Bara

Mission 1



Mission 1

0Setibanya Bara di kantor Polisi, Polisi segera membawanya ke ruang penyelidikan. Ia duduk berhadapan dengan dua orang Polisi.     

"Saya tidak akan mengeluarkan pernyataan apapun, sampai Pengacara saya datang," ujar Bara sembari tersenyum kepada dua orang Polisi yang ada di depannya.     

Kedua Polisi itu hanya menghela napasnya mendengar pernyataan Bara. Mereka kemudian saling tatap, tidak ada yang bisa mereka lakukan jika orang yang akan mereka mintai keterangan menolak untuk bicara sampai di dampingi Pengacaranya. Kedua Polisi itu tidak dapat berbuat banyak dan mereka akan diam sampai Pengacara yang ditunjuk Bara datang mendampinginya.     

Salah satu Polisi akhirnya mengambil berkas pemeriksaan Bara dan mulai membolak-balik halamannya. Satu orang lainnya memandangi Bara dengan tatapan menyelidik.     

"Gue keluar dulu," ujar salah seorang Polisi kepada rekannya yang sedang membaca berkas milik Bara.     

Bara memperhatikan Polisi yang keluar itu. Ia tertawa pelan. Bara menduga Polisi itu adalah salah satu orang yang mungkin bekerjasama dengan Hanggono.     

"Padahal saya sering datang ke galeri itu. Saya agak kecewa ketika mendapat kabar bahwa seluruh koleksi yang ada disitu ternyata replikanya saja. Lantas, kemana yang aslinya? Itu yang ada dipikiran saya pertama kali." Polisi yang ada di hadapan Bara seolah sedang berbicara sendiri dengan dirinya. Meski sebenarnya pertanyaan yang ia ajukan sebenarnya merujuk pada Bara. Ia melirik Bara melalui ujung matanya.     

Bara tetap menyunggingkan senyumnya pada Polisi itu dan diam tidak menanggapi.     

"Abaikan saja, saya hanya berbicara pada diri saya sendiri," ujar Polisi tersebut. Ia kemudian kembali menekuri berkas pemeriksaan Bara.     

Tidak berapa lama pintu ruang penyelidikan diketuk. Rekan Polisinya yang tadi pamit keluar, kembali masuk ke dalam. Kali ini bersama dengan seorang pria paruh baya. Kedua Polisi itu sudah mengenal siapa pria paruh baya itu.     

Bara tersenyum menyambut Rudolf yang datang bersama dengan Polisi yang tadi keluar dari ruangannya. Rudolf segera duduk di sebelah Bara.     

"Mereka ngga ngapa-ngapain, kan?" bisik Rudolf.     

Bara menggeleng.     

Rudolf kemudian menatap kedua Polisi yang ada di hadapannya. "Saya akan mendampingi klien saya sampai penyelidikan selesai."     

Kedua Polisi itu mengangguk.     

"Kalau begitu, kita bisa mulai penyelidikannya," ujar Polisi yang sedari tadi sudah membaca berkas milik Bara.     

Rudolf mengangguk dan Polisi itu mulai mengajukan pertanyaan untuk Bara.     

----     

Bang Ojal berhasil mengumpulkan sepuluh orang anak buahnya seperti yang diminta Bara. Dengan menggunakan dua buah mobil Granmax berwarna hitam, ia pergi menuju bar Millenium.     

Setibanya di bar Millenium, Arga sudah siap menunggunya di parkir basement. Bang Ojal turun dan menghampiri Arga yang sedang berdiri di depan sebuah lemari besi.     

"Udah bawa orang-orangnya, Bang?" tanya Arga.     

"Udah, tuh. Dua mobil. Emang kita mau ngapain sih?" Bang Ojal balik bertanya karena ia penasaran dengan tugas yang akan diberikan Bara.     

"Kita harus ke galeri sekarang," ajak Arga.     

"Galeri?"     

Arga mengangguk. "Gue kasih tahu detailnya di jalan." Arga kemudian menelpon Ben yang masih ada di dalam ruang bawah tanah. "Ben, gue berangkat. Jangan lupa awasin CCTV di sekitar galeri. Jangan sampe ada yang ngerekam kita lewat. Nanti gue kabarin lagi klo kita udah mau masuk."     

"Oke," sahut Ben dari seberang telpon. "Gue sama Reno udah standby."     

Arga kemudian mematikan telponnya. "Yuk, Bang. Kita berangkat."     

Bang Ojal segera menganggukkan kepalanya. Ia dan Arga kemudian berjalan ke salah satu mobil Grandmax yang sudah terparkir disana. Bang Ojal meminta salah satu anak buahnya untuk berpindah mobil, agar Arga bisa satu mobil dengannya.     

----     

Mobil yang ditumpangi Arga dan Bang Ojal sudah tiba di sekitar galeri seni milik Bara. Arga melihat jam tangannya, sebentar lagi mereka akan memulai aksinya untuk menukar karya seni replika dengan yang aslinya. Arga kembali menghubungi Ben.     

"Ben, gue udah siap. Penjaga ada dimana aja?" tanya Arga.     

"Cuma ada dua orang penjaga yang lagi keliling. Yang satu ada di hall utama, yang satunya lagi ada di selasar belakang."     

"Ruang Kepala galeri udah kosong, kan?" Arga kembali bertanya.     

"Udah, semua aktifitas galeri udah selesai."     

"Pintu ruang Kepala galeri, gue serahin sama lu."     

"Oke," sahut Ben.     

Selesai berbicara dengan Ben melalui telpon, Arga kemudian memberikan sepuluh buah transmitter kepada Bang Ojal.     

"Anak buah Abang suruh pakai ini, Bang," pinta Arga.     

Bang Ojal segera mengambil transmitter tersebut. Ia kemudian menoleh pada anak buahnya yang duduk di bangku penumpang. "Ambil satu-satu."     

Anak buah Bang Ojal menuruti perintah Bang Ojal dan satu per satu mengambil transmitter tersebut lalu memasang di telinga masing-masing.     

Selesai dengan anak buah yang ada di dalam mobilnya, Bang Ojal beralih keluar dari dalam mobil dan menghampiri mobil anak buahnya yang lain. Melalui kaca spion Arga dapat melihat para anak buah Bang Ojal sedang memasangkan transmitter ke telinganya.     

"Udah semua," seru Bang Ojal ketika ia kembali ke dalam mobil.     

Arga ikut memasangkan transmitter ke telinganya. "Kita mulai."     

Bang Ojal segera memberi isyarat pada anak buahnya untuk keluar. "Inget, cuma dibikin pingsan aja."     

"Iya, Bang," sahut anak buah Bang Ojal.     

Dua orang anak buah Bang Ojal keluar dari dalam mobil dan berjalan mengendap-endap menuju pos keamanan. Mereka menyergap penjaga yang sedang bersiaga di pos keamanan.     

"Mereka ngapain, Bang?" tanya Arga begitu melihat anak buah Bang Ojal membungkam mulut dan hidung penjaga dengan selembar kain.     

"Cara cepet bikin orang pingsan. Dibius," jawab Bang Ojan cepat.     

Kedua anak buah Bang Ojal memberi isyarat bahwa mereka sudah bisa masuk ke area galeri. Bang Ojal melajukan kendaraannya masuk ke halaman galeri diikuti oleh mobil anak buahnya yang ada di belakang.     

----     

Ben dan Reno terus mengawasi Arga dan anak buah Bang Ojal dari layar monitor mereka. Penjaga yang sedang berkeliling juga sudah dilumpuhkan oleh anak buah Bang Ojal yang berpencar.     

"Ben, buka pintu ruang Kepala galeri," pinta Arga. Kali ini mereka berbicara melalui transmitter.     

Ben segera menuruti perintah Arga dan membuka pintu ruang Kepala galeri. Begitu pintu ruang Kepala galeri terbuka, Ben dan Reno bisa melihat Arga segera masuk ke dalamnya bersama empat orang anak buah Bang Ojal.     

"Itu ngapain si Arga malah mainin pajangan," gumam Reno ketika melihat Arga yang sedang terlihat sedang memutar-mutar hiasan berbentuk tata surya yang ada di sudut ruangan Kepala galeri.     

"Gue lagi mau buka pintu ke ruang bawah tanahnya," jawab Arga dengan nada yang datar. Ia bisa mendengar Reno yang berkomentar tentang apa yang dilakukannya.     

Tidak beberapa lama kemudian, Reno dan Ben melihat anak buah Bang Ojal yang kompak memundurkan pijakannya ketika mereka melihat lantai di bawah kakinya bergerak hingga memunculkan sebuah lubang berbentuk persegi panjang.     

Setelah itu, mereka melihat Arga dan satu per satu anak buah Bang Ojal masuk ke dalam lubang tersebut.     

"Wah," gumam Ben begitu melihat pintu rahasia tersebut.     

"Ben," seru Arga.     

"Yep," sahut Ben.     

"Awasin sekitar hall utama. Gue udah mau mulai mindahin," timpal Arga.     

"Siap laksanakan komandan," goda Ben. Ia kemudian mencari video yang menampilkan keadaan di sekitar hall utama galeri. Sementara Reno mengawasi keseluruhan galeri.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.