The Lost Love

The Lost Love



The Lost Love

0"Saat itu, Alona sedang menunggumu untuk menyatakan perasaannya," terang Pandu pada Kenzo yang sudah tentu menyentakkan hati Kenzo ketika mendengarnya.     

"Tapi saat itu Dinda…"     

"Kau tau lah, Ken! Hampir semua wanita itu sama, dia hanya butuh penyesuaian hati dan tentu saja wanita juga ingin di kejar-kejar. Dan itu juga beraku pada Adinda, kau terlalu mudah menyerah jadi Dinda berpikir kau hanya bermain-main dengannya sama halnya para lelaki yang mengejarnya hanya sesaat saja."     

Kenzo tak mampu lagi berkata untuk menanggapi apa yang di katakan oleh Pandu tentang Adinda. Harusnya dia bahagia mendengar hal itu bukan? akan tetapi, dia ingin sekali marah mendengar itu semua. Hatiya begitu sesak hingga dia menarik napas sedalam mungkin begitu kesulitan.     

"Maafkan aku, Ken! Bukan maksudku untuk membuatmu merasa terbebani kali ini. Tapi kau juga harus tau hal ini, agar kau tidak lagi berpikir hal yang tidak benar tentang perasaan Adinda."     

Kenzo masih terdiam dan menundukkan wajahnya, Pandu pun beranjak pergi dari hadapannya dan kini dia terkenang akan semua masa-masa dimana dia saat mengenal Adinda kala itu. Tentang semua sikap dan perhatian serta kedekatannya dengan Adinda saat itu, kian semakin membuatnya merasa sesak saja mengenangnya.     

"Apakah ini salahku?" tanya Kenzo pada dirinya sendiri setelah mengingat saat bagaimana dia mengabaikan Adinda saat itu.     

"Semua sudah terlambat, kau sudah hidup bahagia dengan jodohmu yang sudah Tuhan tentukan, Adinda," ujar Kenzo kembali sambil kini dia beranjak pergi dengan melajukan motornya sangat cepat.     

Setengah perjalanan tanpa sengaja Kenzo bertemu dengan Maya yang kebetulan dia pun menyadari bahwa kini Kenzo sedang menghampirinya. Sontak saja Kenzo menghentikan laju motornya ketika melihat MAya menghadangnya dengan membentang kedua tangannya.     

"Maya, kau sungguh konyol!" ujar Kenzo menghardiknya.     

"Weeeeekkk…" MAya justru menyembikkan bibirnya.     

"Dasar menyebalkan!" ujar Kenzo sedikit kesal.     

"Aku memang menyebalkan, lalu apa urusanmu hah?"     

"Ap akau tidak melihatnya? Semua melihat kita, Maya!" tandas Kenzo kembali.     

"Kau pikir aku akan peduli?" balas Maya acuh seraya kini merubah posisinya dan langsung saja merangkul tangan Kenzo.     

Kenzo segera berpindah posisi untuk memarkir motornya. MAya tersenyum puas setelah melihat Kenzo akhirnya berhenti dan menghampirinya kemudian. Lagi dan lagi MAya bergelayutan manja merangkul lengan Kenzo dan kini hendak melangkah menuju sebuah toko pakaian dimana sejak tadi Maya lebih dulu berada.     

"May, jangan begini. Semua orang akan mengira kita ini pasangan nantinya," ujar Kenzo sembari melepas rangkulan tangan Maya padanya.     

"Ih, biarkan saja pikiran mereka begitu. Aku tidak peduli," bantah Maya sambil merangkul kembali lengan tangan Kenzo.     

Kenzo tak bisa lagi mengelak dan menghindari sikap manja Maya yang demikian padanya. dia hanya pasrah dan membiarkan MAya bersikap manja padanya seraya melangkah masuk ke sebuah ruangan mengikuti langkah Maya.     

"Jangan bilang kau sengaja menghentikanku untuk minta di belikan segala pakaian di dalam toko ini?"     

"Hehehe… Kau memang paling peka, Sayangku."     

"Tsk, kau memang keterlaluan dan mudah di tebak!" Kenzo mendesis kesal.     

MAya tampak riang gembira dan sibuk memilih serta di temani oleh Kenzo, Maya memilih semua pakaian yang dia inginkan dan meminta Kenzo menilainya manakan baju yang pantas untuknya. Dengan sabar setia Kenzo menemani dan ikut di sibukkan oleh aktivitas Maya dalam memilih pakaian.     

Sesekali mereka saling mengobrol dan tertawa lepas layaknya seorang kekasih yang sedang bahagia. Sampai akhirnya Kenzo di kejutkan oleh tatapan seseorang yang benar-benar tak terduga oleh Kenzo.     

"A-i-n-i…" panggil Kenzo terbata-bata memanggil namanya.     

"Tsk, kau disini?" balas Aini tersenyum menyeringai melihat Kenzo kikuk di depannya.     

"I-iya, aku disini bersama…"     

"Ken, baju ini bagaimana menurutmu? Apa kau menyukainya? Apakah aku cantik mengenakan baju ini? kau janji ya, membayar semua ini, aku juga mau…"     

"Cih, pemandangan yang sangat indah, Ken!" ujar Aini menyela setelah melihat Maya menghampiri Kenzo dengan ocehannya dan begitu manja seolah terlihat seperti seorang wanita berbicara pada kekasihnya.     

"Aini, jangan salah paham. Dia ini…"     

"Hem, tidak apa. Aku mengerti!" jawab Aini menyela dan membuat Maya menghentikan ocehannya dan seketika menoleh ke arah Aini saat ini.     

"Oh ya ampun," seru Maya sambil menutupi setengah wajahnya.     

Tanpa bicara lagi, Aini beranjak pergi dari hadapan Kenzo dengan mendecak sebal. Sontak seketika Kenzo mengejar langkah Aini yang beranjak pergi dan Maya pun segera menyusul dengan meletakkan begitu saja semua pakaian yang dia bawa sejak tadi. Kenzo menarik lengan Aini yang hendak meninggalkan ruangan.     

"Aini, Aini… Please, aku mohon! Kau salah paham, dia bukan siapa-siapa. Dia sahabatku, Aini." Kenzo mencoba menjelaskan tentang apa yang dilihat oleh Aini tadi.     

Aini menepis kasar tangan Kenzo. Deru napasnya seolah terengah-engah dan menatap tajam wajah Kenzo dengen kedua mata berkaca-kaca memerah bak tatapan yang sedang menahan amarah yang begitu mendalam.     

"Kau tidak ada bedanya dengan laki-laki lain, yang akan selalu menjelaskan setiap wanita di sisinya hanyalah teman. Lalu kau dan aku? Sejak awal kita juga teman, bukan?" balas Aini dengan cetus.     

Kenzo gusar, dia menatap lekat wajah Aini dan berusaha menarik kedua tangan Aini ke dalam genggamannya. Namun, Aini segera menepis kembali tangan Kenzo yang hendak menggenggamnya dengan ragu-ragu, bahkan kini Aini memalingkan wajahnya dari tatapan sendu Kenzo.     

"Aini, please… Ini tidak seperti yang kau lihat, kau salah paham." Kenzo kembali berbicara dengan lirih, dia sungguh kehabisan kata untuk bersikap meyakinkan apa yang Aini lihat bukanlah seperti yang dia pikirkan saat ini.     

Maya yang kini memperhatikan mereka, masih terpaku di tempat mencoba memantau apa yang akan terjadi selanjutnya, dia tidak ingin gegabah lebih dulu dan membuat keadaan semakin runyam. Namun dia melihat Aini semakin kasar dan begitu marah pada Kenzo, sehingga MAya mulai tersulut oleh keadaan.     

"Ken, aku sudah pernah mengatakannya padamu. Tapi, apakah ini alasan yang membuatmu tidak ingin mengucap janji padaku saat itu?"     

"Aini, aku pantang berjanji sebelum aku membuktikannya. Kau hanya sedang di kuasai oleh masa lalumu yang buruk, tapi bukan berarti aku bisa kau nilai sama seperti mereka."     

"Kau bohong! Kau bohong, Ken! Kau sama seperti Alex!"     

"Aini, dia temanku! Dia sahabatku, kami bersahabat sejak kecil bahkan dia sudah menikah dan memiliki satu anak," uajr Kenzo kembali menegaskan.     

"Aku melihat semuanya, Ken! Aku melihatnya," ujar Aini dengan tatapan sengit.     

Merasa tak tahan melihat sahabatnya itu merasa di intimidasi, MAya segera beranjak menghampiri Aini yang kini menatap tajam di depan Kenzo.     

"Hei, kau! Kenapa kau terus menghardik sahabatku ini?" ujar MAya dengan nada marah.     

"May!" panggil Kenzo menyela dan menarik MAya untuk mundur satu langkah dari hadapan Aini.     

"Ken, dia terus menyalahkanmu sejak tadi, dia tidak tau siapa aku," bantah Maya dengan kesal.     

"Tsk, kau wanita. Sama sepertiku, tapi kau…" Aini menghentikan ucapannya lalu memalingkan wajahnya karena dia sungguh tak kuasa lagi menahan dirinya.     

"Aini, dia MAya. Sahabatku, percayalah!" Kenzo kembali berbicara dengan nada memohon.     

"Hei, apaan sih? Kau ini laki-laki, kenapa kau terus memohon padanya? Biarkan saja jika dia tidak mempercayaimu itu berarti dia tidak benar-benar mencintaimu!" hardik Maya dengan lantang.     

Mendengar hal itu Aini kian semakin kesal dan beranjak pergi dari hadapan Kenzo, tentu saja hal itu membuat Kenzo semakin kebingungan hendak mengejar langkah Aini namun segera Maya menahannya.     

"May, lepas!"     

"Enggak akan pernah! Aku tau wanita itu adalah wanita yang saat ini membuatmu tergila-gila tapi aku tidak menyukai wanita itu, apa kau tidak melihatnya dia seperti apa barusan?" Maya mengomel sambil menahan kuat lengan Kenzo.     

Kenzo kian kebingungan lantas tak tanggung-tanggung menepis tangan Maya untuk tetap mengejar Aini yang telah meninggalkannya sata ini, Maya terpelanting begitu Kenzo mendorongnya dan melanjutkan langkahnya mengejar Aini. Kenzo tak ingin membuat Aini benar-benar membenci Kenzo atas kejadian apa yang saat ini telah di lihatnya.     

"Aini, dengarkan aku!" panggil Kenzo setelah berhasil mengejar langkah Aini.     

"Apa lagi?" tanya Aini seraya menatap wajah Kenzo dengan tangisan.     

Kenzo terkejut melihat Aini menangis menatapnya, tentu saja hal itu membuat Kenzo kian merasa bersalah meski itu bukan salah yang di sengaja, semua pun tahu MAya adalaha sahabat Kenzo sejak kecil. Tapi entah kenapa lagi dan lagi MAya menjadi penyebab pertengkaran dan pemicu salah paham di tengah hubungan Kenzo dengan wanita lain.     

"Aini, please… Aku benci melihat seorang wanita menangis, aku minta maaf, aku minta maaf! Tolong, katakan apa yang harus aku lakukan saat ini jika itu akan membuatmu merasa tenang dan memaafkanku, peracayalah… Aini, dia hanya sahabatku saja. aku hanya bertemu tanpa sengaja tadi, kau lihat aku masih mengenakan pakaian kerjaku."     

Aini terdiam sejenak menatap sekujur tubuh Kenzo yang tampak berantakan dan masih mengenakan pakaian seragam kerjanya, Aini melihat betapa Kenzo saat ini benar-benar berantakan dan terus saja memasang wajah begitu sedih dan sangat ketakutan.     

"Aini… Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk terus menjaga hati dan kesetiaanku meski kau belum memberiku kepastian, tapi melihatmu menghilang beberapa hari ini dan mengabaikanku, lantas hari ini kau begitu marah padaku karena kesalah pahaman itu, jujur aku bingung… AKu harus apa lagi saat ini, Aini?"     

Aini terkesiap saat mendengar ucapan Kenzo yang kini berbalik menyudutkannya.     

"Jika sejak awal aku memang di tolak akan perasaan ini, aku akan menerimanya, aku tidak akan pernah mengganggumu lagi, Aini."     

"Jadi, kau menyerah begitu saja?" tanya Aini dengan tatapan wajah penuh amarah yang tertahan.     

"Kenapa kau selalu menyalahkanku dan menyudutkanku saja, Aini? Aku sedang bertanya padamu, apakah sejak awal kau memang menolakku?" tanya Kenzo mendesaknya.     

"Aku sudah mengatakannya padamu, jika kau memang benar-benar mencintaiku, buktikan! Aku melihat kesungguhanmu menarikku dari masa lalu yang membuatku trauma sampai detik ini."     

"Jadi kau percaya aku tidak membohongimu kali ini?"     

Aini kembali diam tanpa menjawabnya, dia tampak gusar dan memalingkan wajahnya dari tatapan Kenzo. Nyatanya hatinya masih dalam suasana penuh dengan amarah, meski dia berusaha untuk percaya bahwa kali ini Kenzo tidak lah bersalah. Tapi nyatanya, di dalam lubuk hatinya yang terdalam saat ini dia penuh dengan rasa takut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.