Bara

Gambling 6



Gambling 6

0Damar menunggu Kimmy di luar butiknya. Begitu Kimmy sudah selesai mengunci butiknya, Damar segera mengikuti Kimmy yang berjalan menuju mobilnya. Ketika Kimmh hendak masuk ke dalam mobilnya, Damar segera menarik lengan Kimmy.     

"Please, dengerin gue dulu," pinta Damar dengan sedikit memelas.     

Kimmy menampik tangan Damar. "Apa, sih."     

"Kim," ujar Damar.     

Kimmy menghela napas dan kembali menutup pintu mobilnya. "Apa? Yang mau lu jelasin, tuh, apa?"     

Damar terdiam menghadapi tantangan Kimmy. Ia pun bingung harus memulai pembicaraannya tentang ojek online itu dari mana. "Jadi gini--"     

Kimmy menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. Menunggu penjelasan dari Damar.     

"Bos perusahaan ojek online itu adalah anak buah Hanggono," jawab Damar.     

"Hanggono? Who?"     

Damar memejamkan matanya sejenak. Bukan perkara mudah untuk menjelaskan tentang Hanggono pada Kimmy yang selama ini tidak begitu mengetahui tentang apa yang ia dan Bara kerjakan.     

"Hanggono. Masa lu lupa? Gue udah cerita sama lu soal Hanggono. Dia orang yang sudah terlibat dalam kekacauan keluarga kita," terang Damar.     

Kimmy menurunkan kedua tangannya setelah mendengar ucapan Damar. "Terus hubungannya sama proposal yang gue terima apa?"     

"Gue sama Bara baru memulai rencana buat menjatuhkan Hanggono. Sampai sini, lu udah liat benang merahnya?"     

Kimmy menggeleng. "I'm not sure."     

"Ada kemungkinan Hanggono sengaja melakukan ini," ujar Damar. "Makanya gue mau bicarain soal proposal kerja lu sama Bara. Apalagi di proposal ini bukan cuma lu yang di ajak kerjasama, tapi Maya juga."     

Kimmy terdiam. Ia memperhatikan Damar. Damar tidak tampak seperti sedang berbohong. Biasanya jika Damar berbohong, tanpa sadar ia akan mengedipkan matanya.     

"Apa Maya juga tahu tentang Hanggono?" tanya Kimmy.     

"Gue ngga yakin Bara udah cerita soal Hanggono ke Maya. Ini masalah keluarga kita bukan keluarga Maya," jawab Damar.     

"Bakal jadi masalah keluarga Maya, kalau sampai Hanggono melibatkan Maya dalam masalah keluarga kita," sahut Kimmy. "Bahas ini berempat. Lu, gue, Bara dan Maya. Okey?"     

Damar mengangguk ragu. Perkataan Kimmy ada benarnya, urusannya akan berbeda jika Hanggono sampai memanfaatkan Maya untuk mengusik Bara. Yang akan terusik bukan cuma Bara, melainkan juga keluarga Maya. "Besok gue kabarin tempat ketemunya."     

"Ngga usah repot-repot cari tempat ketemuan, kita ketemu aja di sini."     

"Oke, kita ketemu di sini. Biar gue yang kasih tahu Bara."     

"Lu mau baca ini lagi?" tanya Kimmy seraya menunjukkan kembali proposal miliknya.     

"Gue bawa pulang." Damar mengambil proposal tersebut dari tangan Kimmy.     

Kimmu mengerjap-ngerjapkan matanya melihat Damar. "Lu mau pulang ke mana?"     

"Ke apartemen gue." Damar kembali membolak-balik isi proposal tersebut.     

"Can I come?" bisik Kimmy.     

Damar seketika menutup proposal yang ada di tangannya. Ia lalu memperhatikan Kimmy yang sedang menatapnya dengan setengah memohon. Damar lalu tersenyum. "Gue ngga bisa nolak wajah itu."     

"Yes," seru Kimmy senang. "Lu bawa mobil lu, gue bawa mobil gue." Kimmy kemudian segera masuk ke dalam mobilnya.     

Damar tersenyum malu-malu sambil melangkah menuju mobilnya. Malam ini ia akan bersama dengan Kimmy.     

-----     

drrt.     

Bunyi getar ponsel Bara yang diletakkan di atas meja nakas yang ada di sebelah tempat tidurnya. Sambil tetap memejamkan matanya, Bara berusaha meraih ponsel tersebut.     

"Hmmm," jawab Bara. Ia bahkan tidak melihat nama orang yang menghubunginya.     

"Siang ini lu bisa ke butiknya Kimmy?"     

"Damar?" tanya Bara. Ia setengah membuka matanya ketika menyadari bahwa Damar yang menghubunginya. "Ada apa di butik Kimmy?"     

"Maya udah cerita sama lu soal tawaran kerja yang masuk buat dia sama Kimmy?" tanya Damar.     

Bara mencoba mengingat-ngingat percakapanannya dengan Maya tadi malam. Seketika mata Bara membuka sepenuhnya. Maya bercerita tentang tawaran kerja dari salah satu perusahaan ojek online. "Iya, dia sempat cerita semalem."     

"Ada yang harus gue kasih tahu sama lu tentang bos pemilik ojek online ini," aku Damar.     

"Oh ya. Emang ada apa sama Bos ojek online itu?" Bara berpura-pura untuk bertanya meski sebenarnya ia sudah mengetahui apa yang akan Damar katakan.     

"Dia salah satu orang-orang Hanggono, yang belum sempat terlacak sama kita."     

"Gimana?"     

"Udah, pokoknya nanti lu ke butiknya Kimmy."     

"Kita mau bicarain tentang Hanggono di butik? Di sana, kan, ada Maya."     

"Gue rasa Maya juga harus tahu. Karena Maya termasuk dalam kontrak kerja itu."     

Bara menghela napas panjang. Sebenarnya ia tidak ingin Maya ikut mengetahui tentang Hanggono. "Oke, nanti gue kesana."     

"Oke, gue tunggu disana."     

"Oke." Bara mematikan sambungan telponnya.     

Terdengar suara ketukan pada pintu kamar Bara.     

"Iya," sahut Bara yang masih belum beranjak dari tempat tidurnya.     

Ia lantas meletakkan kembali ponselnya dan berjalan menuju pintu kamarnya. Bara lalu membuka pintu kamarnya. Rania sudah berdiri di depan pintu kamarnya.     

"Ada apa, Ma?"     

Rania tidak segera menjawab pertanyaan Bara dan melangkah masuk ke dalam kamar Bara. Ia kemudian duduk di tepi ranjang tempat tidur Bara.     

"Eyang sudah berdiskusi dengan Mama tadi," ujar Rania.     

"Soal?" tanya Bara keheranan.     

"Soal kamu yang mau meminta orang lain untuk menggantikan kamu di perusahaan."     

"Oh," sahut Bara. "Terus?"     

"Kamu serahkan semua laporan yang selama ini kamu terima dari tim audit ke Mama."     

Bara mengerjap-ngerjapkan matanya. "Maksudnya?"     

"Mama yang akan menggantikan kamu."     

Mata Bara seketika membulat. "Mama yang bakal gantiin aku?"     

"Iya, makanya Mama minta laporan punya kamu. Sebelum kamu mengeluarkan surat kuasa untuk Mama, Mama ingin mempelajari laporan-laporan itu."     

"Selain laporan, aku juga titip dua orang untuk Mama jaga di kantor. Selama ini mereka yang udah bantu aku," pinta Bara.     

"Siapa?"     

"Raya, dia salah satu staff di kantor yang diam-diam udah nyelidikin laporan keuangan di kantor, bahkan sebelum aku meminta audit eksternal. Itu yang pertama."     

Rania mengangguk. "Lalu yang kedua?"     

" Yang kedua namanya Bang Jali. Dia orang yang selalu nolongin aku waktu aku masih hidup jauh dari ini semua. Belum lama ini, aku masukin dia sebagai Office Boy, untuk memantau pembicaraan yang beredar di kantor, sekaligus mengamati hal-hal yanh kelihatan mencurigakan. Sejauh ini, Bang jali sudah melaporkan ada salah satu pegawai yang terus mengawasi Raya," terang Bara.     

"Okeey. Kalau Raya sepertinya Mama sudah berkenalan. Waktu acara tahunan kemarin, dia yang menemani Mama sebelum Mama tampil di hadapan publik. Berarti Mama tinggal berkenalan dengan Bang jali."     

Bara sedikit terkejut begitu Rania mengatakan bahwa ia sudah mengenal Raya. "Mama udah kenal Raya?"     

Rania menganggukkan kepalanya. "Iya, Kimmy yang mengenalkan."     

"Of course, Kimmy," gumam Bara.     

"Kimmy juga bilang dia sempat jadi gebetan kamu," goda Rania. "Wajar, sih, kalau kamu sempat suka sama Raya. Dia cantik dan kelihatan cerdas. Rasa-rasanya dia tidak kalah sama Maya."     

Bara memutar bola matanya dan menatap Rania. "Please, jangan ikutan banding-bandingin Maya dan Raya kaya Kimmy. Mereka berdua benar-benar beda. Lagipula Maya sama Raya sekarang berteman, ngga enak kalau kalian terus bandingin mereka berdua."     

Rania menatap Bara dengan tatapan tidak percaya. "Wah, liat yang barusan abis belain pacarnya."     

"Aku ngga belain siapa-siapa. Emang ngga nyaman aja kalau kalian terus bandingin mereka berdua. Kesannya aku ini cowok playboy yang udah mainin perasaan Raya. Dua-duanya sama spesial dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing."     

Rania menghela napasnya. "Oke, I get it, Mahesa junior. Mama ngga akan bandingin mereka berdua lagi. Mama percaya sama pilihan kamu. Kita ubah topik ke Bang Jali, Mama belum kenal sama dia."     

"Sebenarnya dia juga hadir pas acara tahunan kemarin karena aku kasih satu tugas buat dia. Kalau Mama ke kantor, anti aku kenalin sama Bang Jali."     

"Oke, secepatnya Mama main ke kantor."     

"Ya udah, sekarang Mama keluar dulu. Aku mau mandi."     

"Kamu mau ke mana? Bukannya kamu masih harus istirahat? Mau jalan-jalan sama Eyang lagi?"     

Bara menggeleng cepat. "Aku mau kencan."     

Bara kemudian mengecup pipi Rania dan berlari menuju kamar mandinya sebelum Rania melancarkan protes.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.