Bara

Surprise



Surprise

0Menjelang pukul dua siang, Raya merasa pekerjaan yang sedang ia kerjakan belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai. Raya berulang kali melirik jam pada monitornya dan mulai gelisah.     

"Hiih, ini kerjaan ngga abis-abis," gerutu Raya pada dirinya sendiri.     

"Apa minta batuan Axel, ya?"     

"Ah, ngga. Gue ngga percaya sama dia."     

"Tapi, sebentar lagi meeting."     

"Aduh, kenapa juga gue kepilih jadi panitianya?"     

"Kerjaan lagi banyak begini. Kan, masih banyak Karyawan yang lain." Raya bermonolog sendiri di dalam pikirannya.     

Ia memijat-mijat lehernya yang terasa pegal karena sudah seharian menatap layar monitor. Raya menopang wajahnya dengan kedua tangannya dan menatap layar monitor dengan tatapan pasrah. Lima menit lagi sudah pukul dua. Ia harus segera ke ruang rapat.     

"Axel!" Raya berteriak memanggil Axel.     

Akhirnya. Dengan terpaksa ia harus meminta bantuan Axel untuk menyelesaikan pekerjannya selagi ia rapat persiapan acara tahunan MG Group.     

"Kenapa, Mbak?" Axel segera menuju meja kerja Raya.     

"Tolongin gue, ya. Gue mau ada rapat, tapi kerjaan masih numpuk begini," pinta Raya sambil menepuk-nepuk tumpukan dokumen yang ada di mejanya.     

"Oh," gumam Axel.     

"Tapi, lu lagi sibuk ngga?"     

"Saya lagi sortir dokumen sih, Mbak."     

"Kalo lu lagi sibuk gapapa, sih. Gue bisa minta bantuin yang lain."     

"Ngga usah, Mbak. Biar saya aja yang ngerjain." Axel tidak mau melepaskan kesempatan untuk bisa membantu Raya.     

"Yakin ngga apa-apa?"     

"Iya, ngga apa-apa. Sebentar lagi juga selesai, kok."     

"Ya udah kalau begitu. Gue minta tolong banget, ya."     

"Iya, Mbak."     

"Nanti lu kerjainnya di meja kerja gue aja, biar lu ngga perlu angkat-angkat dokumennya ke meja lu."     

"Oke," sahut Axel singkat.     

"Ya udah, gue tinggal ya." Rania bergegas mengambil ponsel dan buku catatannya. Tidak lupa ia segera menyampirkan kartu karyawan di lehernya. Ia kemudian pergi meninggalkan meja kerjanya dan berjalan cepat menuju ruang rapat.     

Axel menyeringai melihat komputer kerja Raya yang masin menyala. Ini bisa menjadi sebuah kesempatan baginya.     

-----     

"Selamat siang, Bapak Bara Aditya Pradana." Kimmy menyapa Bara yang sedang serius di ruang kerjanya.     

Bara mengangkat wajahnya dari dokumen yang sedang ia periksa dan memperhatikan Kimmy yang tiba-tiba muncul di ruangannya. "Tumben lu ada di kantor? Gue pikir lu udah ngga mau ke kantor."     

Kimmy tersenyum pada Bara. "Gue kan yang selalu bertanggung jawab untuk acara tahunan MG Group," terang Kimmy.     

"Acara tahunan?" tanya Bara.     

"Acara tahunan yang waktu itu gue kasih tahu," jawab Kimmy mengingatkan Bara. Ia sudah pernah membahas tentang acara tahunan MG Group kepada Bara.     

Bara tampak berpikir sejenak. "Oh," gumam Bara singkat.     

"Lu lagi sibuk ngga?" Kimmy kembali bertanya pada Bara.     

"Ngga terlalu, gue cuma lagi ngecek beberapa dokumen aja."     

"Masih lama ngecek dokumennya?"     

"Ngga, sebentar lagi juga selesai."     

"Ya udah. Kalau gitu nanti lu gabung aja, gue mau rapat untuk persiapan acara tahunan nanti."     

"Ngga apa-apa kalau gue ikut rapat? Ntar gue ikut rapat suasananya jadi ngga enak lagi."     

"Ya, ngga apa-apa lah. Siapa tahu lu bisa kasih masukan buat persiapan acara tahun ini."     

"Ya udah, nanti nyusul ke ruang rapat kalau udah selesai."     

"Okay, gue tunggu di ruang rapat." Kimmy mengecup pelan pipi Bara dan kemudian berjalan keluar dari ruang kerja Bara.     

Bara kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia tidak mempedulikan Kimmy yang mengecup pipinya. Meski pada awalnya dia sempat risih dengan perlakuan Kimmy, namun lama kelamaan ia terbiasa dan tidak ambil pusing dengan Kimmy yang terkadang suka mengecup pipinya.     

-----     

Ketika sedang berjalan menuju ruang rapat, Kimmy tidak sengaja berpapasan dengan Damar. Keduanya sama-sama menghentikan langkahnya. Mereka saling bertatapan sejenak. Damar merasa terluka melihat Kimmy yang menatapnya dengan tatapan penuh amarah. Kimmy kembali melanjutkan langkahnya, namun Damar seolah sengaja menghalangi langkah Kimmy menuju ruang rapat.     

"Minggir," ucap Kimmy ketus.     

Damar tidak menyahut dan segera menggeser badannya agara Kimmy bisa berjalan melewatinya.     

"Ini semua untuk melindungi kamu, Kim." Damar berbisik pelan ketika Kimmy berjalan melewatinya.     

Kimmy mendengar apa yang ucapkan Damar, akan tetapi ia tidak menghentikan langkahnya dan terus berjalan menuju ruang rapat.     

Damar menghela napasnya. Semuanya kian terasa berat baginya. Damar memutar badannya dan menatap punggung Kimmy yang berjalan menjauh darinya. Damar kembali melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Pak Angga.     

----     

Kimmy membanting pintu ruang rapat di belakangnya. Para peserta rapat yang sudah hadir terkejut dan mendadak menjadi gelisah karena Kimmy membanting pintu ruang rapat dengan cukup kencang. Kelima orang peserta rapat tersebut memperhatikan wajah Kimmy yang memasuki ruangan dengan ekspresi yang dingin.     

"Siang semuanya," sapa Kimmy. Ia mencoba memasang kembali wajah ramahnya dan tersenyum pada peserta rapat yang sudah hadir lebih dulu.     

"Siang, Mbak Kimmy." Para peserta rapat menjawab salam Kimmy dengan sedikit tersenyum kikuk.     

"Udah pada makan siang, kan?" tanya Kimmy untuk mencairkan suasana rapat.     

"Sudah, Mbak." Salah satu peserta rapat menjawab pertanyaan yang diajukan Kimmy.     

"Ngga usah kaku begitu, kita santai aja rapatnya. Kalian semua sudah tahu kan kita mau membahas apa?"     

Para peserta rapat kompak mengangguk.     

"Bagus, kalau begitu."     

Kimmy mulai menyalakan laptop miliknya. Peserta rapat yang duduk di sebelah Kimmy dengan sigap membantunya untuk menghubungkan laptop milik Kimmy dengan projector yang sudah tersedia di atas meja.     

"Thanks," ucap Kimmy setelah laptopnya sudah terhubung dengan projector. Peserta tersebut mengangguk.     

Kimmy berdiri dari kursinya dan berjalan menuju saklar. Ia kemudian mematikan lampu ruang rapat. Kimmy kembali duduk di kursinya dan segera membuka file tentang acara tahunan MG Group yang diadakan pada tahun-tahun sebelumnya. Para peserta rapat serius memperhatikan apa yang ditampilkan pada layar projector. Selagi para peserta rapat serius memperhatikan, Kimmy menjelaskan tentang tema acara yang sudah pernah diusung pada tahun-tahun sebelumnya sambil mengganti tampilan pada layar projector sesuai dengan apa yang ia sampaikan. Kimmy juga menyampaikan alasannya untuk selalu mengganti panitia penyelenggara setiap tahunnya. Ia menjelaskan bahwa alasannya mengganti panitia setiap tahun adalah agar ia selalu mendapat ide baru tiap kali acara tahunan MG Group diselenggarakan. Ini terlihat dari acara tahunan yang selalu mengusung tema berbeda di setiap tahunnya. Contohnya pada dua tahun yang lalu, acara tahunan MG Group mengusung tema 'Back to eighty'. Pada tahun itu seluruh tamu undangan tampak hadir dengan menggunakan gaya khas tahun delapan puluhan. Panitia pada saat itu sukses menyulap halaman sebuah museum menjadi area pesta kamu jetset pada tahun delapan puluhan lengkap dengan lantai dansa dan deretan lampu disko warna-warni. Pada tahun berikutnya panitia mengusung tema 'The great Gatsby'. Sekali lagi acara tersebut sukses. Para peserta rapat tidak sanggup menahan keterkejutannya ketika melihat tema pada tahun tersebut. Semua tampak glamor dan berkelas. Bahkan pada saat itu diadakan lelang sebuah mobil klasik Mercedes Benz keluaran tahun 1920.     

"Sejauh ini, saya paling suka tema yang ini," ujar Kimmy. Kimmy juga memperhatikan ekspresi para peserta rapat ketika melihat foto-foto acara pada tahun 2019.     

"Keren." Raya tidak sengaja melemparkan pujiannya pada saat melihat foto acara tahunan MG Group yang bertema 'The Great Gatsby'.     

Kimmy melirik sebentar ke arah Raya. Raya tidak menyadari tatapan Kimmy padanya.     

Tampilan pada layar projector akhirnya selesai. Kimmy kembali berjalan ke arah saklar dan menyalakan lampu ruangan.     

"Jadi, apa ada yang sudah kepikiran untuk tema tahun ini setelah melihat tayangan tadi?" tanya Kimmy kepada para peserta rapat.     

Para peserta rapat tampak memikirkan pertanyaan Kimmy.     

Kimmy menunggu jawaban dari peserta rapat dengan memainkan pulpen di tangannya. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Bara mengirimkan sebuah pesan padanya. Ia menanyakan jumlah peserta rapat yang hadir. Kimmy segera membalas dan memberitahukan jumlah orang yang saat ini sedang rapat bersamanya.     

"Gimana kalau tema tahun ini kita pakai yang simple seperti Black and White?" Raya mencoba mengeluarkan pendapatnya.     

Kimmy menatap ke arah Raya. "Black and white?"     

"Iya, black and white. Saya lihat tema di tahun-tahun sebelumnya sangat meriah dan penuh warna. Bagaimana kalau tahun ini kita ambil tema yang sedikit lebih simple," sahut Raya. "Lagipula tema Black and White bisa memiliki banyak arti. Bisa diartikan sebagai sesuatu yang tidak lekang oleh waktu, bisa juga diartikan sebagai dua wajah sifat manusia ," lanjut Raya.     

Kimmy nampak tertarik dengan apa yang diutarakan Raya.     

"Yang lain mungkin ada masukan lagi?" Kimmy kembali melemparkan pertanyaan pada peserta rapat yang lain.     

Para peserta rapat yang lain hanya berbisik-bisik. Bersamaan dengan itu seseorang mengetuk pintu ruang rapat. Bara muncul dari balik pintu dengan membawa enam gelas kopi bergambar putri duyung berwarna hijau. Ia berjalan masuk ke ruang rapat dan meletakkan kopi yang ia bawa di hadapan Kimmy dan tersenyum kepada para peserta rapat. Raya melorot di kursinya dan berusaha menyembunyikan wajahnya agar Bara tidak menyadari kehadirannya. Para peserta rapat tercengang dengan kehadiran Bara di ruangan tersebut.     

"Kirain bercanda rapatnya cuma berenam," bisik Bara kepada Kimmy.     

Peserta rapat yang duduk di sebelah Kimmy langsung menggeser tempat duduknya dan memberikannya pada Bara. Bara mengangguk sebagai tanda terima kasih dan duduk di sebelah Kimmy.     

"Gue ngga perlu banyak orang buat nyiapin ini. Toh, nantinya tugas mereka cuma buat koordinasi sama pihak vendor," terang Kimmy.     

"Nah, biar makin seger rapatnya, ini dibawain kopi sama Pak Bos." Kimmy membagikan kopi yang dibawa kepada lima orang lain yang mengikuti rapat termasuk Raya.     

Bara menyenggol Kimmy yang menyebutnya Pak Bos. Itu membuatnya jadi salah tingkah di hadapan para peserta rapat. Raya sedikit bisa bernapas karena kini jarak tempat duduknya dengan Bara kini berjarak dua orang.     

"Santai aja, jangan grogi gara-gara ada saya ya," ujar Bara kepada para peserta rapat.     

"Udah dapat tema acaranya?" Bara bertanya pada Kimmy.     

"Sebelum lu masuk gue lagi ngomongin temanya, sama--" Kimmy mencari-cari sosok Raya yang sedang berusaha menyembunyikan keberadaannya agar tidak terlihat oleh Bara. "Nah, sama Mbak yang disitu," Kimmy menunjuk ke arah Raya.     

Kedua orang yang tadinya menghalangi Bara dan Raya kompak sedikit memundurkan kursinya.     

Raya menoleh pada Kimmy. "Ah, iya Mbak Kimmy."     

"Siapa namanya, Mbak?" tanya Kimmy.     

"Raya," jawab Raya sedikit tergugup.     

"Nah Mbak Raya, jelasin tema yang tadi Mbak usulkan sama Bapak yang ada di sebelah saya ini." Kimmy meminta Raya untuk menjelaskan kembali tema acara yang ia usulkan sambil melirik ke arah Bara.     

Bara terkejut karena orang dimaksud Kimmy adalah Raya. Ia tidak menyangka bahwa Raya akan menghadiri rapat bersama Kimmy. Mendengar Kimmy memintanya kembali menjelaskan tema yang ia usulkan kepada Bara, membuat Raya berharap ia bisa mempunyai kekuatan untuk menghilang. Ingin rasanya ia mengilang saat itu juga dari hadapan Bara.     

*****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.