Hembusan Hasrat

Kompetisi Dimulai



Kompetisi Dimulai

0  Dengan senyuman manis dan ekspresi menantang, Arisa berkata kepada Nia,    

  "Hah? Hah? Tapi Nia, kamu sendiri kan yang bilang kalau kamu tidak ada mau hubungan lain dengan Ranata selain untuk bercinta?"    

  Nia langsung mengernyitkan dahinya dan bibirnya bergetar, kemudian dengan ekspresi yang tidak mau kalah dengan Arisa, dia pun segera membuka mulutnya untuk membalas perkataan sahabatnya tersebut.    

  Namun tiba – tiba Arisa menutup matanya dan menghela nafas panjang sambil menurunkan wajahnya seolah seperti sedang mengalah. Nia dan Ranata terdiam saja dan langsung memperhatikan setiap gerak – gerik Arisa.    

  "Ya sudah, begini saja.... Bagaimana kalau aku dan kamu membuat obat cinta untuk diminum oleh Ranata?"    

  Mendengar perkataan Arisa, Ranata langsung terkejut dan keringat dingin langsung mengucur deras di punggungnya. Dalam pengaruh perasaan shock, dia tidak sanggup berkata apa – apa lagi untuk menyampaikan pendapatnya kepada kedua orang wanita yang sangat disayanginya ini.    

  Sementara itu, Nia langsung tersenyum pertanda dia setuju dengan ide Arisa. Nia pun berkata,    

  "Baik lah kalau begitu, kalau Ran bisa memutuskannya setelah meminum obat cinta dari kita berdua.... Akan kuhargai keputusannya itu. Dia kelihatannya linglung sekali sekarang...."    

  Ranata dengan terbata – bata mencoba berbicara kepada para gadis....    

  "Ehm.... Eh...."    

  Tapi dia tidak sanggup menemukan kata – kata yang pas untuk menjelaskan bagaimana perasaannya kepada Nia dan Arisa. Kata – kata seolah nyangkut di ujung lidahnya. Lagipula sepertinya kedua gadis tersebut juga sudah asyik dengan dunia mereka sendiri dan tidak mengindahkan Ranata yang berada di tengah di apit oleh mereka berdua.    

  Nia dan Arisa tiba – tiba berdiri dan memunggungi Ranata sehingga dia tidak bisa melihat ekspresi wajah mereka sementara kedua gadis itu melanjutkan pembicaraan mereka.    

  "Tapi Ranata sudah pasti menyayangi kita berdua, kan?"    

  "Iya, aku yakin sekali kalau Ran sudah pasti suka dengan kita berdua."    

  (Kalau memang aku tidak suka dan sayang kepada kalian berdua, terus buat apa aku mau bercinta dengan kalian berdua?)    

  Ranata Cuma bisa membatin di dalam hatinya. Suaana yang semakin menegang membuatnya tak sanggup untuk berbicara lagi. Akhirnya dia pun memutuskan untuk mendengarkan pembicaraan para gadis sampai selesai terlebih dahulu sebelum membuat keputusan yang sangat penting dalam tujuh belas tahun hidupnya ini.    

  "Kalau begitu, begini saja, bagaimana kalau kita buat kesepakatan?"    

  "Kesepakatan seperti apa?"    

  "Jadi begini, sudah pasti kan kalau yang bisa membuatnya merasa plaing enak...."    

  "Oh, pasti dijamin yang paling unggul kan?"    

  Nia dan Arisa segera berbalik badan dan menatap Ranata dengan tatapan penuh cinta. Ranata tak sanggup menerima tatapan mereka yang seolah ingin melahap dirinya dan akhirnya hanya bisa pasrah menerima apa saja yang akan mereka berdua lakukan pada dirinya. Mereka bertiga pun akhirnya sepakat untuk pergi ke rumah Arisa sepulang sekolah....    

  *Catatan Penulis*    

  Udah, untuk sementara update nya segini dulu. Sorry dikit, saya update pake hape nih soalnya. Tapi mulai sekarang, kujamin tiap hari bisa update walaupun sedikit - sedikit sampai ceritanya tamat.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.