, begitupun Kenzo yang mengabaikannya segera namun, langkah Dewa berhenti seraya memanggil Kenzo dengan cetus.     

"KAU!"     

Kenzo menoleh kembali ke belakang untuk melihat laki-laki itu lagi.     

"Apakah kau mengenal wanita yang bernama Alona?" tanya Dewa seketika. Dia tak dapat lagi menahan diri untuk menanyakan hal itu pada Kenzo yang sangat dia kenali wajahnya sejak pertemuannya di sisi pantai kala itu.     

Kenzo mengerutkan keningnya, "Siapa kau?" tanya balik Kenzo.     

Dewa menyeringai, "Jadi, kau mengenal nama itu?"     

"Aku… Yah, aku sangat mengenalnya." Kenzo menjawab sekenanya. Kenzo masih tidak mencurigai pertanyaan Dewa yang terkesan mendesaknya. Dia hanya menjawab apa yang harus dia jawab, siapa Alona baginya, dan tentu saja dia sangat mengenalnya.     

Namun lagi dan lagi, Dewa menyeringai. Tapi saat ini dia mengulurkan tangannya pada Kenzo, dan Kenzo kian semakin kebingungan tapi dia tetap mengulurkan tangan menerima jabatan Dewa.     

"Aku Dewa, PACAR Alona!" ujar Dewa dengan santai namun seperti ada penekanan nada di bicaranya kali ini.     

Kenzo terkesiap, dia merasa bagaikan mendapatkan baku hamtaman yang begitu keras di dalam hatinya. Dia tidak tahu mengapa laki-laki ini tiba-tiba muncul dan memperkenalkan diri padanya, dan itu membuatnya sungguh terkejut namun dia tidak boleh terlihat gusar dan gelisah.     

"Oh, hai… Aku, Aku Kenzo. Jadi, kau… Kau pacar baru Alona?" tanya Kenzo dengan nada gamang. Dengan sekuat tenaga dia mencoba untuk terlihat baik-baik saja di depan Dewa.     

"Hem, yah. Aku pacar Alona, dan hubungan kami sudah mendapatkan restu dari ayah Alona. Tapi sayang, hubungan kami saat ini harus berjalan dalam jarak yang sangat jauh, saat Alona kembali ke Indonesia nanti aku berniat untuk melamarnya dan aku ingin…"     

"Lalu apa untungnya bagimu setelah mengatakannya padaku demikian?" tanya Kenzo menyela ucapan Dewa.     

"Oh, kenapa kau terlihat tidak menyukai ceritaku?"     

Kenzo kembali mengerutkan keningnya, dia mulai berpikir bahwa mungkin saja Dewa sengaja melakukan itu untuk membuatnya patah hati. Kenzo menarik napas dalam-dalam dan menatap tajam wajah Dewa, "Kau belum mengenalku dan aku selalu tidak tertarik pada cerita orang lain terlebih orang yang baru aku kenal."     

"Tapi kau mengenal Alona sangat lama, bukan?"     

Kenzo terdiam seakan kehabisan kata.     

"Apa kau sakit hati setelah mendengar hubungan kami mendapatkan restu dari ayahnya?"     

Kenzo tidak tahan lagi mendengar hal itu yang sengaja di pamerkan oleh Dewa, maka dia segera beranjak pergi. "Maaf, aku sedang buru-buru. Dan jika itu impian dan khayalanmu aku ucapkan selamat, jangan lupa bangun setelah ini, Bung!" jawab Kenzo seraya melangkah pergi melewati Dewa yang kini tertegun sejenak mendengar jawaban Kenzo.     

"Hei, tunggu!" Dewa kembali memanggil Kenzo yang kini sudah berlalu pergi dan keluar dari ruangan.     

Namun, Kenzo sengaja mengabaikan panggilan Dewa dengan terus melangkah cepat menuju ke arah motor yang dia parkir di halaman parkir, dan akhirnya Dewa mengejarnya sampai di halaman parkir serta berhasil menghentikan langkah KENzo kembali.     

"Aku harap kau tidak akan mengganggu hubungan kami lagi dan jadi orang ketiga yang akan membuat Alona kembali berpaling dariku," ujar Dewa dengan nada ancaman.     

Kenzo adalah sosok yang tidak mudah marah atau tersulut emosi mengenai hal-hal konyol seperti ini namun kali ini adalah urusan hati dan perasaannya yang masih terukir indah nama Alona di dalam hatinya, dan dia tidak bisa menahan rasa cemburunya itu terlebih kali ini dia memiliki hak sepenuhnya setelah melakukan hubungan intim dengan Alona malam itu.     

"Jadi, apakah ini suatu ancaman atau kau ketakutan jika aku akan tetap menjadi satu-satunya laki-laki terakhir yang Alona cintai?" jawab Kenzo.     

Dewa mengepalkan kedua tangannya mendengar jawaban Kenzo seolah dia kali ini sungguh ingin memberikan sebuah pukulan pada Kenzo. Dan hal itu di sadari oleh Kenzo setelah melirik ke arah ke dua tangan Dewa, tampak dia terlihat begitu kesal dan marah. Tentu saja itu membuat Kenzo sangat puas di dalam hatinya.     

"Kau diam! Itu artinya ucapanku barusan benar."     

"Kau dan Alona tidak akan pernah bersatu, maka itu kau jangan dulu bangga dan berlagak sombong. Alona hanya akan menjadi milikku dan menjadi istriku, karena sampai kapanpun ayah Alona tidak akan merestui kalian yang berbeda keyakinan. Lalu kau bisa apa?"     

"Satu hal yang harus kau tau, Sayang. Hati dan jiwa Alona, sudah bersatu denganku di hati kami masing-masing. Kau boleh memiliki raganya tapi jika hatinya sudah terpaku padaku lalu apa yang bisa kau dapatkan dari kesombonganmu itu?"     

"Kau!!!" Dewa kesal dan hendak melayangkan sebuah pukulan pada Kenzo.     

Akan tetapi, secara bersamaan ponselnya berdering. Sebuah panggilan telepon dari Alona, dan lagi lagi Dewa menyeringai serta langsung saja menunjukkan layar ponselnya untuk memamerkan bahwa Alona kini menelponnya dari Luar Negeri.     

Kenzo hanya menangkat satu alisnya ke atas menimpalinya.     

"Halo, ya, Sayang?" jawab Dewa dengan manis.     

"Kau menelponku tadi, ada apa?" tanya Alona dengan nada biasa saja, tidak seantusias Dewa yang berlagak dia adalah laki-laki yang romantis.     

Dalam hati Kenzo berderu-deru mengetahui Alona becakap dengan Dewa, dan Kenzo tidak bisa mendengar apa yang Alona katakan padanya dari seberang sana. Diam-diam Dewa sudah menelponnya tadi sebelum dia akhirnya memperkenalkan diri pada Kenzo sebagai pacar Alona.     

Tak ingin terlihat dia menahan rasa cemburu dan kesalnya, dia segera menyalakan mesin motornya setelah menaikinya dan itu sengaja dia lakukan agar terdengar oleh Alona dari ponsel Dewa.     

Hal itu benar saja terdengar oleh Alona yang sampai saat ini dia mengenali suara khas motor Kenzo yang mengejutkannya, seketika Alona menghentikan bicaranya dan membuat Dewa kebingungan hendak menghindari dari hadapan Kenzo, namun Kenzo lebih dulu hendak pergi melewatinya.     

Dan dengan begitu berani, Kenzo kembali berbicara pada Dewa sebelum dia pergi yang sudah tentu itu terdengar oleh Alona dari ujung ponsel Dewa, "Aku duluan, Bung! Semoga bahagia dengan mimpi indahmu itu."     

Sebelum Dewa menjawabnya, Kenzo melaju dengan cepat meninggalkan Dewa yang merutukinya bahkan mengumat kasar di dalam hatinya. Dia tak mungkin mengucapkannya secara langsung dan membuat Alona kini menyadari dimana dan dengan siapa dia saat ini. Akan tetapi, tetap saja. Alona mengenal betul suara itu, maka dia segera bertanya pada Dewa.     

"Dewa, suara itu…"     

"Woah, bahkan kau langsung mengenali suara itu meski hanya melalui udara, Alona."     

"Untuk apa kau menemuinya, Dewa? Kau melupakan apa yang sudah kau janjikan padaku saat itu?" ucap Alona mulai tersulut emosi.     

"Demi Tuhan, Alona! aku tidak menemuinya, kami tidak sengaja bertemu di store pakaian laki-laki dan…"     

"Dan kau memperkenalkan diri dengan sengaja sebagai kekasihku? Iya bukan?" teriak Alona dengan marah.     

Dewa tercengang, dia tidak habis pikir jika Alona akan sunggu-sungguh berpikir sampai sejauh itu dan itu benar yang dia lakukan pada Kenzo tadi.     

"Alona, aku… Apakah aku salah memperkenalkan diri padanya?"     

"Salah! kau salah!" jawab Alona yang lalu kemudian mematikan panggilan teleponnya.     

Dewa tampak kebingungan setelah Alona bersikap demikian, "Aaaarght… Apa salahku? Bukankah aku adalah kekasihnya saat ini? dan laki-laki itu hanya mantan kekasihnya tapi kenapa, kenapa, Alona?"     

Sedang kini Alona menangis kesal menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, dia benar-benar marah. Tapi dia tidak tau apa yang membuatnya kini begitu marah, apa yang membuatnya justru sampai menangis tersedu-sedu. Sementara itu, Kenzo melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan rasa cemburu yang saat ini dia rasakan serasa membakar sekujur tubuhnya.     

"Aaaaarght… Brengsek! Cih, menikah? Restu, cinta, sayang, semua bulsyit! Apa yang sebenarnya terjadi padaku, apa yang sebenarnya kau lakukan padaku, Alona? Kau… Apa kau sengaja melakukannya untukku? Kau sengaja ingin mematahkan hatiku?"     

Kenzo menggerutu dan sesekali dia berteriak di sisi jalan sambil melaju dengan cepat. Perasaannya kembali di hancurkan oleh perasaanya yang sampai saat ini belum dia temui titik terangnya bersama Alona, di sisi lain dia dan Alona sudah mengakhiri hubungannya dan di sisi lain apa yang sudah terjadi malam itu sungguh menyiksa batinnya sampai detik ini juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.