The Lost Love

Kondisi genting



Kondisi genting

0"Pergi!" tandas Alona pada Dewa. Meski suaranya begitu pelan, namun Kenzo bisa merasakan betapa Alona begitu sangat marah kali ini.     

"Sayang…" lirih Kenzo setengah berbisik pada Alona.     

Dewa menyeringai, dia beranjak bangun lantas melewati Alona begitu saja bahkan menubruk tubuh Alona dan Kenzo menuju ke luar ruangan. Kenzo menarik napasnya, menahan rasa kesal dan kemarahannya yang saat ini berusaha dia pendam.     

Alona pun beranjak masuk lalu segera meraih tangan sang ayah, menggenggamnya dengan erat. "Bapak…" lirih Alona dengan deraian air mata.     

Aleea beranjak masuk, dia menatap wajah Kenzo. Lalu kemudian, Kenzo memberikan sebuah isyarat pada Aleea untuk segera keluar dan sengaja membiarkan Aloan berdua dengan sang ayah. Aleea mengerti, dia segera kembali keluar ruangan bersama dengan Kenzo. Dan kembali Kenzo melihat Dewa berdiri di depan ruangan.     

"Kak…" panggil Aleea pada Kenzo dengan berbisik.     

"Aleea, tenanglah…" balas Kenzo pada Alona.     

"Kak, bapak masuk rumah sakit karena kak Dewa mengajaknya berseteru."     

Kenzo terkejut mendengar ucapan Aleea menjelaskan apa yang telah terjadi sebenarnya sehingga membuat ayah Alona terjatuh sakit.     

"Apa yang kau katakan pada ayah Alona sehingga membuatnya terjatuh sakit saat ini, hah?" Kenzo menarik kerah baju Dewa segera tanpa menunggu aba-aba lagi.     

Meski begitu, Dewa tampak santai lalu menarik tangan Kenzo yang mencengkerama erat kerah bajunya saat ini. "Kau sungguh tidak sopan dan mudah marah," ujar Dewa membalas sikap kasar Kenzo padanya.     

Kenzo melepas cengkraman tangannya dari Dewa. "Apa kau masih belum sadar juga siapa kau ini? Alona sudah menjadi milikku, dan kami sudah menikah dengan sah." Kenzo menghardik nya dengan kasar.     

Kenzo tidak peduli meski beberapa dari pengunjung rumah sakit menatapnya dengan heran dan juga takut. Dewa kembali menepisnya bahkan dia membuang ludah dengan kasar berniat menghina serta merendahkan sikap Kenzo barusan. Setelah itu Kenzo sedikit menjauh dari hadapan Dewa.     

"Aku tidak akan pernah membiarkan Alona menjadi milik siapapun, tanpa terkecuali. Apa kau tau, bahwa hubungan kami dulu bukan lagi sekedar berpacaran dan saling terikat. Kami menjalani hubungan layaknya suami istri," ujar Dewa dengan penuh percaya diri, hingga akhirnya hal itu membuat Aleea begitu marah.     

Plak!     

Aleea menamparan dengan sangat keras bahkan sampai membuatnya terengah-engah lantaran emosi yang begitu meluap menuju ubun-ubunnya.     

"Beraninya kau merendahkan kakakku, Alona. kau tidak berhak lagi menyebut kakak sebagai milikmu, atau kau memang sengaja melakukannya karena kau memang muka tembok?" tandas Aleea.     

"Cih, kau sungguh hebat, Ken! Kau mampu meracuni semuanya dan berhasil memiliki Alona dengan cara licik. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri, tanpa memikirkan ayah Alona yang menentang keras hubungan kalian, jadi siapa yang kali ini lebih muka tembok?" balas Dewa tak mau kalah.     

"Kau selalu salah menilai hubungan kami, Dewa. Alona dan diriku sudah di takdirkan bersama, walau bagaimanapun kau menentang atau ayah Alona sekalipun, aku dan Alona akan tetap bersama."     

"Woah… Sungguh drama klasik yang sangat romantis," ucap Dewa seraya membentangkan kedua tangannya seolah meledek Kenzo dengan ucapannya barusan.     

"Bisakah kau pergi saja dari hadapanku?" tutur Kenzo dengan geram.     

Dewa kembali menyeringai dan menatap tajam wajah Kenzo, dia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan raut wajah santai tanpa rasa kesal ataupun merasa bersalah sedikitpun. Dengan terpaksa, Dewa melangkah pergi dari hadapan Dewa dan Aleea. Karena akan percuma saja, dia tidak akan pernah mendapatkan pembelaan dari siapapun, justru dia akan semakin mendapatkan sebuah penghinaan yang menyakitkan.     

"Kak… Aku harap kak Kenzo tidak akan membenci atau berubah sekalipun pada kak Alona setelah mendengar tuturan manusia gila itu," ujar Aleea begitu Dewa pergi dari hadapannya.     

Kenzo berusaha tersenyum menatap wajah Aleea ketika berkata begitu, meski sejujurnya di dalam hatinya kini menangis. Dan entah kenapa dia merasa begitu sakit saat mendengar apa yang telah Dewa katakan pada nya barusan.     

"Itu tidak mungkin terjadi, Aleea. Kakak sudah berjanji akan selalu menjadi orang yang mencintai dan melindungi kakakmu, Alona. Meski sampai detik ini kami belum mendapatkan restu dari ayahmu," tutur Kenzo dengan suara parau.     

"Bersabarlah sebentar lagi, aku yakin bapak akan segera merestui hubungan kalian nanti. aku sangat yakin itu, dan aku akan selalu berusaha membuat bapak untuk menerima kalian sebagai suami istri," jawab Aleea dengan tegas.     

Sementara itu, di dalam ruangan Alona masih menangis sembari menggenggam tangan sang ayah dan tiada hentinya menciumi punggung tangan sang ayah berkali-kali. "Bapak… Maafkan Alona, bangunlah…" ucap Alona dengan lirih.     

Di luar ruangan, Aleea duduk bersama Kenzo dan menceritakan dari awal dengan detail hal yang terjadi pada sang ayah tadi. Kenzo hanya menghela napasnya setelah mendengar apa yang terjadi dan bagaimana kondisi ayahnya saat ini. Sesekali Kenzo menengok Alona di dalam ruangan yang masih saja dengan setia menggenggam tangan sang ayah dengan duduk disisi nya.     

Hingga malam kian larut, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam waktu Indonesia. Kenzo baru saja usai menelpon ke rumah dan memberi kabar bahwa ayah Alona belum juga sadar diri. Sedang di dalam ruangan, ayah Alona mulai membuka kedua matanya perlahan.     

Dia melihat sekeliling ruangan dan Alona yang sejak tadi memperhatikannya terkejut lantas keluar ruangan untuk memberitahu Aleea agar segera memanggil dokter dan memeriksan kondisi sang ayah. Aleea segera memanggil dokter dengan gesit sedang Kenzo beranjak masuk lebih dulu ke dalam ruangan dan menemani Alona.     

Namun, melihat Alona dan Kenzo sang ayah terlihat kembali mengerang dengan tatapan penuh amarah serta kebencian pada mereka. Alona dan Kenzo saling bertatapan, sehingga kini Alona menghampiri sang ayah lalu menggenggam tangannya dengan lembut.     

"Bapak, Bapak… Alona mohon…" ucap Alona sembari menggenggam tangan sang ayah dengan gemetaran.     

"Per-pergi!" hardik sang ayah dengan terbata-bata.     

Aleea pun segera masuk bersamaan dengan dokter dan perawat yang lain. Kenzo meraih Alona untuk menjauh dari sang ayah lantaran dokter akan segera memeriksa kondisi sang ayah. Lantas sang ayah kembali bicara dan meminta Alona serta Kenzo segera pergi dari dalam ruangan.     

Dokter mengangguk dengan cepat. "Tolong, tinggalkan ruangan ini. pasien sedang tidak ingin di ganggu, saya akan memeriksanya dulu," pinta sang dokter pada Alona dan Kenzo.     

Alona menangis tersedu, dia menggelengkan kepalanya. Lantas Kenzo menariknya ke dalam dekapannya dan memaksanya untuk segera keluar dari ruangan, hanya Aleea yang masih tersisa di dalam ruangan untuk memastikan kondisi sang ayah. Padahal, di dalam hati Aleea sangat sedih melihat sang kakak dan Kenzo demikian.     

Setelah dokter memeriksa kondisi sang ayah, kini sang ayah kembali tertidur dengan tubuh yang perlahan melemah. Dokter meminta pada Aleea agar benar-benar menjaga sang ayah dan menjauh dari hal-hal yang hanya membuat kondisinya memburuk.     

"Dok, wanita tadi adalah kakakku dan suaminya. Apakah aku juga akan melarangnya bertemu dengan ayahku?" tanya Aleea dengan linangan air mata.     

"E-eh… Sebagai dokter, saya tidak ingin mencampuri urusan keluarga dari pasien. Tapi untuk saat ini, pasien sangat butuh ketenangan. Jiwa dan batin nya benar-benar terguncang dan itu bisa memicu kesehatan beliau akan semakin buruk dan akhirnya mengalami struk."     

Aleea terkejut mendengar penjelasan sang dokter yang baru saja memeriksa kondisi sang ayah.     

"Baiklah, Dok… Terima kasih," ucap Aleea dengan pelan.     

"Kalau begitu, saya permisi…" pamit sang dokter lalu keluar dari ruangan.     

Begitu sampai di luar ruangan, Alona langsung saja menghampiri sang dokter untuk menanyakan kondisi sang ayah, namun dengan cepat pula Aleea menghalangi sang dokter untuk menjelaskannya pada sang kakak, dan meminta agar dia lah yang memberitahunya untuk menghindari perasaan yang tentu akan membuat sang kakak semakin patah hati nantinya.     

Sang dokter hanya tersenyum lalu kembali melangkah beranjak pergi dari hadapan mereka. Kenzo menatapa wajah Aleea degan heran dan penuh tanda tanya, mencoba menelaan apa yang sebenarnya Aleea akan katakan pada Alona kali ini. Dan Aleea pun menatap wajah sang kakak dan Alona dengan ragu-ragu, dia sedikit takut untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada sang kakak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.