The Lost Love

The Lost Love



The Lost Love

0Alona pun terkejut saat mendengar pertanyaan Ayu yang sontak membelalakkan kedua matanya. "Ayu, kau menyeramkan!" tandas Alona pada Ayu seraya menyesap gelas yang berisi orange jus di depannya.     

"Apa yang kau lakukan? Apa kau sungguh tidak sedikitpun mencintai Dewa setelah selama ini kalian berhubungan?" tanya Ayu ingin mendengar jawaban ketegasan dari bibir Alona.     

"Aku tidak tau, setiap kali aku mencoba untuk benar-benar menjalani hubungan ini dengan hatiku, selalu saja benakku menolak dan seakan terus saja mengejekku dengan ledekan yang menyakitkan. Dan pada akhirnya aku hanya menjadikan Dewa pelampiasanku saja, Ayu."     

"Itu tidak baik untuk di jalani, Alona. Kau gila! Bagaimana bisa kau tahan itu semua, bagaimana kau terlihat baik-baik saja menjalaninya? Kau memang aneh!"     

Alona tersenyum masam dan mengangkat kedua bahunya ke atas seraya menyembikkan bibirnya pada Ayu. Sementara Ayu hanya terus menatap wajah Alona dengan penuh tanda tanya dan membuatnya tampak frustasi mengetahui sahabatnya itu masih saja belum berubah dari masa kondisi hati yang sudah pernah melukainya.     

Waktu berjalan begitu cepat, pagi pun tiba. Kenzo terbangun dengan penuh semangat, setelah kini hubungannya dengan MAya sudah membaik. Dia pun bergegas pergi ke kamar mandi, sesaat kemudian dia merapikan penampilannya dan menyisir rambutnya yang kembali memanjang saat ini, terlihat begitu gondrong.     

"Sepertinya aku harus memotong gaya rambutku kali ini." Kenzo membolak-balik wajahnya untuk menyaksikan rambutnya yang sejak tadi dia rapikan dengan sisir.     

Begitu usai merapikan pakaian dan rambutnya, Kenzo segera melangkah keluar kamar untuk pergi bekerja seperti biasanya.     

Setelah sampai di tempat kerjanya, dia mendapat pesan dari sebuah rekaman suara yang dikirimkan oleh Ayu. Kenzo mengernyit dan dia segera membukanya, dia mulai mendengarkan isi rekaman suara itu dari ponselnya sambil terus melangah menuju meja kerjanya. Namun seketika langkah kakinya terhenti saat mengetahui isi rekaman itu adalah suara pernyataan hati Alona saat ini.     

Kenzo terkejut bukan main dan terpaku di tempat, hatinya campur aduk tak menentu. Lantas dia mencoba untuk mengulang kembali isi dari suara rekaman itu, dan itu benar-benar suara Alona yang menyakan tentang perasaannya pada Kenzo yang justru dia tidak menduganya selama ini.     

Tapi, entah kenapa perasaan yang Kenzo rasakan saat mendengar suara rekaman itu tidak lagi sama seperti saat ia dulu merasakan hal yang sama pada Alona. Mungkin dia memang terkejut mendengar pernyataan itu, tapi tidak ada kebahagiaan di dalam hatinya saat mendengarnya.     

Kenzo kembali melangkah dan mengabaikan rekaman itu kembali, tanpa membalas pesan yang di kirim oleh Ayu padanya. Sedang Ayu menunggu balasan pesan yang di kirim oleh Kenzo, dia tidak sabar untuk mengetahui reaksi Kenzo setelah mendengar suara itu, diam-diam Ayu sengaja merekam semua percakapannya dengan Alona saat sedang nongkrong bersama.     

"Kenapa dia tidak juga membalasnya?" Ayu bertanya-tanya sendiri.     

Sedang Kenzo memulai pekerjaannya seperti biasanya, dia tampak serius tanpa memikirkan apapun dan menganggap serius dengan hati akan suara dari rekaman suara Alona tadi. Hingga menjelang sore, saat harus menuju pulang lantaran semua pekerjaan Kenzo telah usai, dia segera bergegas pergi hendak menuju pulang.     

Laju motor Kenzo terhenti saat melewati sebuah tempat dimana tempatnya pernah menikmati waktu senja bersama Alona, dia hanya menatap tempat itu dari kejauhan. Dia tersenyum lembut, bahkan menatap tempat itu dia tidak lagi merasa peraaannya yang dulu masih sama terhadap Alona.     

Lalu kemudian Kenzo melanjutkan laju motornya hendak menuju ke sebuah barber shop dimana dia akan merubah penampilan rambutnya saat ini. Dia langsung saja melangkah masuk ke dalam ruangan dimana dia akan mencukur dan mengganti gaya rambutnya. Kenzo di sambut ramah oleh pemilik barber shop yang akan melayaninya sesuai yang dia inginkan.     

Satu jam berlalu, gaya style yang Kenzo inginkan kini mendapatkan hasil yang memuaskan.     

"Wah, mas… Sangat tampan dan cocok dengan gaya rambut itu, sepertinya lebih cocok di banding dengan gaya tadi," ujar seorang laki-laki yang melayaninya sejak tadi.     

Kenzo tersenyum seraya mengeluarkan lembaran uang kertas untuk membayarnya, namun dia menggerutu di dalam hatinya. "Apakah maksud laki-laki ini, tadi aku terlihat jelek? Huh… dasar!"     

Kenzo pun melangkah pergi dari ruangan tersebut dan langsung saja menaiki motornya untuk menuju pulang ke rumah, dan lagi-lagi di menghentikan laju motornya saat melihat toko bunga di sisi jalan. Dia teringat Aini, dia pun akhirnya menghampiri toko bunga itu dan segera melangkah masuk ke dalam ruangan.     

Kedatangan Kenzo di sambut ramah oleh penjaga toko bunga itu yang tak lain adalah seorang wanita yang dimana pernah ada di deretan para wanita yang mengejar-ngejarnya saat duduk di bangku SMA dulu. Kenzo tertegun, begitupun dengan wanita itu.     

"Kau, Kenzo bukan?" tanya wanita itu lebih dulu.     

"Kamu Citra, bukan?" tanya balik Kenzo.     

"Hahaha… Astaga, sepertinya mimpi indahku semalam adalah akan bertemu denganmu, Ken! Sudah lama ya, sejak hari pelulusan itu…" wanita yang bernama Citra itu berubah ceria dan sangat ramah menyapa Kenzo.     

Kenzo sedikit salah tingkah, "Emh… Iya, sejak pelulusan itu. Kita tidak lagi bertemu, sampai saat ini kita baru…"     

"Hihihi, senang sekali rasanya. Umh, apa kau mau membeli bunga? Untuk siapa? Ups, jangan bilang itu untuk istrimu, Ken?"     

"Hahaha, istri apaan? Apakah toko bunga ini milikmu?" tanya Kenzo mengalihkan dengan wajah tersipu malu.     

"Oh. Sepertinya kau akan membeli bunga untuk kekasihmu, hem… ini toko bunga milik kakakku, aku hanya membantunya menjaganya saat aku senggang dan kakakku sibuk dengan pekerjaannya yang lain."     

"Wah, kau pantas menjaga para bunga disini. Karena kau… Kau semakin cantik," ujar Kenzo secara reflek menggodanya.     

"Oh ya? akh, jangan merayuku. Aku masih patah hati saat kau menolakku di sekolah dulu, hihihi…"     

"Ayolah, jangan mengingatnya lagi." Kenzo segera mengalihkan pandangannya pada seluruh ruangan untuk menyembunyikan wajahnya dari rasa malu mendengar pernyataan Citra barusan.     

"Hahaha, aku hanya bercanda. Katakan, wanitamu suka bunga yang seperti apa, Ken?" tanya Citra kemudian.     

"Mmmh…" Kenzo tampak berpikir dan melihat seluruh bunga-bunga yang ada di seluruh ruangan itu.     

"Kau mau mencoba memberikannya bunga Anyelir? Aku akan memilih yang warna putih dan merah, konon bunga ini mencerminkan sebuah ungkapan cinta pada pasangan kita, bunga Anyelir warna putih melambangkan cinta yang abadi, sedangkan bunga Anyelir warna merah melambangkan cinta yang mendalam."     

Kenzo tertegun mendengar penjelasan Citra yang begitu cermat menjelaskan makna dari bunga itu, melihat Kenzo hanya terpaksu menatapnya, Citra tersenyum padanya sehingga mengejutkan Kenzo dan segerea tersadar kembali.     

"Emh… Aku mau itu saja, bunga itu sangat cantik."     

"Baiklah, aku akan merangkainya lebih cantik. Sepertinya kau memang sangat mencintai wanita itu, dia sangat beruntung." Citra kembali berbicara seraya meraih beberapa tangkai bunga Anyelir di depannya.     

"Ini yang tidak pernah aku sukai saat bertemu atau berbicara dengan wanita yang pernah memiliki perasaan, selalu serba salah di buatnya." Kenzo menggerutu di dalam hatinya.     

Lantas pandangan Kenzo di alihkan ke berbagai bunga yang lainnya lagi, lantas dia melihat satu bunga yang menurutnya juga tak kalah cantik juga wangi. Kenzo meraihnya beberapa tangkai, lantas meletakkan di sebuah meja tepat di depan Citra. Di tengah kesibukannya, Citra melirik ke arah bunga itu.     

"Tolong rangkai bunga ini juga," pinta Kenzo seraya berdiri di sisi meja itu.     

Citra mengangguk dengan senyuman, dan segera merangkainya setelah dia usai merangkai bunga yang lain yang di minta oleh Kenzo. Setelah menyelesaikan semua rangkaian bunga, Kenzo membayarnya tanpa meminta untuk kembalian uang yang dia berikan barusan.     

"Ken, kembaliannya!"     

"Ambil saja," sahut Kenzo seraya hendak beranjak pergi.     

"Bunga ini?" tanya Citra sembari menyodorkannya pada Kenzo.     

"Aku hanya butuh bunga Anyelir ini, dan bunga itu untukmu saja sebagai tanda pertemuan ulang kita. Emh, aku tidak tau apa makna bunga itu, tapi aku menyukainya. Aku harap kau juga begitu," terang Kenzo dengan ragu-ragu. Dia masih merasa malu dan canggung bertemu dengan salah satu wanita yang dulu pernah di tolaknya lantaran Citra juga seorang wanita yang menjalin dengan banyak laki-laki di sekolah.     

"Gerbera Daisy, bunga yang selalu di kenal melambangkan kecantikan dan kemurnian. Aku menyukainya," sahut Citra dengan senyuman lembut seraya mencium bunga itu. "Terima kasih, Ken!" ucapnya kemudian.     

"Hem, sama-sama. Aku harus segera pergi, senang bertemu denganmu lagi, Citra."     

"Aku juga, hati-hati di jalan, jika berkenan datanglah kembali ke toko ini, Ken!" sahut Citra sambil melambaikan tangan setelah Kenzo beranjak pergi. Dia begitu senang mendapatkan bunga meski bukan melambangkan tentang ungkapan cinta dari Kenzo.     

Setelah Kenzo melangkah keluar dari ruangan, dia terkejut kembali saat kini dia berhadapan dengan laki-laki yang pernah dia temui di salon bersama Aini, dia Alex. Mantan kekasih Aini yang telah membuat Aini sampai saat ini di landa rasa trauma begitu besar sehingga membuat Kenzo turut mendapatkan imbasnya.     

Alex menatap tajam wajah Kenzo seraya melirik ke arah bunga yang Kenzo genggam barusan. Dia hendak melewatinya begitu saja, namun Citra melangkah keluar menyambut Alex dengan panggilan yang tak kalah mengejutkan hati Kenzo.     

"Sayang…" panggil Citra.     

Sontak Kenzo menoleh ke belakang kembali dan melihat Citra tersenyum manis menatap wajah Alex di depan Kenzo saat ini. "Apa ini?" tanya Kenzo di dalam hatinya.     

"Ups, Ken! Kupikir kau sudah pergi," ujar Citra juga terkejut melihat Kenzo berdiri di hadapan Alex.     

"Emh, aku… Aku baru saja akan pergi," jawab Kenzo kikuk seraya hendak melangkah kembali.     

Alex hanya diam saja namun tampaknya dia mulai penasaran kenapa Citra, wanitanya itu mengenal Kenzo. laki-laki yang sebenarnya dia benci setelah melihat Kenzo bersama Aini saat itu.     

"Sayang, bagaimana kau mengenal laki-laki tadi?" tanya Alex mulai menyelidik.     

"Oh? Emh, dia teman sekolahku saat di SMA dulu, ada apa? Kau mengenalnya juga? Kau terlihat terkejut saat menatapnya tadi."     

"Oh, emh… Tidak, aku tidak mengenalnya. Aku hanya terkejut karena kami hampir bertabrakan barusan." Alex mengalihkan dengan berpura-pura tidak mengenal siapa Kenzo. Meskipun di dalam hatinya saat ini dia menggerutu kesal mengetahui Citra dan Kenzo telah saling mengenal lama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.