Hembusan Hasrat

Nia dan Ranata 2



Nia dan Ranata 2

0  *Cklek cklek Kreeeekkkk*    

  Tidak lama setelah kami berdua mencapai klimaks dan masih saling berpelukan dalam kondisi telanjang bugil di atas ranjang, kudengar suara kunci pintu diputar dan pintu terbuka. Mata kami berdua yang masih setengah terpejam dalam buaian kenikmatan langsung membelalak dan kepala kami berdua pun spontan langsung menoleh ke arah pintu kamar yang tadi terkunci. Kami berdua memelototi Arisa yang berjalan masuk melewati pintu kamarnya sambil membawa smartphone di tangan kanannya dan tersenyum nakal.    

  *Jepret jepret jepret!*    

  Kami lihat Arisa dengan cepatnya memotret kami berdua yang masih saling berpelukan telanjang bugil di atas ranjang dengan smartphone yang ada di tangannya. Entah berapa banyak foto yang dia ambil yang jelas aku yakin isinya pasti pemandangan kami berdua yang menyilaukan mata.    

  "Gimana sisa – sisa pengaruh obatnya? Pasti enaak banget kaan? Suara kalian sampai bisa kudengar dari ruang tamu di lantai bawah. Wuiiihhh, untung papa mamaku masih kerja di luar rumah. Coba kalau kalian main gilanya di rumah kalian, kalian pasti sudah digrebek sama ibu kalian. Hehehehe~"    

  Sambil bicara dengan nada menggoda, Arisa tidak berhenti memotret kami dari berbagai posisi dan sudut pandang. Aku bisa melihat celana dalamnya yang hitam berenda saat dia berjongkok untuk memotret kami dari bawah. Garudaku langsung bangkit kembali dan mematuk – matuk selangkangan Nia yang masih terbaring di atas tubuhku, terjebak dalam pelukanku.     

  Nia yang kaget langsung berkata,    

  "Arisa! Jangan lihat! Berhenti foto - fotonya! Aaaaarrrrggggghhhh~! Ranata..., kamu kok besar lagi!?"    

  Kata – kata Nia yang terakhir membuat Arisa langsung memelototiku dan smartphone di tangannya hampir saja lepas dari genggamannya dan jatuh ke bawah.    

  "Ranata! Dasar binatang kamu! Hey! Ini kamarku tahu! Kalian berdua....."    

  Setelah omelan Arisa yang panjang lebar, dia pergi keluar kamar dan menutup pintunya kembali, kami berdua pun langsung bergegas bangkit dari ranjang dan mulai mencari pakaian kami yang berserakan di lantai....    

  *Setelah kami berdua selesai berpakaian*    

  Dengan timing yang sangat tepat, pintu kamar kembali terbuka dan Arisa melangkah masuk kembali ke kamarnya. Setelah sedikit basa – basi, kami berterima kasih padanya yang sudah menyediakan tempat untuk kami berdua memadu kasih sambil tidak lupa menyita smartphone yang ada di tangannya dengan susah payah dan merazia isinya serta menghapus konten – konten foto tak senonoh yang baru saja tersimpan di dalam memorinya.     

  Esok harinya aku tidak lupa untuk menepati janjiku pada Arisa dan kutraktir dia makan di restoran favoritnya, tentu saja sambil mengajak Nia yang telah menjadi kekasihku bersama – sama sebagai perayaan kalau kami akhirnya sudah gajian..., eh salah, jadian....     

  Kubelikan semua menu yang Arisa pesan. Muke gile, nih cewek tidak sungkan – sungkan memesan serangkaian paket hidangan lengkap mulai dari sup hangat sebagai hidangan pembuka, roti dan pasta sebagai hidangan utama dan terakhir parfait buah berukuran besar sebagai pencuci mulutnya. Dengan tubuh sintal dan pinggang ramping yang dimilikinya, dimana gadis ini bisa menyimpan semua makanan itu dalam perutnya yang mungil? Sementara itu, aku dan Nia hanya memesan menu khusus couple berupa parfait es krim buah ukuran double lengkap dengan sepasang sendok dan sedotan dalam satu mangkuk ukuran jumbo dan kami berdua sudah sangat puas menikmatinya.    

  Setelah selesai makan dan aku membayar pesanan kami sambil menangisi isi dompetku yang terkuras di dalam hati, kami bertiga pulang ke rumah dan berpisah di jalan. Arisa pulang kembali ke rumahnya sementara Nia yang menyilangkan tangannya dengan tanganku berjalan menuju ke rumahnya.     

  Kata Nia, rumahnya saat ini sedang sepi karena kedua orang tua nya baru saja berangkat pergi menghadiri undangan kawinan saudara. Aku bertanya kenapa dia gak ikut, yang dibalasnya dengan sebuah senyuman penuh arti sambil tersipu malu. Tahu lah diriku akan arti kode yang diberikannya.    

  Kutarik tubuhnya semakin dekat ke arah tubuhku, bisa kurasakan kehangatan tubuhnya yang kunikmati dengan sepenuh hati. Tidak sabar rasanya bagiku untuk segera memacu langkah supaya bisa cepat – cepat sampai di rumahnya.    

  Begitu sampai di rumah Nia, kami berdua memastikan kalau benar – benar tidak ada orang di rumahnya.    

  Setelah mengunci semua pintu, kami bergegas pergi ke kamarnya untuk melepaskan hasrat nafsu yang sudah kami tahan sedari tadi. Padahal baru kemarin kami berhubungan badan dengan liarnya di kamar Arisa, namun sensasi nikmat tak tertahankan yang kami rasakan membuat kami ingin untuk terus merasakannya.    

  Begitu kami berdua sudah masuk ke kamar Nia, langsung saja kupeluk tubuh Nia dari belakang dan Nia pun segera menolehkan wajahnya ke belakang. Bibir kami langsung bertemu dan kami pun saling berciuman. Kukecup bibir atasnya, lalu aku kecup juga bibir bawahnya. Nia pun membalas dengan melakukan hal yang sama. Dia mengecup bibirku sambil kadang menghisapnya dengan lembut. Aku tersenyum dan kukecup dan kuhisap juga kedua belah bibirnya, membuat bibirnya yang setengah terbuka menjadi basah dan mengkilap. Kemudian melalui celah sempit di kedua bibirnya, aku sisipkan lidahku ke dalam mulutnya dan mulai menari – narikan lidahku berdansa dengan lidahnya. Saling melilit, menarik, mendorong dan menghisap. Ciuman kami menjadi semakin intens diiringi dengan irama nafas hangat kami yang saling menyatu. Sementara itu, tanganku tidak diam begitu saja dan dengan perlahan merayapi kemeja sekolah yang Nia kenakan, melepaskan kancing bajunya satu per satu dari bawah ke atas, sebelum akhirnya ku lepaskan kemejanya turun melewati bahunya dan tertahan di siku – siku lengannya, memamerkan bra berwarna hijau muda yang membungkus kedua buah dadanya yang berukuran besar. Kupermainkan kedua belah payudaranya dengan kedua tanganku. Kuremas – remas dan kadang kuputar – putar hingga saling beradu, lalu aku belai dan aku usap dengan lembut setiap bagian dari payudaranya dan dengan satu gerakan intens kutekankan bibirku pada bibirnya sambil menjepit dan menghisap lidah dan mulut Nia sekuat – kuatnya sembari menekan kedua puting susu Nia yang sudah mengeras dan menonjol keluar dari payudaranya dengan jari – jariku lalu kutarik dan kuputar – putar kedua puting susunya secara bersamaan lalu kulepaskan dan kusentil dengan jariku.    

  Ketika kedua putingnya terkena sentilan jariku dan nafas Nia sudah hampir habis kuhisap, tubuhnya yang sudah begitu tegang sontak bergentar dan menggelinjang hebat dalam pelukanku. Kutahan tubuhnya yang telah jatuh lemas dan perlahan kubawa dia ke atas ranjangnya, sambil memeloroti roknya dan hanya menyisakan celana dalam yang telah becek dibasahi oleh cairan orgasmenya.    

  "Wah , Nia ku tersayang cepet banget basahnya~" Godaku sambil kuberikan senyum.    

  Sambil menarik nafas dengan terengah – engah setelah lepas dari ciumanku, Nia hanya bisa mengeluarkan erangan dan desahan – desahan panas dari mulutnya sembari menatap mataku dalam – dalam. Dia terlihat begitui menikmati gerakan – gerakan tanganku yang tidak berhenti mempermainkan payudara dan puting susunya. Kucium kembali bibirnya dan lidah kami kembali bersatu. Kali ini Nia yang memasukkan lidahnya kembali ke dalam rongga mulutku dan mengaduk – aduk serta menghisap setiap pelosok dalam rongga mulutku. Tangannya bergerak mencoba melucuti celanaku dan memelorotkannya hingga berhenti di lututku. Dia sibakkan celana dalamku dan mengambil batang kejantananku, lalu mulai mengocok – ngocoknya dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya bergerak semakin ke bawah, menggenggam dan mempermainkan kedua buah zakarku.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.