Bara

Father and Daughter 1



Father and Daughter 1

0"Apaan sih, lepas ngga," sungut Kimmy sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Damar.     

Damar tidak menggubris Kimmy yang terus saja berupaya untuk melepaskan genggamannya dan malah makin mempererat genggamannya pada lengan Kimmy.     

"Lepasin, ngga." Kimmy mulai meninggikan suaranya.     

Pak Bima yang melihat Kimmy merasa tidak nyaman dengan sikap Damar akhirnya menghentikan langkahnya. "Sudah Damar, lepasin tangan adik kamu. Dia sudah bukan anak kecil lagi," ujarnya ringan.     

"Tapi, Pa--" Damar khawatir Kimmy akan menghindari mereka lagi.     

"Lepas, dia bisa jalan sendiri."     

Damar yang melihat tatapan Pak Bima yang nampak sendu akhirnya melepaskan tangan Kimmy.     

"Giliran Papa yang minta, langsung dilepas," gerutu Kimmy sembari memijat lengannya yang sedikit kesakitan akibat genggaman Damar yang cukup kencang.     

Damar melirik Kimmy setengah kesal.     

"Sudah jangan berantem di sini." Pak Bima melihat keduanya yang saling tatap dengan tatapan penuh amarah. "Sudah, Kim. Kalau kamu ngga nyaman dan mau pergi, silahkan. Papa ngga akan maksa kamu," ucap Pak Bima sambil menatap Kimmy dalam.     

Damar menatap Pak Bima dengan tatapan tidak percaya setelah mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut Pak Bima. Momen ini terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja. Dan Pak Bima dengan mudahnya meminta Kimmy untuk pergi.     

Pak Bima kemudian kembali melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan Damar dan Kimmy yang masih berdiri mematung.     

Damar mendengus kesal karena sikap Kimmy yang menurutnya sangat tidak dewasa. Ia pun akhirnya berjalan menyusul Pak Bima.     

Kimmy menatap Pak Bima dan Damar yang berjalan menjauhinya. Melihat sikap Pak Bima yang melunak padanya, membuat Kimmy jadi merasa tidak enak hati. Selama ini dirinya selalu menyalahkan Pak Bima yang bersikap acuh tak acuh padanya. Tapi, hari ini Pak Bima membelanya ketika Damar menggandengnya dengan paksa.     

Kimmy menghela napas panjang dan menyusul langkah Pak Bima dan Damar.     

"Kalian jalannya kaya orang di kejar-kejar setan," sindir Kimmy begitu dirinya berhasil menyusul langkah Pak Bima dan Damar.     

Pak Bima sedikit terkejut melihat Kimmy yang kini sudah berjalan di sebelahnya. Damar menoleh, dan sama terkejutnya dengan Pak Bima. Sekilas Damar menyunggingkan senyumnya. Kimmy tidak mempedulikan tatapan Pak Bima dan Damar yang keheranan. Ia terus memandang lurus ke depan seolah tatapan keduanya hanyalah sebuah angin lalu.     

-----     

Mereka bertiga akhirnya masuk ke sebuah restoran yang menyajikan menu makanan barat dan berbagai pilihan minuman beralkohol.     

"Well, apa yang bisa diharapkan dari jalan bareng pecinta minuman beralkohol, selain siang-siang kita sober bareng-bareng," sindir Kimmy yang tak habis pikir ketika mereka memasuki restoran yang di dindingnya berderet berbagai macam botol minuman beralkohol dengan jenis dan merek yang berbeda.     

"Lu bisa pesan jus. Gue juga ngga bakal bolehin Papa minum. Dia tadi udah minum di restoran jepang," sahut Damar yang berjalan di sebelah Kimmy.     

Sementara Pak Bima sudah masuk ke dalam restoran dan sedang mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka bertiga.     

"Hah? Pantes sikapnya ke gue kaya orang kesurupan," Kimmy menyindir sikap Pak Bima yang sedikit melunak terhadapnya.     

"Hush, jangan ngomong gitu. Lu ngga tahu kalo dia sebenernya sayang sama lu. Sayang banget malah," ujar Damar yang dibalas Kimmy dengan tatapan mencemooh.     

"Lu tadi ikut minum juga?"     

"Sedikit."     

"Pantes."     

"Pantes apa?"     

"Pantes, sama-sama kaya orang kesurupan."     

Kimmy segera berjalan menuju meja tempat Pak Bima duduk. Damar mengikuti di belakangnya. Pak Bima memilih tempat duduk yang menghadap ke jendela, sehingga mereka bisa melihat pemandangan Bundaran Hotel Indonesia dengan berbagai macam kendaraan yang melintas di sana.     

Seorang Pramusaji dengan cekatan segera membawakan buku menu ke meja yang mereka tempati.     

Kimmy menatap galak pada Pak Bima dan Damar. "Kalian berdua ngga boleh pesan alkohol," ujar Kimmy tegas sambil memandang pada Pak Bima dan Damar bergantian.     

Pak Bima dan Damar saling tatap dan tertunduk menekuri buku menu. Keduanya sudah melihat-lihat pilihan cocktail dan minuman beralkohol yang disajikan di restoran tersebut.     

"Satu Spaghetti Aglio Olio, satu Apple scrumble, satu Vanilla latte dan dua All Green juice," ujar Kimmy sembari mengembalikan buku menu kepada Pramusaji yang berdiri di samping meja mereka.     

Pak Bima dan Damar menatap kecewa pada buku menu yang ada di tangan mereka. Mereka lalu menutupnya dan ikut mengembalikannya pada Pramusaji. Keduanya kemudian memandang ke arah Kimmy yang sedang menatap mereka seperti seeekor Harimau betina yang sedang menatap Rusa buruannya.     

"Kita ngobrol tanpa alkohol, oke?" tanya Kimmy pada Pak Bima dan Damar.     

Bagai Kerbau yang dicucuk hidungnya, keduanya mengangguk pada Kimmy.     

"Good," ujar Kimmy puas.     

Kimmy mengulum senyum. Tidak percaya bahwa kedua pria di hadapannya ini bisa menurut padanya.     

-----     

Rania kembali ke kamar hotel dengan terburu-buru. Beruntung hotel tempatnya menginap masih satu blok dengan pusat perbelanjaan tempat dirinya pergi bersama Kimmy. Kalau tidak, ia mungkin akan kebingungan bagaimana ia harus bersembunyi dari Bima.     

Ia tidak menyangka hari ini akan diakhiri dengan dirinya yang tidak sengaja bertemu Bima. Ia bergegas pergi meninggalkan Kimmy begitu ia melihat Bima juga berada di pusat perbelanjaan tersebut dan sedang berjalan ke arah Kimmy. Meski nampaknya Bima belum menyadari bahwa Kimmy berjarak beberapa meter darinya, tetapi Rania melihat pria muda yang berjalan di sebelah Bima sudah melihat ke arah Kimmy. Rania menduga pria muda yang berjalan di sebelah Bima adalah Damar. Akhirnya, tanpa menunggu persetujuan dari Kimmy, Rania segera berbalik arah dan pergi meninggalkan Kimmy yang terpaku ketika Rania memberitahu bahwa Papanya sedang berjalan ke arahnya.     

Rania mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Kimmy. Ia harus memberitahu Kimmy bahwa ia kembali ke kamar hotelnya.     

"Tante kembali ke hotel." Tulis Rania singkat lalu mengirimkan pesan tersebut pada Kimmy.     

Tidak sampai lima menit, Kimmy membalas pesannya. "Aku lagi sama dua laki-laki sober, masih sober aja kelakuan mereka udah aneh," balas Kimmy disertai dengan gambar wajah dengan kedua mata yang membentuk garis lurus.     

Membaca balasan dari Kimmy, Rania bisa menebak bahwa mereka kini sedang menghabiskan waktu bertiga. Rania kembali membalas pesan Kimmy.     

"Hati-hati, jangan sampai mereka tipsy," balas Rania.     

"Aku kasih mereka green juice, sekalian bisa ngerjain mereka berdua." Kimmy kembali membalas pesan dari Rania.     

Rania menahan tawanya ketika membaca pesan balasan dari Kimmy. Apa yang dilakukan Kimmy persis sama dengan yang dilakukan Grace di masa lalu. Ia teringat Grace pernah mengerjai Bima yang saat itu hampir meminum minuman beralkohol padahal hari baru menjelang sore.     

Saat itu, mereka berempat sedang menghabiskan waktu di pantai Kuta untuk menunggu matahari terbenam. Bima dan Grace sudah menikah kala itu. Sementara Rania masih menganggap hubungannya dengan Mahesa hanya sebatas teman biasa.     

Rania teringat, saat itu Bima bersikeras untuk meminta bir. Garce melarangnya dan memperingatkan bahwa sesuai perjanjian di antara mereka, mereka baru akan membuka minuman beralkohol selepas malam. Namun, Bima terus saja mendesak Grace sampai Grace menyerah dan mengambil sekaleng bir dari dalam mobil dan memberikannya pada Bima.     

Bima dengan riang menyambut bir yang diberikan Grace. Tapi siapa sangka bahwa Grace sudah menukar isinya dengan minuman teh dari botol yang ia beli di warung yang terdapat di pinggir pantai. Sontak Bima menyemburkan minuman dari dalam mulutnya ketika menyadari isi kaleng tersebut bukan bir melainkan teh.     

"Grace," ujar Bima sambil melirik Grace tidak percaya.     

"What? Kamu mau bir, kan?" tanya Grace berpura-pura tidak tahu dengan maksud tatapan Bima. Grace tersenyum jahil pada Bima.     

"Ini teh Grace," sahut Bima.     

"Masa? Aku coba sini." Grace mengambil kaleng bir yang ada di tangan Bima dan meminumnya.     

"This is better than beer," ujar Grace setelah meminum teh dalam kaleng bir milik Bima. Grace kembali mengerling jahil pada Bima.     

Bima segera merangkul kepala Grace dan membenamkan Grace di dadanya. "Dasar kamu," ucap Bima seraya mengelitiki Grace untuk membalasnya.     

Grace berusaha melepaskan rangkulan Bima. Tetapi Bima terus mempererat rangkulannya dan menggelitiki Grace. Sampai akhirnya Grace minta ampun karena sudah lelah di gelitiki oleh Bima. Bima akhirnya berhenti menggelitiki Grace dan melepaskan rangkulannya.     

"Kamu nyebelin," Grace menepuk manja paha Bima yang sedang mengenakan celana pendek.     

"Tapi, kamu cinta, kan?" goda Bima.     

"No."     

"Really?"     

"Ya."     

"Kiss me."     

"I won't."     

"Than, you won't be angry if i kiss another girls here. Oh, maybe the girl in the red bikini. What do you think, Mas?" Bima mencoba menggoda Grace. Ia melirik Mahesa untuk meminta pendapat tentang seorang gadis yang sedang memakai bikini berwarna merah.     

"Wait, i think she's beautiful," canda Mahesa.     

"Okay, i'll go kiss her." Bima hendak beranjak dari duduknya.     

Dengan cepat Grace menarik lengan Bima. Begitu Bima kembali terduduk di sebelahnya, Grace segera memegang wajah Bima dan mengecup bibirnya. Bima mengacungkan jempolnya pada Mahesa sebagai ucapan terima kasih karena membantunya untuk memanas-manasi Grace.     

Bima dan Grace berciuman sangat mesra, sampai-sampai membuat Rania yang juga berada di sana menjadi ikut tersipu dan tanpa sadar pipinya ikut memerah. Rania kemudian mengalihkan perhatiannya pada hamparan laut di hadapannya.     

"Balik sana ke hotel," seru Mahesa pada Bima dan Grace yang diiringi tawanya yang renyah.     

"Maklumin aja, namanya juga penganten baru," bisik Mahesa pada Rania.     

Rania mengangguk sambil menyembunyikan wajahnya yang tersipu karena melihat ciuman Bima dan Grace yang sangat mesra.     

Rania mengenang momen kebersamaan mereka di pantai Kuta sambil tersenyum. Masa indah itu sudah berlalu. Grace kini sudah tiada, dan Bima sudah jelas-jelas terlibat dengan apa yang dilakukan papanya. Pertemanan mereka kini hanyalah sebuah kenangan yang akan semakin memudar seiring berjalannya waktu.     

"Fun fact, dulu mamamu pernah melakukan hal yang sama dengan kamu, Kim." Rania kembali membalas pesan yang dikirimkan Kimmy.     

Ia mengusap air mata yang tertahan di ujung matanya. Betapa ia juga merindukan masa lalu yang penuh kebahagiaan itu.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.