The Lost Love

The Lost Love 8



The Lost Love 8

0Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Kenzo dan Alona sudah masing-masing mengenakan pakaian mereka kembali. Alona masih enggan untuk segera beranjak pergi ke luar ruangan dari kamar Ryo, dia kembali memeluk tubuh Kenzo dengan sangat erat.     

"Alona…"     

"Jangan katakan hal apapun lagi, Ken! Kau sudah banyak bicara sejak tadi, kini aku yang harus mengatakannya padamu." Alona menyela ucapan yang hendak Kenzo lontarkan padanya saat ini.     

Kenzo tersenyum sambil menyibakkan rambut Alona ke samping, dia tersenyum lembut pada Alona.     

"Aku akan sangat merindukan ini semua darimu, malam ini akan menjadi malam yang sangat berarti untukku."     

"Sssttt… Jangan membuat ini semua seakan-akan menjadi malam yang terakhir kita bertemu setelah semua yang saat ini kita lakukan, Alona,"     

"Aku tidak berkata demikian, tapi aku akan menjadikan malam ini menjadi malam yang selalu aku kenang sampai kapanpun."     

Kenzo tersenyum, "Ayo! Kita turun, aku akan mengantarmu pulang." Kenzo menarik tangan Alona ke dalam genggamannya.     

Lalu kemudian mereka melangkah bersama bergandengan tangan hendak menuruni anak tangga. Dan setelah sampai di lantai bawah, tampak Ryo sudah terpapar dengan mulut terbuka. Dia tertidur do sofa ruang tengah, Kenzo hendak menjahilinya.     

"Sayang, jangan!" ucap Alona menahan Kenzo dengan reflek dia memanggil Kenzo dengan ucapan kata sayang.     

Kenzo tercengang sesaat."Kau panggil aku apa barusan?" tanya Kenzo kembali mendekat ke arah Alona.     

"Umh, maaf. Maksudku, jangan mengganggunya. Sebaiknya kita pulang saja, aku…"     

"Kau malu padanya? hmm…" Kenzo mulai menggodanya kali ini.     

"Kenzo!" Alona merengek manja seraya mencubitinya.     

Ryo pun terbangun, tampaknya dia terganggu akan obrolan dan canda tawa Kenzo dengan Alona. Lalu dia segera beranjak bangun serta menatap wajah Alona dan Kenzo bergantian. Ryo masih tercengang tanpa bicara apapun, lantas Kenzo menertawainya.     

"Oh ya ampun, kali ini aku pasti akan kerepotan mencuci dan membersihkan kamarku denganair suci." Ryo mengeluh seraya memberikan kata sindiran pada Kenzo dan Alona.     

Sontak saja Kenzo langsung menghampirinya dan menggelutinya. Mereka saling bersenda gurau dan saling memberikan pukulan kecil di atas sofa sehingga Alona ikut serta tertawa melihat kekonyolan Kenzo dan Ryo.     

~     

Sesampainya di tempat yang selama ini selalu menjadi tempat pemberhentian Kenzo ketika mengantar Alona pulang ke rumah, Alona segera turun dari atas motor Kenzo. Dia kembali menatap lekat wajah Kenzo, begitu pun dengan Kenzo yang menatapnya dengan dalam-dalam.     

"Terima kasih, untuk malam ini, Ken!" ucap Alona.     

"Pergilah, setelah sampai di rumah kau harus langsung mandi dan mengganti pakaianmu. Kau minumlah sesuatu yang hangat, jangan sampai jatuh sakit. Besok kau sudah akan berangkat ke LN," sahut Kenzo menasehatinya.     

Alona mengangguk dengan senyuman namun air matanya mulai membumbung.     

"Aku pulang!" ujar Alona sambil memundurkan langkah kakinya dengan pelan.     

"Alona," panggil Kenzo kembali.     

Alona sontak menghentikan langkah kakinya. Dia segera kembali melangkah maju lalu mengecup bibir Kenzo seketika, bukan bahagia yang Kenzo rasakan. Melainkan kesedihan yang mendalam kembali merundung hatinya yang terdalam, dan kini Alona pun akhirnya menitikkan air matanya.     

Entah kenapa kali ini dia sungguh sangat sedih dan tak ingin berpisah segera dari hadapan Kenzo. Meski sudah beberapa kali dia menajalani hubungan jarak jauh dengan Kenzo tapi entah kenapa kali ini dia merasa sungguh berat, tangisannya kian semakin deras.     

"Mengapa kau menangis, Alona? Kau tau sampai detik ini aku tidak pernah menyukainya, aku tidak suka melihat wanitaku menangis," ujar Kenzo sambil mengusap air mata Alona di pipi.     

"Aku, aku hanya…"     

"Sudah, pulanglah segera! Sebelum ayahmu datang kemari dan melihat kita kembaki bersama, aku tidak ingin kau terluka, Alona."     

Alona mengangguk dengan deraian air mata lantas berbalik badan dengan tegas. Dengan sekuat hati dia melangkah kembali lantaran tak ingin kesedihannya semakin kian menjadi, dia terus melangkah dengan setengah berlari tanpa menoleh kembali ke belakang.     

Kini giliran Kenzo yang menitikkan air matanya dengan menatap Alona dari belakang yang tengah berlalu pergi lalu menghilang dari pandangan. Dia pun segera menyalakan kembali motornya dan melaju pergi dari tempat itu, dia ingin segera sampai di rumah, selain lelah dia juga ingin meluapkan segalanya di kamar pribadinya.     

Begitu sampai di rumah, sang kakak langsung menghujaninya dengan pertanyaan.     

"Ken? Kemana saja kau ini, kakak sangat khawatir. Kau bahkan tidak merespon telepon dari kakak, apa kau baik-baik saja? kenapa kau basah kuyup? Kau hujan-hujanan ya?"     

Kenzo menghempaskan napasnya, "Kakak! Aku sangat lelah malam ini, aku tadi… Emh, aku ada urusan yang sangat penting sampai aku kehujanan tadi." Kenzo menjawabnya dengan suara yang sedikit sengau.     

"Astaga, sepertinya kau mulai flu. Kakak akan mengambilkanmu obat, kau pergilah ke kamarmu dan mandilah dulu dengan air hangat, oke!" ujar Ervan yang kemudian meninggalkannya menuju ruang tengah untuk mengambil obat untuk Kenzo.     

Kenzo hanya diam dan tampak langkahnya begitu lunglai, bukan hanya lelah di sekujur tubuhnya. Namun, dia juga berat hati setelah apa yang baru saja terjadi dan dia lakukan dalam waktu sekejap mata saja. Dia pun hendak pergi menuju kamar, namun kini giliran sang nenek yang menemuinya.     

"Nak, ya ampun. Ada apa ini? kenapa kau basah kuyup?"     

"Ehm, tadi Kenzo kehujanan, Nek." Kenzo menjawab sekenanya.     

Sang nenek tampak panik dan cemas lantas menempelkan punggung tangannya di kening Kenzo, dia memang tampak sedikit demam dan flu mulai melanda dirinya.     

"Nek, Kenzo baik-baik saja." Kenzo meraih tangan sang nenek dari keningnya dan di jauhkan dari keningnya segera.     

"Kau sedang demam dan flu!" jawab sang nenek dengan tegas.     

"Nenek benar, cucu kesayangan nenek yang nakal dan manja ini memang sedikit demam dan flu. Entah kemana dia pergi tadi," imbuh Ervan dari arah belakang dengan membawa segelas air putih dan satu kapsul pereda demam dan flu.     

"Hah, ya ya ya. baiklah, aku akui aku salah." Kenzo berserah diri di depan sang nenek dan kakaknya itu.     

"Itu saja? Kau masih tidak mau bilang kemana kau pergi tiba-tiba tadi?" tanya sang kakak kembali mendesaknya.     

"Ayolah, Kak! Ini soal pribadi, hehehe…"     

Sang nenek dan Ervan saling menatap sejenak.     

"YA sudah, kau pergilah ke kamar. Mandi dan jangan lupa minum obat ini, oke!" ujar sang kakak mengomeli nya.     

Kenzo hanya mengerutkan keningnya lantas dengan sengaja menyembikkan bibirnya meledek sang kakak yang mengomeli nya terus sejak tadi.     

Begitu sampai di kamar, Kenzo meletakkan obat dan segelas air putih di atas nakas. Lantas dia terduduk di sisi ranjangnya, dia menatak kosong lantai kamarnya yang putih bersih.     

"Apa yang sudah kulakukan? Apa yang sudah terjadi? Aku sungguh bodoh! Aku bodoh!" Kenzo merutuki dirinya sendiri.     

~     

Pagi pun tiba, Alona yang langsung saja tertidur begitu sampai di kamarnya, terbangun seketika saat alarm di ponselnya berdering lalu dia segera beranjak bangun dan duduk di atas ranjangnya. Dia merasa bersyukur semalam dia hanya bertemu dengan Aleea yang sengaja menunggunya sampai di rumah.     

Sampai pagi ini dia masih enggan menjawab pertanyaan Aleea yang mendesaknya untuk menceritakan mengapa dia pulang dalam keadaan basah kuyup. Alona melirik jam yang di dinding kamarnya, sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Maka dia segera beranjak pergi ke kamar mandi.     

Dia begitu terkejut saat membuka pakaiannya di kamar mandi dan melihat terdapat beberapa tanda kissmark di bagian dadanya dan lehernya juga tengkuk lehernya. Semalam dia masih enggan membuka seluruh pakaiannya untuk membersihkan dirinya, dia tertidur dengan pakaiannya yang basah kuyup.     

Dia menarik napas dalam-dalam lantas membuangnya begitu saja, dia kembali terbayang akan kejadian malam tadi yang dimana setelah ini akan semakin menggebu-gebu menghantuinya. Dia memeluk tubuhnya sendiri, seakan dia masih mencium aroma maskulin tubuh Kenzo.     

"Kak… Kakak, apa kau di kamar mandi?"     

Alona terkejut dan segera tersadar kembali setelah mendengar suara sang adik yang begitu lantang terdengar di luar kamarnya. Lalu dia segera membersihkan diri, beberapa kali dia mencoba menggosok bekas kissmark di bagian dadanya namun nihil.     

"Ken, kau membuatku kesulitan!" ujar Alona mendecak sebal.     

Begitu dia usai membersihkan diri, dia sengaja masih enggan ke luar kamar dan membereskan segala perlengkapan yang akan dia bawa menuju LN. Lalu kemudian dia kembali mendengar suara ketukan pintu yang sangat keras dari luar kamarnya yang di sertai dengan suara nyaring sang adik, Aleea.     

"Ada apa, Aleea?" tanya Alona dengan suara lemah setelah membuka pintu kamarnya.     

"Kak, ya ampun. Apa kau sakit? Mengapa kakak memakai baju yang menutupi leher kakak?" tanya Aleea begitu melihat sang kakak mengenakan pakaian sweater yang menutupi lehernya.     

"Emh, itu… Kakak sedikit kurang enak badan jadi…"     

"Apakah semalam telah terjadi sesuatu, Kak?" tanya Aleea memutus bicara sang kakak.     

"Sudah kakak katakan jangan membahasnya, ayo kita buat sarapan pagi saja." Alona mengalihkan bicaranya.     

"Kakak apa sudah siap-siap?" tanya Aleea kembali.     

"Sudah, ayo kita ke dapur." Alona kembali mengajak dan hendak keluar kamarnya.     

"Emh, apakah hubungan kakak dan kak Dewa baik-baik saja? apakah kalian bertengkar semalam? Atau…"     

"Aleea…" panggil Alona dengan melirik tajam wajah sang adik yang terus saja mendesaknya.     

Aleea pun tersenyum nyengir saat sang kakak memelototinya saat ini, lalu kembali melangkah hendak menuju ruang dapur namun, langkahnya terhenti begitu melihat sosok yang tidak terduga kini berdiri di ruang dapur dan memasak untuk sarapan.     

"Dewa…"     

"Hai, good morning, Sayang! Aku sedang buat nasi goreng, om bilang kau suka nasi goreng. Jadi, aku…"     

"Untuk apa kau datang kesini lagi?" ujar Alona menyelanya.     

Dewa segera mematikan kompor dan melangkah menghampiri Alona lebih dekat. "Kau tau bagaimana aku mencarimu semalaman? Aku sengaja tidak mendatangimu ke rumah karena aku tau kau tidak mungkin pulang dengan kondisi seperti itu semalam."     

"Sebaiknya kau pulang saja, aku sedang tidak ingin melihatmu, Dewa!"     

"Sayang, please… kita harus bicara, semalam aku… Maafkan aku tidak bisa menahan diri, menahan emosiku. Aku sungguh menyesal, Alona. Aku minta maaf," ujar Dewa dengan wajah memohon.     

Alona terdiam, dia malah memalingkan wajahnya dengan kesal.     

Dewa pun segera bersimpuh di depannya, tepat di bawah kakinya saat ini hingga membuat Alona melonjak kaget di ruang dapur melihat sikap Dewa demikian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.