The Lost Love

The Lost Love



The Lost Love

0Setelah berhasil menenangkan Aini, dengan membiarkan Aini terus menangisi semua yang sudah berlalu dalam kehidupan Aini, dia mengantar Aini pulang ke rumah. Kali ini tepat di depan halaman rumah Aini, Kenzo mengantarnya. Aini segera turun dari motor, lantas dengan kikuk dan canggung dia berdiri di depan Kenzo.     

"Masuklah, Aini. Aku akan segera pulang, jangan pikirkan apapun lagi. Itu hanya akan menyulitkan hatimu sendiri, mulai saay ini ada aku yang akan selalu menemani hari-harimu dan aku juga akan menjadi sahabat saat kau membutuhkan teman bicara."     

Aini mengangguk saja akan ucapan Kenzo padanya barusan. Lantas dia pun melangkah menuju teras rumahnya, namun langkahnya terhenti dan berbalik badan kembali menatapa wajah Kenzo dengan sendu.     

"Sudah, masuklah! Kau harus segera tidur dan istirahat ya," ujar Kenzo kembali.     

"Terima kasih, Ken! Malam ini kau sudah menemaniku, pulanglah! Hati-hati di jalan," sahut Aini dengan lirih pada Kenzo.     

Kenzo tersenyum lantas menyalakan mesin motornya dan melaju pergi dari halaman rumah Aini. Baginya sudah cukup bahagia saat mendengar ucapan Aini padanya demikian, sebuah ucapan dan perhatian yang biasa saja tapi sangat luar biasa di dalam hatinya.     

Setelah itu Kenzo, begitu laju motor Kenzo kembali melewati sebuah toko bunga tempatnya saat bertemu dengan Citra. Kenzo mulai di buat penasaran akan satu hal, dia ingin tahu kebenarannya, walau bagaimanapun dia harus tahu hubungan antara Aini, Alex dan mungkin juga Citra. Agar dia bisa menyembuhkan duka lara di hati Aini yang membuatnya begitu trauma.     

Sampai di rumah, dia segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia merasa apa yang baru saja dia hadapi cukup melelahkan pikirannya. Dia meletakkan satu lengan tangannya di atas kening, dia mencoba untuk memejamkan kedua matanya dan tertidur. Akan tetapi, menit berikutnya sebuah pesan mendarat di ponselnya.     

Dengan cepat Kenzo membuka matanya dan meraih ponselnya. Dia melihat sebuah pesan itu datang dari Alona, Kenzo tersenyum tipis. Dia pun membaca pesan Alona yang mengucapkan selamat tidur padanya, sedang dia berpamitan bahwa akan segera menuju hotel untuk bekerja seperti biasanya.     

Kenzo hanya membaca pesan dari Alona tanpa membalasnya, lantas dia mencoba untuk memejamkan matanya tertidur kembali. Setelah beberapa jam berlalu, pagi telah tiba. Dia segera terbangun dan terduduk di sisi ranjang, dia meraih ponselnya untuk mengirim pesan sebagai ucapan selamat pagi pada Aini, pagi ini dia ingin menghiburnya dengan ucapan yang sederhana itu.     

Satu jam kemudian, dia sudah siap segera pergi bekerja. Seperti biasa, sang nenek selalu siaga menyiapkannya sarapan dan minuman sebagai bekalnya menuju tempat kerja. Kenzo meraihnya sembari tersenyum lembut pada sang nenek, setelah Kenzo beranjak pergi sang nenek barulah turut tersenyum dengan bahagia dan berpikir bahwa suasana hati sang cucu sepertinya sedang bahagia.     

Selama menjalani pekerjaan dan tugas-tugasnya, Kenzo selalu di usik dan terngiang-ngiang akan ucapan yang Aini katakan padanya. Sejenak Kenzo melirik ke arah jam, menunjukkan masih beberapa jam lagi dia baru bisa pulang. Ketika jam istirahat datang, dia masih enggan beranjak ke luar untuk menghirup udara segar di tempat yang biasa dia jadikan tempat untuk istirahat.     

"Ken, ada apa denganmu hari ini? ayo kita keluar," ajak Pandu setelah dia melihat Kenzo masih sibuk dengan pekerjaannya.     

"Mmh, Pan. Aku ingin menyelesaikan semua pekerjaan hari ini, apakah aku bisa pulang cepat setelah semua selesai?"     

Pandu mengerutkan keningnya ketika melihat Kenzo tampak seperti sedang cemas.     

"Eh… Ada hal penting yang harus aku selesaikan di luar, jadi aku harus pulang cepat hari ini," ujar Kenzo kembali setelah melihat reaksi wajah Pandu terheran-heran.     

"Akh, ya ya ya. Baiklah, kau boleh pulang lebih cepat nanti."     

"Emmuach, kau terbaik!" Kenzo sengaja menggoda Pandu dengan berlagak manis dan manja.     

"Dih, kau membuatku mual!" Pandu mendecak kesal lantas beranjak pergi dari hadapan Kenzo.     

Selama ini, Pandu adalah senior di tempatnya bekerja. Dia menjadi semakin dekat dengan Kenzo semenjak dia mengenal Adinda dan itupun Pandu lah yang berada di balik itu semua, setelah itu Kenzo benar-benar tergesa-gesa mengerahkan semua kemampuannya untuk menyelesaikan sebuah laporan yang selalu menjadi pekerjaannya selama ini.     

Satu jam berlalu, Kenzo sudah menyelesaikan pekerjaannya. Dia beranjak bangun dan menghampiri Pandu di tempat yang berbeda. Dia meletakkan dokumen laporan yang baru dia selesaikan, lantas Pandu benar-benar mengizinkannya untuk pulang lebih dulu.     

"Ken!" panggil Pandu sebelum Kenzo beranjak pergi.     

"YA?" sahut Kenzo menoleh ke belakang.     

"Apa semua baik-baik saja?"     

Kenzo tersenyum, "Yah. Semua baik-baik saja," jawab Kenzo santai.     

"Syukurlah. Aku kira kau sedang dalam masalah, kalau kau butuh bantuanku kau bilang saja. Jangan sungkan," sahut Pandu.     

"Hahaha, ya ya ya. Akan ada saatnya nanti aku butuh bantuanmu, Pandu."     

"Hem, baiklah." Pandu menjawab dan membiarkan Kenzo beranjak pulang.     

Sejujurnya Kenzo memang dalam suasana hati yang tidak nyaman saat ini, dia sudah tidak sabar ingin segera menemui Citra di toko bunga itu kembali dan dia berharap Citra akan masih bisa dia temui hari ini. Kenzo menyalakan mesin motornya dan melaju dengan cepat.     

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, Kenzo melaju kian perlahan setelah mendekat ke arah toko bunga dimana dia bertemu dengan Citra kemarin. Dia segera memarkir motornya tepat di teras depan toko bunga itu, dia melangkah masuk dan benar-benar mendapati Citra kembali sedang duduk mengarang buket bunga di dalam ruangan itu.     

"Oh, hei. Kenzo, kau datang kembali. Aku senang kau kemari lagi," sambut Citra menyapa Kenzo saat Kenzo berdiri di depannya.     

Kenzo tersenyum tipis, "Yah. Aku baru menyadari jika aku sering melewati toko bunga itu setiap pulang bekerja," jawab Kenzo sekenanya.     

"Oh ya? Woah, apakah kali ini memang takdir? Kebetulan aku memang baru kembali ke kota ini, Ken!" sahut Citra sambil kemudian beranjak bangun dan melangkah lebih dekat di depan Kenzo.     

"Mmh…" Kenzo tampak seperti sedang berpikir.     

"Ada apa, Ken? Kau datang untuk mencari bunga lagi atau…"     

"Eh, tidak! Aku datang hanya ingin menyapamu, kita sudah lama tidak bertemu. Jadi…"     

Citra menatap wajah Kenzo dengan tatapan menyelidik, "Apa yang ingin kau tanyakan padaku Ken?" ujar Citra langsung saja menebaknya.     

"Woah, kau ini memang selalu pandai dalam menebak raut wajah seseorang sejak dulu. Hahaha…" Kenzo mencoba untuk tertawa mengalihkan semuanya.     

Namun, Citra semakin menatap heran Kenzo. Membuat Kenzo menarik seketika kedua ujung bibirnya yang baru saja tertawa keras. Lantas Kenzo menarik napasnya dalam-dalam untuk memulai bicaranya dengan hati-hati, sejak dulu dia mengingat betul bagaimana karakter Citra yang selalu mudah sensitif dan terbawa perasaan.     

"Citra, jadi… Laki-laki kemarin adalah kekasihmu saat ini?" tanya Kenzo tanpa basa-basi lagi.     

Citra menaikkan satu alisnya kemudian dia tersenyum genit seraya mencubit lengan Kenzo, "Apa kau datang kemari hanya untuk menanyakan hal itu saja? astaga, aku jadi merasa kau mulai tertarik padaku, Ken!"     

"Cit… Aku tidak sedang bercanda, aku hanya ingin tau apakah laki-laki kemarin benar-benar pacarmu?"     

"Apa maksud pertanyaanmu itu? Apa kau masih menganggapku sama seperti saat duduk di bangku SMA dulu? Dia memang pacarku, dan hanya dia satu-satunya laki-laki yang dekat denganku saat ini," terang Citra pada Kenzo dengan tawa terkekeh-kekeh.     

Kenzo mengerutkan kembali keningnya menatap serius wajah Citra, tampaknya memang benar laki-laki yang di ketahui oleh Kenzo adalah mantan kekasih Aini, kini menjadi kekasih Citra. Kenzo semakin yakin apa yang sedang Aini lalui saat ini memang ada hubungannya dengan Citra.     

Kemudian Kenzo terkejut di sela lamunannya saat Citra menjentikkan jemarinya tepat di hadapan wajah Kenzo, dan hal itu membuat Citra kembali tertawa lepas. Dia sungguh tidak percaya melihat sikap Kenzo barusan, dia merasa Kenzo yang dulu dia kenal kini dia berubah, membuatnya kembali di buat penasaran kembali olehnya.     

"Ada apa? Kenapa kau melamun? Apa yang kau pikirkan? Apa kau memikirkanku saat di sekolah dulu? Atau… Kau menyesal karena saat ini aku sudah memiliki seorang kekasih? Hahaha…" Citra kembali tertawa setelah menggodanya dengan banyak pertanyaan. Dia benar-benar ingin meledek Kenzo saat ini, setelah sekian lama terpisah dengan Kenzo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.