Hembusan Hasrat

Badai Mulai Mengamuk!?



Badai Mulai Mengamuk!?

0  Setelah selesai bercinta, Nia dan Ranata mengenakan kembali pakaian mereka dan pamit pulang kepada Arisa yang masih terduduk setengah bugil di atas ranjangnya. Nia dan Ranata berjalan bergandengan tangan sambil menikmati pemandangan kota yang sibuk di bawah langit yang merona merah karena mentari sudah berada di ufuk barat, bersiap untuk kembali ke peraduannya bersama dengan Nia dan Ranata yang juga dalam perjalanan pulang ke rumah mereka masing – masing.    

  Sesampainya di rumah mereka yang masih berada dalam satu kompleks perumahan, Nia dan Ranata segera mandi membersihkan dirinya sebelum beristirahat sebentar dan menikmati makan malam dengan keluarga mereka masing – masing. Setelah itu mereka berdua belajar dengan serius di kamarnya dan bersiap – siap untuk menyongsong hari esok di sekolah.    

  xox xox xox    

  Keesokan harinya....    

  xox xox xox    

  Di pagi hari yang indah, Ranata tiba di sekolah dan masuk ke ruangan kelasnya. Ketika baru masuk ke ruangan kelasnya dirinya sedang berpikir bahwa potensi masalah dan konflik yang bisa terjadi di antara dirinya dengan Nia sang kekasih hati dan Arisa sahabat baik mereka berdua sudah terselesaikan dengan damai berkat kejadian kemarin, terutama setelah melihat bahwa Arisa dan Nia yang telah tiba lebih dahulu dari dirinya sedang duduk di bangku mereka yang terletak di belakang dirinya sambil mengobrol seperti hari – hari biasanya.    

  Disapanya kedua gadis tersebut dan mereka berdua membalasnya dengan senyuman yang sangat manis begitu indah dipandang mata. Ranata juga ikut tersenyum memikirkan bahwa mulai sekarang mereka akan menjalin hubungan yang damai dan harmonis. Diturutinya saja ketika Arisa mengajak mereka bertiga untuk ngobrol – ngobrol secara privat di ruangan lab biologi yang telah menjadi daerah teritori kekuasaannya di sekolah, sehingga merupakan tempat yang paling aman untuk mereka bertiga membicarakan sesuatu yang bersifat rahasia dan pribadi. Ranata tersenyum – senyum saja sepanjang jam pelajaran, tidak sabar menunggu jam istirahat untuk segera bergegas menemui kedua gadis tersebut di ruangan lab biologi.    

  Ketika bel jam istirahat telah berbunyi dan Arisa serta Nia telah pergi duluan ke ruangan lab, Ranata segera bergegas menyusul mereka setelah membereskan alat tulis yang ada di mejanya. Sesampainya di depan lab, dengan senyuman yang tersungging di bibirnya, dibukanya pintu ruangan lab tersebut sambil memikirkan kejutan bahagia seperti apa yang sedang direncanakan oleh kedua gadis tersebut.    

  xox xox xox    

  Tapi ternyata....    

  Dunia memang tidak seindah itu....    

  xox xox xox    

  Dapat dirasakannya suasana yang tegang di dalam ruangan lab yang baru saja dimasukinya. Arisa menatap Ranata dengan senyuman nakalnya dan mengeluarkan isyarat kepada sang lelaki untuk mengunci pintu ruangan. Dengan senyum yang membeku di bibirya dan alis yang berkedut – kedut, Ranata dengan kikuk mengunci pintu ruangan dan dengan gugup berjalan ke arah Arisa dan memberikan kunci pintu lab ke tangannya. Arisa tersenyum manis dan berterima kasih padanya. Tapi sesuatu dalam senyuman Arisa membuat hati Ranata tidak tenang dan dia mulai memikirkan rencana macam apa lagi yang sedang dilancarkan oleh gadis itu.... Dia teringat pada nasib orang – orang yang dulu pernah macam – macam dengan Arisa.... Semuanya terkirim ke rumah sakit dan bahkan setengah dari mereka diketahui telah berhenti sekolah dan mengalami trauma berat....     

  Dengan senyum yang terlihat tidak seperti sebuah senyuman, Nia berkata dengan terpatah – patah seolah sedang menahan gejolak emosinya.    

  "Lagi – lagi Arisa ini memang suka bercanda...."    

  Lalu dengan sorot mata tajam dipandanginya Arisa bagaikan harimau putih yang sedang melihat naga.    

  Arisa yang menerima tatapan Nia yang serasa menusuk sampai ke dalam tulang hanya mengangkat - angkat bahunya sambil tersenyum dan berkata dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri.    

  "Sudah kubilang dari tadi pagi kalau aku ini tidak sedang bercanda. Aku ini sangat, sangat serius~"    

  Ranata menatap kedua gadis cantik yang sedang duduk dengan posisi berseberangan di kedua ujung sebuah bangku panjang. Nia yang duduk di ujung kiri memberi isyarat kepada Ranata agar segera duduk di tengah – tengah bangku, diapit oleh mereka berdua. Lalu dia berpaling dan menatap Arisa sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya yang telah ranum itu. Ditatapnya Arisa yang duduk di ujung sebelah kanan dengan senyuman dingin dan Ranata yang duduk di tengah – tengah mereka tak pelak ikut juga merasakan tatapan dingin Arisa yang menusuk sampai ke sum – sum tulang belulang dirinya. Arisa yang tak mau kalah dengan Nia juga ikut menyilangkan kedua tangannya di depan dada seperti Nia sambil duduk dengan menyilangkan kakinya, memamerkan pahanya yang putih mulus yang tersingkap oleh roknya yang setengah terbuka agar bisa dilihat oleh Ranata yang duduk di sebelahnya. Dengan senyuman nakal ditatapnya Ranata yang cuma bisa duduk sambil terkekeh – kekeh melihat kelakuan kedua gadis tersebut.... Dirinya yang diapit oleh kedua gadis tersebut merasa tidak tenang dan keringat dingin pun telah mengucur dengan deras membasahi punggungnya. Dia Cuma membatin dalam hati memikirkan situasi yang tengah dialami oleh dirinya sekarang ini,    

  "Muke gile...! Dosa apa gua ini...? Baru kemarin kita bertiga bermesra – mesra an.... Kenapa sekarang suasananya jadi begini ya? Apa salahku...?"    

  (Author's Note: Gak sadar diri juga nih cowok, udah ngambil perawan 2 cewek, masih nanya lagi dosanya apa :P )    

  Ranata masih terus merenung di dalam hatinya sambil memikirkan apa yang kira – kira sudah dia lewatkan. Apakah ada sesuatu yang tidak di ketahui oleh dirinya yang terjadi di antara kedua gadis ini?    

  Tidak menunggu lama, sebuah petunjuk datang ketika Nia membuka mulutnya kembali dan bertanya kepada Arisa sambil tersenyum dengan sinis.    

  "Jadi.... Kenapa sekarang Arisa yang jadi pacarnya dan aku yang malah jadi wanita keduanya?"    

  Lalu dengan sorot mata tajam menusuk dilanjutkannya perkataannya sambil memeberikan penekanan pada beberapa kata yang dianggapnya penting kepada Arisa.    

  "Bukannya yang BELAKANGAN datang yang seharusnya MENGALAH?"    

  "Eh, WHAT!?"    

  Mendengar bom yang baru saja dijatuhkan oleh Nia, Ranata sontak merasa terkejut dan bingung. Sejak kapan Arisa jadi pacarnya? Memang dia sudah menjawab perasaan Arisa dan diakuinya kalau dirinya juga begitu mencintai mantan sahabatnya ini. Tapi Nia jelas – jelas sudah terlebih dulu dimadu kasih oleh dirinya jadi walaupun Arisa juga dapat menjadi pacarnya tapi bagaimana bisa Nia yang malah jadi wanita keduanya? Apa urutannya gak kebalik? Nia yang pertama dan Arisa yang kedua.     

  Dengan mulut menganga dan mata penuh kebingungan, Ranata menoleh ke arah Arisa dan menatapnya dalam – dalam seolah ingin meminta penjelasan tentang situasi yang sedang terjadi sekarang ini.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.