Hembusan Hasrat

Busur Cinta, Ronde 5



Busur Cinta, Ronde 5

0  Ranata terus memompa penisnya mengikuti irama gerakan pinggul Nia, sementara jari – jemarinya dengan lihai mempermainkan vagina Arisa yang masih diseruput olehnya menikmati setiap tetes nektar manis yang mengalir keluar dari kembang kewanitaannya. Tubuh kedua wanita tersebut bergetar dan mulai menggelinjang, bergolak pertanda gelombang klimaks sudah semakin dekat siap menghantam mereka. Penis Ranata yang sudah besar dan keras karena terus - menerus dirangsang oleh gesekan – gesekan yang bercampur dengan pijatan kuat otot – otot dinding vagina Nia yang liat dan kencang serta dengan mulus keluar – masuk memompa lubang kenikmatan sang gadis karena telah dilumasi oleh cairan kenikmatan yang keluar dari daerah pribadinya juga terasa semakin panas dan berkedut – kedut pertanda sudah siap meledak. Gerakan tubuh ketiga insan yang sedang memadu kasih di atas ranjang tersebut menjadi semakin panas dan intens seiring dengan semakin dekatnya mereka bertiga dengan puncak kenikmatan masing – masing.    

  "Niaaa...., Aku sudah mau keluar...!"    

  "Raaann, aku juga.... Keluarin aja.... di dalam.... Penuhi rahimku dengan spermamu....!"    

  "Aaaakkkhhh....! Aku juga udah mau muncratttt....!"    

  Tidak lama berselang mereka bertiga pun saling menyesuaikan irama percumbuan mereka hingga akhirnya Nia , Arisa dan Ranata dapat meraih klimaks secara bersamaan.    

  "Ayo, keluarr!"    

  "Aaakkkhh....! Keluarrr.... Aku keluaarrrr....!!!!"     

  "Aaaahhhhh..... Nia.... Ran... Aku juga muncrattt...!!!!"    

  Tubuh Nia, Arisa dan Ranata bergetar hebat digoyang oleh kenikmatan dahsyat yang dibawa oleh gelombang klimaks yang menghantam tubuh mereka. Penis Ranata yang memuncratkan madu putih kental nya yang memenuhi liang senggama Nia terus dipijat dan diperah dengan rakus oleh otot - otot dinding vagina Nia yang kencang dan kuat. Sementara vagina Arisa yang berkedut – kedut memuncratkan madu cintanya yang langsung diteguk oleh Ranata yang telah termabukkan dengan manisnya kepuasan seksual yang telah mereka raih bersama – sama. Hisapan mulut sang lelaki tak henti – hentinya merangsang vagina Arisa untuk terus mengeluarkan cairan nektar yang memuaskan dahaga nafsu sang lelaki. Tubuh Nia dan Arisa yang saling berpelukan jatuh bergumul di atas tubuh Ranata, tenggelam dalam gelombang kenikmatan yang menerpa diri mereka semuanya....    

  Cukup lama Nia dan Arisa saling berpelukan dalam dekapan tubuh Ranata di atas ranjang. Nafas mereka yang memburu saling bercampur dan tubuh mereka yang masih panas dibakar oleh api nafsu yang berkobar – kobar dalam diri mereka masih belum berhenti bergetar dan berkedut, yang saling menghantarkan rangsangan sensual satu sama lain.     

  .    

  .    

  .    

  .    

  Perlahan Arisa merayapi tubuh Ranata dan mengecup mesra sang lelaki. Dengan tatapan lapar, dipintanya sang kekasih hati untuk memenuhi hasrat nafsunya yang masih belum terpuaskan.    

  "Ran..., giliran ku dong~ Masa' cuma Nia yang kamu bang... Aku juga mau..." "Walaupun kamu sudah muncrat berkali – kali? Kamu masih belum puas, Ris?" Tanya Ranata dengan senyum menggoda. Arisa membalas senyumannya dan diciumnya kembali sang kekasih sambil berbisik lembut di telinganya. "Kalau belum ditusuk pakai senjatamu, aku mana bisa puas~" Lalu dengan senyum nakal dikecupnya lagi sang lelaki yang membalas dengan mengulum bibir dan lidahnya.    

  Nia yang memperhatikan keduanya dengan penuh pengertian menyingkir ke samping dan memberikan ruang kepada kedua insan itu untuk memadu kasih. Ranata bangkit dan menciumi Nia dengan penuh cinta sebelum mulai kembali bercumbu dengan Arisa yang masih terbaring di atas ranjang. Dipegangnya pinggang sang gadis dan dengan kedua tangannya, Ranata mulai bergerak menyusuri dan membelai setiap bagian paha Arisa yang putih dan mulus sambil membuka selangkangan sang gadis lebar – lebar ke samping. Arisa menerima setiap belaian cinta dan kasih sayang dari Ranata yang membuat tubuhnya merasa rileks dan membiarkan dirinya kembali tenggelam dalam kenikmatan cinta.    

  Tubuhnya yang begitu indah dan mulus dengan lekuk – lekuk yang menawan terbaring dengan kedua tangan dan kaki yang terentang ke samping bagaikan busur yang membentang di atas ranjang. Ranata menatap tubuh indah sang wanita yang bagaikan sebuah masterpiece ciptaan Tuhan dan perlahan diangkatnya pinggul Arisa dan dipaskannya posisi batang kejantanannya yang sudah siap beraksi kembali tepat di hadapan lubang kewanitaanya yang tersingkap oleh selangkangannya yang terbuka lebar mengangkang di hadapan Ranata....


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.