The Lost Love

The Lost Love



The Lost Love

0Alona tampak cantik dan manis dengan setelan yg dia pakai, celana levis berwarna navi, dipadukan dengan baju sabrina warna mustard, rambut lurus di urai panjang membuatnya terlihat sangat manis dan anggun.     

"Ha-hai..." sapanya ketika sudah berada di depan Kenzo.     

"Eh-hai..." Kenzo tampak canggung setelah sejak tadi dia memandang wajah Alona.     

"Kenapa, apakah penampilanku terlalu berlebihan? Ya ampun, sungguh?" Alona segera menyadari dan memperhatikan sekujur tubuhnya.     

"Tidak, tidak! Kau... Kau hanya berbeda hari ini."     

Alona menaikkan satu alisnya ke atas.     

"Hem, kau manis sekali. Woah... Aku jadi semakin gelisah dan ragu mengajakmu untuk pergi bersama."     

Alona tersenyum, lantas mencubitnya dengan gemas. "Ayo, kita pergi sekarang?" tanya Alona segera menyadarkan bahwa waktu terus berjalan cepat.     

"Hem, ayo..." ajak Kenzo mengiyakan.     

Alona segera menaiki motor dan duduk di belakang Kenzo. Hembusan angin mulai menerpa dan tercium aroma parfum khas dari tubuh Kenzo, sontak saja membuat Alona gusar lantaran merasa detak jantungnya seakan ingin melompat.     

Alona jadi pendiam selama dalam perjalanan menuju ke sebuah cafe besar dimana Kenzo akan menghadiri sebuah pesta acara reuni bersamanya.     

Hingga sampai di cafe tersebut, Alona turun dari motor dengan raut wajah cemas. Kenzo pun menyusul turun lantas menatap wajah Alona yang demikian rupa.     

"Kau baik-baik saja?" tanya Kenzo sambil meraih tangan Alona ke dalam genggamannya.     

"Aku... Sedikit gugup," jawab Alona sembari mengeratkan genggamannya pada Kenzo.     

"Oh ya Tuhan, aku disini. Kau akan bersamaku, bukan sendiri."     

"Hem... Iya, huh..." Alona membuang napas panjang lalu menariknya kembali.     

"Ayo..." ajak Kenzo kembali seraya tersenyum lembut.     

Mereka melangkah hendak masuk ke dalam ruangan cafe, sambil bergandengan tangan namun sebelum memasuki ke dalam ruangan Alona kembali menghentikan langkahnya.     

"Alona..." lirih Kenzo memanggilnya.     

Alona menghirup dan menarik napasnya dalam-dalam lantas membuangnya kembali. Lantas melanjutkan langkahnya setelah mengangguk menuruti ajakan Kenzo kembali.     

Tiba di dalam ruangan, Alona dan Kenzo masih saling bergandengan tangan. Beberapa temannya menyambut kedatangan Kenzo dengan ramah, ada pulang yang menyambutnya dengan seruan sebagai isyarat godaan pada Kenzo lantaran dia menggandeng tangan seorang wanita, yaitu Alona.     

"Hai, Ken... Woah, kau memang selalu keren sejak dulu." salah satu dari teman Kenzo menyapa.     

"Ah, tidak... Itu tidak benar, seorang Kenzo masih tetap sama sejak dulu."     

Seseorang itu tersenyum. "Apakah dia istrimu? Atau... Kenapa tidak memperkenalkannya pada kami?" ujar salah satu temannya lagi.     

Kenzo dan Alona saling menatap dengan tersipu malu. Kenzo hanya tersenyum sambil mengusap lembut tangan Alona ke dalam genggaman tangannya.     

"Ciye... Jadi, benar... Dia itu istrimu?" goda salah seorang lagi.     

"Mmh... Aku kesana dulu, ya! Aku harus menyapa yang lain juga," ujar Kenzo mengalihkan.     

"Ya ya, baiklah. Senang bisa bertemu dengan laki-laki populer di sekolah kita."     

Kenzo hanya melambaikan tangannya, dan melanjutkan langkahnya untuk menyapa beberapa temannya lagi.     

Sesaat kemudian, seseorang memanggil Kenzo dengan sedikit lantang sehingga Kenzo dan Alona menoleh seketika.     

"So what???" seseorang yang memanggilnya tampak terkejut setelah berdiri di hadapan Kenzo.     

Kenzo membuang napasnya dengan kasar. "Aku sudah menduga kau akan bereaksi demikian." Kenzo menjawab apa yang kini membuat sahabatnya itu memelototinya.     

"Ha-hai, Ryo..." sapa Alona dengan canggung.     

"Apakah kalian... Kalian kembali bersama?" tanya Ryo dengan terbata-bata.     

Kenzo tersenyum lebar dan hanya mengerlingkan kedua matanya menggoda Ryo.     

"Aaaah... Kalian menyebalkan!" jawab Ryo mendecak manja seperti seorang wanita.     

Alona berusaha menahan tawanya. "Ken, apakah Ryo memang seperti itu? Dia seperti perempuan," kata Alona berbisik.     

"Hemm... Itu sudah sejak lahir," sahut Kenzo mengiyakan.     

Seketika Alona menoleh dengan raut wajah terkejut. Sehingga Kenzo terkekeh-kekeh mendengarnya.     

"Ken..." panggil seseorang kembali, namun kali ini adalah seorang wanita.     

Melihat reaksi Ryo yang seketika menepuk keningnya sendiri, Alona bertanya-tanya di dalam hatinya. Terlebih reaksi Kenzo yang menatapnya dengan sedikit berbeda.     

Kenzo menoleh sejenak ke arah Alona, dan berusaha tersenyum lembut pada Alona. Begitupun Alona, membalas senyuman Kenzo dengan berpura-pura biasa saja.     

"Ups..." wanita yang sudah tentu itu Maya yang kini menghampiri Kenzo dan Alona, tampak terkejut sambil menutupi mulutnya.     

"Wah, pantas saja kau menolak datang bersama kami, Ken. Aku tau, kau sengaja mengiyakan padahal... Hem..." ledek suami Maya pada Kenzo.     

"Sudahlah, jangan menirunya. Itu sangat menyebalkan!" ujar Kenzo menanggapi ledekan suami Maya.     

"Apakah dia Al..."     

"Ya, dia Alona." Kenzo menyela dengan melanjutkan nama yang hendak di sebut oleh Maya.     

"Oh my God. Ken, woah..." Maya tampak tercengang dengan mengalihkan pandangannya ke segala arah.     

Alona tampak kebingungan, dia menatap wajah Kenzo, juga Ryo bergantian. Karena sejak tadi Ryo tampak gelisah setelah Maya datang.     

"Alona, dia... Dia Maya." Kenzo akhirnya mengenalkan dan menyebut nama Maya pada Alona.     

Maya tercengang, tentu dia terkejut setelah sekian lama dia mengenal sosok Maya dari Kenzo dan pernah memiliki rasa cemburu yang begitu besar pada Maya.     

"Hai, aku Maya. Emh... Kau sudah pasti banyak mengenal diriku dari Kenzo, iya bukan?" sapa Maya yang kini mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan sebagai tanda perkenalan dengan Alona.     

Alona masih terdiam, menatap tangan Maya yang menunggunya menjabatnya. Lantas dengan berat hati, dengan ragu-ragu Alona menerimanya.     

"Alona..." ujar Alona setelah menjabat tangan Maya.     

Maya tersenyum padanya. "Akhirnya, setelah sekian lama aku ingin mengenalmu," ujar Maya pada Alona sambil melepaskan jabatan tangannya pada Alona.     

Tampak hening seketika, Alona tersenyum tipis menanggapi ucapan Maya padanya.     

"Hai, Maya... Kau Maya, bukan?" datang kembali sekelompok wanita dan laki-laki yang saat ini menghampiri.     

"Eng, hai... Ya ampun, sudah lama ya, kita tidak bertemu." Maya menyambutnya dengan ramah setelah mengingat-ingat siapa yang menyapanya itu.     

"Maya, kau semakin cantik. Sejak dulu kau memang sudah sangat cantik. Kau juga populer di sekolahmu, eh... Hai, lihatlah! Penampilanmu sudah berubah, kau jadi terlihat seperti wanita tulen. Hahaha..."     

"Dasar, kalian. Apakah dulu aku bukan wanita tulen?" sahut Maya menanggapinya.     

"Tunggu, apakah laki-laki ini suamimu?" tanya seorang lagi menunjuk ke arah suami Maya yang kini berdiri di sampingnya.     

Sementara Alona dan Kenzo serta Ryo hanya memperhatikan obrolan mereka yang terus saling memuji satu sama lain.     

"Iya, dia suamiku. Hehe..." Maya menjawabnya dengan malu-malu.     

"Ya ampun, kupikir kau dan Kenzo yang akan menikah," bisik wanita itu pada Maya.     

Sontak saja semua saling mengerjapkan mata mendengar hal itu.     

"Hei, apa-apaan kalian ini. Aku... Emh, aku dan Kenzo hanya sahabat sejak kecil, jadi kami memang sangat dekat." Maya menepis obrolan itu sambil melirik dengan tatapan datar ke arah Alona.     

"Hem, ya! Aku dan Maya bersahabat sejak kecil, jadi wajar saja kami dekat." Kenzo segera mengiyakan sembari menggenggam tangan Alona.     

Dan hal itu membuat Alona melirik genggaman tangan Kenzo yang begitu erat padanya.     

"Tapi..."     

"Ehm, sudahlah! Kalian kenapa membahas masa lalu begitu, kita datang ke acara reuni ini untuk bersenang-senang." Ryo kemudian menyela untuk menghentikan obrolan mereka saat ini.     

Ryo memang paling mengerti, tatapan Kenzo pada Ryo seolah penuh dengan rasa bangga karena berusaha membantunya dalam posisi yang terjepit.     

Mereka pun kini mulai pergi serta sibuk dengan urusan dan obrolan masing-masing antar teman seangkatan.     

Alona membuang napas kasar setelah kini hanya tinggal berdua saja dengan Kenzo. Sementara Ryo ikut pergi bersama Maya dan bergabung dengan teman-teman yang lain.     

"Aku mau ke toilet sebentar," kata Alona setelah sejak tadi hanya diam saja tanpa bicara sementara Kenzo terus menatap wajahnya.     

"Aku akan mengantarmu," sahut Kenzo seraga beranjak bangun.     

"Ken, aku bisa sendiri. Apa kau tidak malu mengantarku ke toilet wanita?"     

"Kenapa harus malu?" balas Kenzo dengan santai.     

"Tapi..."     

Kenzo segera menarik tangan Alona dan melangkah menuju ruang toilet wanita. Alona mengikuti langkah Kenzo melewati banyak kerumunan para teman-teman Kenzo.     

Secara kebetulan, Maya yang selalu memperhatikan mereka diam-diam melihat mereka menuju ke ruang toilet.     

"May... Sudahlah, jangan mencari masalah lagi." Ryo berbisik pelan untuk tidak terdengar oleh suaminya.     

"Apa maksud bicaramu itu?" tanggap Maya dengan kesal.     

"Aku tidak tau apakah feelingku kali ini benar atau tidak, tapi entah kenapa aku merasa kau sedikit tidak menyukai Alona bersama Kenzo."     

"Cih, kau keterlaluan!" hardik Maya dengan suara pelan.     

"Sayang, ada apa?" tanya sang suami setelah mendengar Maya bicara dengan cetus pada Ryo.     

"Eh? Emh... Tidak, tidak ada apa-apa. Ini, Ryo... Dia terus mengerjaiku sejak tadi," jawab Maya merengek manja pada suaminya.     

"Tsk, dasar! Tidak, aku tidak melakukannya." Ryo berusaha mengelak karena memang itu kenyataannya.     

"Ryo... Berhentilah menggoda istriku ini, atau kau aku hajar!"     

"Woah..." Ryo menghela napas panjang seraya mendongakkan kepalanya ke atas.     

"Sudahlah, aku akan ke toilet." Maya hendak pergi, sontak saja membuat Ryo kembali mendelikkan kedua matanya.     

"May..." panggil Ryo hendak mengejarnya.     

"Eeeh... Kau disini temani aku, dia bilang akan pergi ke toilet. Kenapa kau mau mengikutinya, Yo?" suami Maya menahan lengan Ryo dengan sangat kuat.     

Tak mungkin lagi Ryo mengejar langkah Maya. Dia terpaksa membiarkan Maya dan menemani suami Maya bersamanya.     

Sedang Kenzo, dia menemani Alona yang hendak pergi ke toilet. Namun, Kenzo tau betul, itu bukanlah alasan Alona yang sebenarnya. Dia hanya ingin menghindar lantaran rasa kesalnya bertemu dengan Maya.     

Melihat lorong menuju toilet tampak sepi, sontak saja Kenzo menarik tubuh Alona hingga berbalik ke belakang dan terjatuh dalam pelukan Kenzo.     

"Ken... Lepaskan!" ucap Alona setelah kini Kenzo memeluknya.     

Kenzo begitu kuat enggan melepas pelukannya pada tubuh Alona. Malah justru mendorong tubuh Alona hingga tersandar pada dinding tembok di lorong tersebut.     

Kedua mata Alona terbelalak mendapat perlakuan sikap Kenzo yang demikian padanya saat ini.     

"Apa kau marah padaku?" tanya Kenzo dengan tatapan menyelidik.     

"Aku? Emh... Tidak, untuk apa aku marah?" tanya Alona sambil memalingkan wajahnya.     

"Tatap aku!" titah Kenzo sambil mendorong pipi kanan Alona untuk menatap wajah Kenzo.     

Alona tak berani menatapnya, dia menundukkan kepalanya dari pandangan Kenzo yang begitu dekat dengan wajahnya saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.