The Lost Love

Wanita cantik



Wanita cantik

0Kenzo menunggu Alona yang bersiap-siap sedang dia sudah lebih dulu siap dengan pakaian rapi dan wangi. Kenzo melihat sang ibu selalu tersenyum seakan memberikan sebuah isyarat padanya.     

"Ada apa dengan ibu hari ini? Apakah dia telah merencanakan sesuatu yang aneh?" tanya Kenzo di dalam hatinya.     

Sesaat kemudian, Alona keluar kembali dari kamar. Dengan mengenakan setelan pakaian yang tak terduga oleh Kenzo, sehingga sontak saja membuat Kenzo melotot dan berdiri menatap Alona.     

"Sayang..." lirih Kenzo dengan tercengang.     

Alona tampak kikuk dan salah tingkah setelah mendapatkan tatapan yang tidak biasanya dari Alona. Berbeda dengan sang ibu, yang tampak biasa saja dan kian menebar senyuman manis.     

Alona memakai setelan pakaian yang serba tertutup serta menutupi kepalanya dengan kerudung yang sepadan dengan warna pakaian yang di kenakannya.     

"Apakah... Aku terlihat aneh?" tanya Alona dengan ragu-ragu.     

Kenzo tak mampu berkata apapun lagi lantas melangkah maju dan segera memeluk tubuh Alona dengan erat. Kemudian melepasnya dari pelukannya, menangkap kedua pipi Alona dan lantas menatapnya dalam-dalam.     

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Kenzo pada Alona dengan lirih.     

Alona tercengang dan mengedip-ngedipkan kedua matanya menatap wajah Kenzo. Lantas kembali Kenzo mendekap tubuh Alona.     

"Kau membuat hatiku berdebar..." bisik Kenzo di telinga Alona.     

"Ehhem... Mau sampai kapan kalian akan bermesraan di depan ibu? Apakah kalian lupa disini ada ibu yang memperhatikan kalian sejak tadi?"     

Kenzo dan Alona sontak saling melepas pelukan masing-masing setelah mendengar suara sang ibu berbicara.     

"Ini semua permintaan Alona, dia mengajak ibu belanja tadi. Dia bilang ingin belajar mengenakan hijab, jadi..."     

"Dia sangat cantik, sangat cantik..." ujar Kenzo menyela ucapan sang ibu dengan memuji Alona, sang istri.     

"Ada apa ini?" tanya sang nenek yang kini baru saja masuk ke dalam ruangan yang entah darimana dia sejak tadi.     

"Ya tuhan?" kini giliran sang nenek yang terkejur melihat penampilan baru Alona.     

"Nenek..." tanggap Alona melihat sang nenek.     

Sang nenek tersenyum seraya mengusap lembut pipi Alona. "Kau sangat cantik memakai hijab, Nak..." puji sang nenek.     

Alona tersenyum menanggapinya bahkan hingga berkaca-kaca dari kedua matanya.     

"Kalian mau pergi?" tanya sang nenek seraya menatap wajah Alona dan Kenzo bergantian.     

"Aku ingin mengajak Alona makan malam di luar, Nek."     

"Pergilah, kalau begitu! Nikmati malan kalian bersama malam ini, hem..." sahut sang nenek.     

"Hati-hati di jalan..." lanjut sang ibu, lalu Kenzo dan Alona segera beranjak pergi bersama menuju keluar rumah.     

Sampai di tengah perjalanan, Alona tampak begitu senang dan memeluk tubuh Kenzo dari belakang begitu erat. Dia sungguh bahagia setelah mendengar Kenzo memujinya terus menerus, dan kini Kenzo pun selalu mengusap lembut tangan Alona yang memeluknya.     

Sesaat kemudian, sudah tiba di sebuah restoran mewah yang Kenzo pilih untuk menjadi tempat makan malam bersama istri saat ini.     

Alona turun dari motor, dan menatap wajah Kenzo yang kini juga menatapnya dengan senyuman serta ekspresi takjub pada Alona.     

"Sayang, berhenti menatapku begitu! Aku malu," lirih Alona menegur sang suami yang menatapnya penuh arti.     

"Aku hanya senang, aku juga bahagia melihat istriku ini, begitu cantik mengenakan hijab itu."     

Alona menanggapinya dengan senyuman manja.     

"Ayo, kita masuk!" ajak Kenzo kemudian.     

"Hem, ayo..." sahut Alona menanggapi.     

Sambil berpegangan tangan, Alona dan Kenzo melangkah bersama untuk masuk ke dalam restoran. Namun, secara bersamaan seorang wanita memanggilnya cukup keras dari arah belakang sehingga seketika Alona dan Kenzo menoleh ke arah darimana arah datangnya suara itu.     

"Ma-ya?" Kenzo terkejut bukan main.     

Alona menahan napasnya sejenak melihat Maya datang bersama sang suami bahkan dia memang benar-benar mengenakan hijab dengan penampilannya yang baru nan anggun.     

"Aku hampir tidak percaya, aku pikir bukan kau. Karena..." sapaan Maya terhenti sambil menatap ke arah Alona yang membuatnya juga terkejut dengan penampilan Alona yang baru.     

"Emh, May... Hai, Bro..." sapa Kenzo pada Maya dan sang suami.     

"Wah, kebetulan sekali, Ken. Malam ini kita bisa double date, anggap saja kita mengenang masa berpacaran. Hehehe..." sambut suami Maya dengan tawa kecil mengapa Kenzo.     

Alona segera menatap wajah Kenzo, dari tatapannya dia berharap Kenzo akan menolak ajakan suami Maya untuk berada dalam satu meja makan.     

"Eeh..." Kenzo seolah berpikir dan berat untuk menolaknya dengan menatap ragu wajah Alona.     

"Ken, sejak awal aku ingin lebih akrab dengan istrimu, Alona." Maya menyela dengan senyuman lembut menatap wajah Alona.     

Kenzo pun terpaksa mengiyakan tanpa menunggu tanggapan Alona terlebih dahulu. Maya tampak riang dan jauh lebih bahagia mendengar Kenzo mengiyakan.     

Dengan berat hati, Alona melangkah bersama Kenzo begitu pula Maya dan suami yang menyusul melangkah masuk ke dalam ruangan. Lantas Maya lebih dulu memilih sebuah meja dan kursi dan Kenzo mengiyakan begitu saja.     

Padahal, sebelumnya Alona hendak memilih meja dan kursi yang dia inginkan. Akan tetapi, dia terpaksa menahannya lantaran Kenzo langsung saja mengiyakannya.     

Begitu duduk bersama, Alona tampak hanya diam saja. Tanpa berkata apapun untuk memulai bicaranya, sehingga tampak Maya juga bersikap canggung setelah berhadapan dengan Alona.     

Kenzo dan suami Maya mulai membuka menu makanan di restoran tersebut dan memilihkan menu makanan kesukaan Alona.     

"Sayang, kita makan ini malam ini." Kenzo berbicara seraya menunjuk beberapa menu makan malam pada Alona.     

"Hem, aku terserah kau saja."     

Kenzo tersenyum menanggapinya. Sedang suami Maya dan Maya tampak saling berdebat kecil untuk memilih makanan yang akan mereka santap malam ini.     

Kenzo terkekeh-kekeh melihat Maya dan sang suami demikian. Namun, seketika menghentikan tawanya setelah melihat tatapan Alona yang begitu tajam ke arah Kenzo.     

"Kau begitu bahagia melihatnya," bisik Alona seketika hingga Kenzo mengerutkan keningnya seketika.     

"Sayang..." lirih Kenzo tapi Alona memalingkan wajahnya.     

Kenzo pun mengempaskan wajahnya begitu melihat sikap Alona demikian. Maya melirik diam-diam, dia bisa melihat dengan jelas bahwa Alona begitu tidak senang.     

"Ehhem, Ken... Bagaimana dengan hari-harimu setelah menjadi seorang suami? Hahaha... Aku bisa menebaknya, Alona selalu memohon ampun karenamu." dengan tertawa lepas suami Maya menggoda Kenzo namun, dengan sigap Maya menginjak kakinya sehingga dia menghentikan segera tawanya.     

"Ups, maaf..." ucap suami Maya segera.     

Kenzo tampak tersipu malu mendengar perkataan dan godaan suami Maya padanya.     

"Aku... Aku mau ke toilet," ujar Alona kemudia seraya beranjak berdiri dari tempat dan segera pergi begitu saja.     

Suasana tampak hening, begitu Alona pergi menuju ruang toilet meninggalkan semuanya. Setelah itu, Maya berbicara memecah keheningan.     

"Aku juga mau ke toilet, aku harus buang air kecil. Kalian lanjutkan saja obrolan sesama laki-laki." Maya tergesa-gesa beranjak pergi dari tempat menuju ke ruang toilet.     

Maya berjalan dengan cepat menuju ruang toilet, sedang Alona masih berada di ruang toilet menatap wajahnya dari sebuah cermin besar di ruang toilet sembari mencuci tangannya.     

Maya melangkah masuk dengan ragu begitu melihat Alona berada di dalam ruangan yang sama. Setelah itu, Maya turut menatap wajahnya di cermin yang sama, sehingga membuat Alona segera menundukkan kepalanya.     

Maya dengan sengaja merapikan hijabnya seraya memoles bibirnya kembali dengan lipstik berwarna nude.     

"Alona, apa kau begitu membenciku?" tanya Maya tiba-tiba.     

Alona terkesiap, namun dia berusaha tetap tenang dengan mematikan wastafel di depannya. Alona masih mengabaikan ucapan Maya yang bertanya demikian padanya, dia meraih sebuah tissue dan mengeringkan tangannya yang basah.     

Maya tampak kesal, dia merasa sikap Alona keterlaluan telah mengabaikannya. Sehingga membuat Maya kembali mengajaknya bicara.     

"Alona, apa kau tuli?" tandas Maya dengan kasar.     

Alona menyeringai setelah mendengar perkataan Maya yang demikian. Kini dia menatap wajah Maya dengan tatapan tajam.     

"Apakah kau sungguh benar-benar berubah, May? Akh, tidak. Aku merasa sikapmu saat ini hanya untuk mencari perhatian suamiku."     

Maya menarik napasnya dalam-dalam, mengepalkan kedua tangannya dan berusaha menahan amarahnya yang kini merasa terhina oleh Alona.     

"Sepertinya kau memang sedang menahan cemburu berat padaku sejak dulu. Sayangnya, tak peduli bagaimana kau saat ini bersama Kenzo, tapi aku akan tetap menjadi wanita yang special di hatinya."     

"Oh ya? Hem... Sayangnya kau juga lupa satu hal, Maya. Sampai kapanpun hubunganmu dengan Kenzo hanya akan terjalin sebagai sahabat saja. Apa kau bisa membedakan apa itu cinta dan persahabatan? Sahabat memang akan selalu aja, sahabat adalah abadi. Tapi cinta sejati, tidak akan pernah mudah mati."     

Maya tampak gemetar mendengar Alona berkata demikian, menarik napas dalam-dalam namun tampak gagu dalam bicaranya, lidahnya begitu kaku.     

"Aku duluan, ya! Jangan lupa, ngaca!" ucap Alona dengan penekanan nada yang begitu mendalam lantas dia melangkah keluar meninggalkan Maya di ruang toilet.     

Dengan langkah tergesa-gesa dan menahan rasa kesal keluar dari ruangan menuju ke ruang restoran kembali.     

Begitu sampai ruang restoran, Kenzo melihat wajah Alona tampak berbeda. Terlihat jelas wajahnya begitu tampak marah sehingga Kenzo mulai gelisah.     

Tanpa bicara apapun lagi, Alona segera meraih tas gandeng yang dia tinggalkan di kursi dekat Kenzo duduk sejak tadi.     

"Sayang... Kau..."     

Kenzo tampak kebingungan ketika Alona malah pergi setelah melihat Alona pergi meninggalkannya tanpa berpamitan.     

"Eh, Ken... Istrimu," ujar suami Maya turut gelisah dan kebingungan.     

Kenzo tak berkata apapun, dia beranjak bangun dan melangkah pergi mengejar Alona yang sudah sampai di luar restoran.     

"Alona, Alona, tunggu..." Kenzo menarik lengan Alona setelah berhasil mengejarnya.     

"Ada apa? Kenapa?" tanya Kenzo heran.     

Alona menepis tangan Kenzo dengan kasar. "Kau... Temani saja sahabatmua yang cantik dengan kerudung kebanggaannya itu," ujar Alona dengan lantang.     

Kenzo tercengang. "A-apa maksudmu?" tanya Kenzo terbata-bata.     

"Kau, tidak akan pernah percaya dan mengerti. Aku tidak akan banyak bicara lagi, aku muak!" tandas Alona pada Kenzo kembali.     

"Kau, eh... Tunggu, bisakah kau bicarakan ini tidak dengan penuh amarah? Aku benar-benar tidak mengerti, Alona."     

"Kita akan makan malam bersama, tapi kau malah mengiyakan ajakan Maya dengan suaminya yang sengaja ingin mengganggu kita malam ini. Aku benci itu," hardik Alona masih dengan amarah yang meluap-luap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.