Bara

Father and Daughter 2



Father and Daughter 2

0"Lagi chat sama siapa, Kim? Seru banget kayanya," tanya Damar penasaran. Ia melihat Kimmy yang sedang asyik sendiri dengan ponselnya seolah tidak mempedulikan Damar dan Pak Bima yang duduk di hadapannya. Padahal beberapa saat sebelumnya ia masih memperhatikan keduanya.     

"Dari temen." Kimmy menjawab pertanyaan Damar tanpa mengangkat wajahnya dari layar ponsel.     

"Temen atau pacar?" Tiba-tiba Pak Bima ikut bertanya pada Kimmy.     

Kimmy menghentikan ketikannya dan mengalihkan perhatiannya pada Pak Bima. "Barusan Papa ngomong apa?"     

Seorang Pramusaji datang dan membawakan minuman yang sudah mereka pesan dan meletakkannya di tengah meja. Sejenak terjadi keheningan yang janggal diantara mereka bertiga akibat kedatangan Pramusaji tersebut. Setelah meletakkan semua gelas minuman yang ia bawa, Pramusaji itu lekas kembali ke belakang.     

"Aku ngga punya pacar, Mas Damar juga tau kalau aku ngga punya pacar," ujar Kimmy sambil menggeser dua gelas berisi minuman berwarna hijau ke hadapan Pak Bima dan Damar.     

Kimmy mengambil gelas minuman berisi Vanilla latte pesanannya dan meminumnya sekilas. Ia berusaha keras menahan tawanya karena melihat ekspresi Pak Bima dan Damar yang sedang memandangi jus hijau di hadapan mereka.     

Pak Bima dan Damar terbengong-bengong menatap dua gelas jus berwarna hijau yang ada di hadapannya. Keduanya sama-sama terlihat tidak bergairah memandangi jus hijau yang sudah dipesankan Kimmy untuk mereka. Tadinya Damar sudah berencana untuk memesan cocktail kesukaannya dan Pak Bima sudah memilih anggur yang ingin ia minum. Namun, Kimmy lebih sigap dari keduanya dan segera memesankan jus untuk mereka berdua. Damar sedikit menyesal karena tadi memberitahu Kimmy bahwa dirinya dan Pak Bima sudah meminum minuman beralkohol.     

Seorang Pramusaji kembali datang ke meja mereka dan kali ini membawa makanan yang dipesan Kimmy. Kimmy terlihat antusias melihat spaghetti aglio olio dan apple scrumble yang ia pesan.     

Kimmy segera menikmati spaghetti aglio olio pesanannya dengan begitu lahap.     

"Kamu belum makan?" tanya Pak Bima.     

"Belum," jawab Kimmy sambil menyuapkan spaghetti ke dalam mulutnya.     

"Ini jusnya aman, kan, Kim?" Damar bertanya seraya memutar-mutar gelas berisi jus hijau di hadapannya.     

"Aman, kok. Tadi menurut buku menu, ngga ada campuran wortelnya, kok."     

"Oh," gumam Damar pelan. Ia kemudian menyeruput jus hijau miliknya.     

Pak Bima memperhatikan Damar dengan seksama ketika meminum jus hijaunya. Seolah Damar sedang meminum cairan seperti dalam acara Fear Factor.     

"Not bad," komentar Damar setelah meminum sedikit jusnya.     

"Enak, kan?" Kimmy bertanya pada Damar.     

"Lumayan, lah."     

Pak Bima yang terpancing dengan perkataan Damar, perlahan mendekati sedotan minuman miliknya. Ia meminum sekilas jus hijau tersebut. Ekspresi wajah Pak Bima berubah setelah meminum jus hijau tersebut.     

Damar tertawa pelan. Pak Bima sudah termakan oleh ucapannya. "Gimana, Pa? Enak, kan?" goda Damar.     

"Enak, ndasmu," sahut Pak Bima sambil mengernyitkan keningnya.     

"Udah, nikmatin aja jusnya," timpal Kimmy santai sembari menikmati apple scrumble miliknya.     

"Coba, Papa pinjam sendok kamu." Pak Bima meminta sendok yang sedang dipegang Kimmy.     

"Papa mau ngapain?" hardik Kimmy sambil menatap Pak Bima.     

"Papa mau menetralisir lidah."     

Kimmy kemudian memberikan sendok yang ia pegang kepada Pak Bima. Pak Bima segera menerima sendok tersebut dan menyuapkan apple scrumble milik Kimmy ke mulutnya. Ia tampak menikmati kue tersebut di mulutnya. Karena setelah menelannya, ia meminta Kimmy untuk memesankan satu apple scrumble untuknya.     

Damar yang menyaksikan interaksi keduanya yang berjalan mulus tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Damar membuka ponselnya dan terkejut setelah melihat jam di ponselnya.     

"Kayanya, aku harus pergi duluan," sela Damar. Ia berbicara seolah sudah melupakan sesuatu.     

"Kamu ada janji?" tanya Pak Bima penasaran.     

"Iya, aku harus balik ke kantor," jawab Damar.     

"Setelah lu narik gue ke sini, sekarang lu mau balik ke kantor?" Kimmy bertanya sebal pada Damar.     

"Ya, mau gimana lagi, gue ada janji. Lagian, kan, ada Papa," ujar Damar sambil melirik ke arah Pak Bima.     

Kimmy mendengus kesal. Ia yakin sekali, ini adalah bagian dari rencana Damar.     

"Ya udah, Pa. Aku balik duluan, ya." Damar bangkit dari kursinya dan menepuk bahu Pak Bima. Seakan memberi isyarat pada Pak Bima untuk melanjutkan obrolannya dengan Kimmy.     

"Yuk, Kim." Damar hanya melambai sekilas pada Kimmy dan berjalan menuju pintu keluar restoran.     

Kini tersisa Pak Bima dan Kimmy yang sedang duduk berhadap-hadapan. Kimmy kembali menyuapkan apple scrumble ke dalam mulutnya. Tetapi ia sudah tidak terlalu antusias untuk menikmatinya. Udara di sekitar restoran terasa semakin dingin bagi Pak Bima. Mendadak ia jadi salah tingkah setelah ditinggal berdua saja bersama Kimmy.     

-----     

"Papa minta maaf," ucap Pak Bima yang memecah kesunyian yang terjadi antara dirinya dan Kimmy.     

Kimmy memicingkan matanya, "Barusan aku ngga salah denger, kan?"     

"No, I mean it. I'm sorry, truly sorry."     

Kimmy sekali lagi tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Ucapan Papa bikin aku merinding," ujar Kimmy.     

"Merinding kenapa?"     

"Aku takut habis ini bakal hujan badai," sindir Kimmy.     

"Oh, come on," seru Pak Bima pasrah. "I'm not that bad."     

"Yeah, you're that bad," sahut Kimmy tegas.     

Kali ini, Pak Bima yang menatap Kimmy dengan tatapan tidak percaya. Ternyata sudah seburuk itu dirinya di mata Kimmy.     

"If you want me to talk about how bad you are, I can talk about it all night long."     

"Then talk about it," ucap Pak Bima yakin.     

"You sure?" tanya Kimmy untuk meyakinkan Pak Bima.     

"Yes, I'm sure." Pak Bima tidak mengedipkan matanya ketika ia mengatakan bersedia untuk membicarakan semua keburukannya di mata Kimmy. Ia sudah yakin dan ingin memperbaiki hubungannya dengan Kimmy.     

"Okay," sahut Kimmy. "We gotta go now. We can't talk about it here. We are going to my apartment."     

"Sure."     

"One more thing."     

"What?"     

"You pay."     

Pak Bima memutar matanya. Ia sudah khawatir ada hal lain yang akan dibicarakan Kimmy. Ternyata Kimmy memintanya untuk membayar semua tagihan makan mereka di restoran.     

"Should I buy some wine too?" tanya Pak Bima.     

Kimmy mencoba berpikir sejenak. "I think that's a good idea."     

"Okay." Pak Bima segera bangkit dari kursinya. Ia kemudian berjalan menuju meja pembayaran sambil sesekali memperhatikan deretan wine yang berjajaran di restoran tersebut.     

Kimmy bergegas merapikan tasnya dan menyusul Pak Bima ke meja pembayaran.     

"Udah pilih winenya?" tanya Kimmy pada Pak Bima.     

"Kamu ngga bakal kecewa sama pilihan Papa," jawab Pak Bima.     

"Baguslah, soalnya aku udah kecewa sama pilihan Mas Damar," timpal Kimmy sambil melengos pergi keluar dari dalam restoran.     

Sementara Pak Bima menyelesaikan pembayarannya, Kimmy menunggunya di luar restoran. Sambil menunggu, ia melihat lalu lalang orang-orang yang berjalan di sekitarnya. Ada muda mudi yang nampaknya sedang dimabuk asmara, ada wanita dengan pakaian kerja rapi yang nampak sedang sibuk dengan telpon genggamnya, ada segerombolan pria dengan penampilan parlente yang sedang tertawa-tawa seraya memandang ke seorang wanita yang tengah duduk seorang diri.     

Kimmy berdecak melihat kelakuan para pria tersebut. Menurutnya kelakukan pria-pria tersebut sangat norak dan tidak sejalan dengan penampilan mereka yang bak seorang eksekutif muda berpendidikan.     

"Papi, aku mau es krim." Seorang anak perempuan yang sedang merengek kepada orang tuanya tiba-tiba melintas di hadapan Kimmy.     

"No. Tadi, kan, kamu sendiri yang bilang sama Papi kalau gigi kamu sakit, masa sekarang kamu minta es krim." Orang tua anak tersebut menimpali anaknya yang sedang merengek.     

"Gigi aku udah ngga sakit."     

"Nanti, ya. Kalau gigi kamu sudah benar-benar ngga sakit, Papi janji akan belikan kamu es krim."     

Obrolan antara seorang Ayah dan anak perempuannya yang tidak sengaja melintas di depan Kimmy membuat Kimmy terdiam. Ia memperhatikan Ayah anak perempuan tersebut menggandeng tangan putrinya. Wajah gadis itu nampak tidak merengek lagi seperti pada saat ia melintas di depan Kimmy. Entah apa lagi yang dijanjikan ayahnya kepada putri kecilnya itu. Kini, wajah anak perempuan itu nampak berseri-seri.     

"Lebih mudah membujuk anak kecil yang ngambek daripada membujuk anak yang sudah beranjak dewasa." Pak Bima tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Kimmy.     

"Papa sudah selesai?" tanya Kimmy terkejut.     

"Sudah, tapi tadi kamu seperti lagi asyik ngeliatin anak kecil itu. Apa kamu mau digandeng seperti itu juga?" Pak Bima menunjuk pada gadis kecil yang sedang bergandengan tangan dengan ayahnya.     

"Emangnya aku anak kecil," sahut Kimmy.     

"Suatu saat, kamu pasti akan minta saya untuk menggandeng tangan kamu menuju altar." Pak Bima menimpali ucapan Kimmy dan berjalan pergi meninggalkan restoran.     

Kimmy terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Pak Bima. Ia kemudian segera menyusul langkah Pak Bima.     

-----     

Damar memperhatikan Kimmy dan Pak Bima yang meninggalkan restoran dari kejauhan. Damar mengulum senyum melihat keduanya berjalan berdampingan. Damar memperhatikan tas kertas yang sedang dibawa Pak Bima.     

"Kayanya mereka mau minum berdua," batin Damar.     

"Wey, senyam-senyum aja lu," seru Rico sambil memukul pundak Damar.     

Damar menoleh dan mendapati Rico sudah ada di belakangnya. "Kapan sampainya lu?"     

"Barusan, terus gue lihat lu lagi ngintip-ngintip sambil senyam-senyum sendiri. Lagi ngeliatin siapa, sih?" Rico beralih ke samping Damar dan mengikuti arah tatapan mata Damar. "Bukannya itu Bokap lu sama Kimmy?" Rico hendak memanggil keduanya dari jauh. Namun, dengan cekatan Damar segera menarik Rico masuk ke dalam restoran tempat berdiri.     

"Jangan dipanggil," sergah Damar.     

"Loh, kenapa? Gue mau nyapa mereka."     

"Jangan, mereka berdua lagi akur. Jangan diganggu."     

"Lu ngga ikutan sama mereka?"     

"Tadi gue ikutan. Tapi, gue alesan balik ke kantor buat ngasih mereka waktu buat berdua."     

"Kakak yang baik," goda Rico.     

"Apaan, sih, lu."     

Rico terkekeh. "Lu emang calon menantu idaman ibu-ibu se-Indonesia."     

"Bangsat." Damar meninju pelan lengan Rico.     

Rico tertawa menanggapi Damar. "Ngomong-ngomong lu mau minta bantuan apa sama gue?" tanya Rico.     

"Gue mau minta tolong cariin ini sama lu." Damar menunjukkan foto sebotol wine yang ada di ponselnya kepada Rico.     

Rico tampak berpikir sejenak. "Bisa sih, tapi ini agak susah. Lu perlu cepat atau lama?"     

"Kalau bisa cepat."     

"Butuh berapa botol?"     

"sekitar dua puluh."     

"Buset, banyak amat. Lu mau jualan atau gimana? Harga wine itu per botolnya, kan, ngga main-main."     

"Mau buat amal," jawab Damar.     

"Orang gila. Dimana-mana yang namanya amal itu, lu nyumbang ke masjid, ke gereja, ke wihara atau rumah ibadah lainnya. Bisa juga lu kumpulin anak yatim terus lu bagi-bagi duit. Lah, masa lu amal mau bagi-bagi wine."     

"Gue mau beramal yang ngga biasa," sahut Damar santai.     

"Lu mau beramal ke siapa emang pake acara bagi-bagi wine?"     

"Ada lah pokoknya. Jadi gimana? Lu sanggup ngga nyediain wine itu buat gue?"     

"Ya sanggup-sanggup aja klo ada money-nya."     

"Gampang itu, sih."     

"Tapi gue masih penasaran, mau lu apain wine sebanyak itu?"     

"Nanti gue kasih tau, klo barangnya udah lu siapin."     

Rico melengos mendengar jawaban Damar. "Ya udah, nanti gue hubungin distributornya dulu."     

"Nah, gitu dong." Damar menepuk-nepuk bahu Rico.     

Damar kembali mengulum senyumnya.     

*****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.