Hembusan Hasrat

Ketangkap Basah



Ketangkap Basah

0  "Nia sayang.... Aku masih belum puas nih.... Baru juga muncrat sekali."    

  Kucium bibir Nia dan kukulum lagi lidahnya. Nia yang masih gemetaran perlahan mulai membuka pelupuk matanya. Setelah lepas dari ciumanku, dia berkata lirih,    

  "Tapi..., aku udah tiga kali...."    

  "Tahan ya, sayang.... Cuma sebentar, kok~"    

  Tanpa basa – basi lagi, langsung saja kutancapkan lagi penisku yang masih tegak berdiri penuh semangat ke dalam liang vaginanya yang masih basah kuyup mengeluarkan campuran cairan cinta kami dari persetubuhan sebelumnya. Kutahan kedua kaki Nia yang mengangkang di atas dudukan toilet dengan kedua tanganku. Kupacu penisku dengan cepat untuk mengejar kenikmatanku sendiri.    

  Tubuh Nia semakin liar menggelinjang dan bergetar hebat karena kenikmatan baru yang dia rasakan. Vaginanya yang ketat dan basah kembali mengencangkan otot – ototnya dan dengan rakus melahap dan meremas penisku. Raungan kencang hampir saja keluar dari mulutnya jika saja aku tidak segera membungkuk dan menyegel bibirnya dengan ciumanku. Kupermainkan mulutnya dan kuhisap – hisap lidahnya. Kutenggak habis semua air yang tersimpan di dalam mulutnya.    

  Desahan penuh nafsu dan suara becek dari selangkangan kami yang beradu menggema mengisi bilik toilet dengan nuansa erotis.     

  Tiba – tiba kudengar suara langkah kaki dari luar bilik tempat kami bercinta. Aku langsung menghentikan permainanku sejenak dan kubiarkan batang penisku yang masih tertancap dalam di lubang cinta Nia dengan kepalanya yang membentur dinding rahimnya sambil menikmati pijatan – pijatan otot- otot dinding vagina Nia sambil terdiam mengamati situasi.     

  Kupertajam pendengaranku dan kudengar suara langkah kaki itu sudah berhenti. Setelah menunggu beberapa lama dan aku merasa yakin kalau orang itu sudah pergi, langsung saja kupacu kembali peniskku yang sudah membengkak keluar masuk vagina Nia dengan ganas.    

  Aku sudah tidak sabar lagi untuk segera muncrat di dalam liang senggama Nia dan mencapai puncak kenikmatan cinta kami. Nia ku tersayang yang penuh pengertian memandangiku dengan tatapan penuh cinta. Nia mulai menekukkan kedua kakinya yang mengangkang untuk menjepit pinggangku dan mendorong - dorong pantatku sehingga selangkanngan kami semakin rapat beradu. Kupindahkan kedua tanganku dari kakinya. Tangan kiriku menahan pinggang ramping Nia dan tangan kananku asik meremas – remas dan menggenjot payudaranya. Nia yang begitu menikmati permainan cinta kami berusaha menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Wajahnya memerah berusaha menahan raungan liar yang keluar menjadi desahan – desahan panas dari sela – sela jarinya.    

  Penisku yang membengkak sudah berkedut – kedut di dalam genjotan kencang dinding vagina Nia yang hangat dan basah. Tahulah aku bahwa sebentar lagi klimaksku tiba. Tubuh Nia yang terduduk di atas toilet juga terasa semakin panas dan bergetar hebat. Otot – otot vagina Nia semakin kuat berkontraksi memerah penisku. Aku segera memeluk tubuh Nia yang menggelinjang menahan nikmat dan berbisik di telinganya,    

  "Sayang, siap – siap ya.... Bentar lagi aku muncrat."    

  Mata Nia yang sudah meredup setengah memejam langsung terbuka lebar kembali dan Nia pun segera merangkulkan kedua tangannya melingkari leherku. Kupindahkan tanganku untuk menahan pinggul dan pantat Nia yang montok. Kuangkat sedikit tubuh Nia dan kupaskan posisi kami sehingga penisku semakin mantap menghujam keluar masuk liang cinta Nia dan menggedor pintu rahimnya. Dengan segera Nia memelukku semakin erat dan kedua kakinya semakin kencang menjepit pinggul dan pantatku.    

  Akhirnya tidak lama kemudian, kami berdua kembali berciuman dan mengalami klimaks secara bersamaan. Raungan liar yang tertahan dalam ciuman kami tak menghentikan deru nafas kami yang memburu menjadi satu. Tubuh Nia bergejolak hebat dan dia semakin mengejang memeluk dan menjepit tubuhku dengan eratnya. Aku pun semakin mempererat pelukan kami dan membawa tubuh Nia yang panas dan bergetar semakin dalam ke dalam rangkulanku.    

  Penisku yang tertancap dalam – dalam di liang cinta Nia mengalami erupsi hebat dan menyemburkan lahar putihnya langsung ke dalam rahim Nia yang menerimanya dengan penuh suka cita. Otot – otot dinding vaginanya langsung berkedut – kedut kencang dan dengan rakus memerah batang kejantananku untuk dapat meminum setiap tetes susu putihku hingga tetes terakhir.    

  Kami nikmati puncak kenikmatan cinta kami untuk waktu yang terasa sangat lama. Ciuman dan cumbuan kami yang begitu intens perlahan menyublim menjadi cumbuan panas dalam ciuman yang mendalam yang menyatukan tubuh dan jiwa kami. Kami berdua memejamkan mata menikmati setiap momen penuh nikmat yang kami rasakan bersama. Tubuh Nia perlahan turun dan kembali terduduk di atas toilet sementara tubuhku yang berada di atas tubuh Nia menindih tubuhnya dengan lembut. Aku berusaha memposisikan kakiku supaya dapat menahan berat badan ku agar tubuhku tidak terlalu sesak menindihi tubuh Nia.     

  Dada dan selangkangan kami saling beradu dan terkunci satu sama lain, mengalirkan kenikmatan yang kami rasakan satu sama lain. Dapat kurasakan detak jantung Nia yang menjalar langsung melalui payudara kirinya yang tergenjot dada kananku dan terasa mengisi ruang dalam dada ku dan bersanding dengan denyutan jantung di dada kiriku. Kubelai halus rambut Nia yang tergerai di belakang kepalanya dan Nia pun membalas dengan belaian lembut di rambutku dan punggungku.     

  Cukup lama kami bertahan dalam posisi kami dan menikmati setiap detik kenikmatan yang kami rasakan bersama. Setelah puas, kami perlahan memisahkan tubuh kami yang terasa sulit dan tak rela untuk berpisah. Kami membetulkan pakaian kami yang berantakan setengah terbuka dan saling melihat penampilan satu sama lain untuk memastikan kalau semuanya sudah beres. Setelah itu perlahan kubuka sedikit pintu toilet dan Nia mengintip situasi di luar toilet.    

  "Sudah aman, kalian berdua. Cepat keluar...."    

  Mendadak kami dengar suara yang membuat kami berdua terperanjat dan rasanya jantung kami nyaris saja copot dan mau melompat keluar dari mulut kami. Tapi dengan cepat kami tersadar kalau suara yang kami dengar adalah suara Arisa. Yah..., karena itu adalah suara sahabat kami yang kamarnya menjadi tempat kami memadu kasih untuk pertama kalinya, maka kami berdua pun merasa bahwa tidak ada yang perlu kami sembunyikan.     

  Kami berdua pun keluar dari dalam bilik toilet bersama – sama. Dan benar saja, kami dapati Arisa yang sedang berdiri tepat di depan pintu toilet tempat kami baru saja bercinta tadi sambil menghentak - hentakkan ujung sol sepatu kanannya ke lantai seolah sudah menunggui kami untuk waktu yang sangat lama.     

  Kening Arisa sedikit berkerut dan alis matanya bergetar. Ekspresi wajahnya seperti sedang kesal. Dia segera membalikkan badannya dan melangkah keluar dari toilet. Kami berdua serempak mengikutinya. Begitu kami bertiga sudah keluar dari toilet, Arisa membalikkan badannya dan melihat kami berdua seperti petugas Satpol PP yang sedang melakukan razia. Setelah memelototi kami berdua dari atas sampai ke bawah. Arisa memejamkan kedua matanya dan perlahan mengeleng – gelengkan kepalanya sambil menghela nafas dalam – dalam. Alisnya yang bergetar perlahan mereda dan ekspresinya kembali tenang saat dia membuka kedua matanya kembali. Bola matanya yang berwarna biru langit menatap kami berdua dalam – dalam....


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.