Bara

Luncheon 2



Luncheon 2

0"Gila gue kenyang banget," ujar Raya sambil mengelus-ngelus perutnya yang kekenyangan akibat nasi padang.     

"Kenyang, tapi sempet-sempetnya beli siomay juga," cibir Hanna yang melihat Raya membawa kantung plastik kecil berisi siomay yang ia beli di pinggir jalan.     

Raya mengangkat kantung plastik yang ia bawa. "Ini buat cemilan kalo mendadak laper lagi."     

Hanna memandangi bagian perut Raya. "Perut udah kaya tas pinggang begitu."     

"Bodo amat."     

"Eh, Ray, lihat deh." Hanna menggoyang-goyangkan lengan Raya.     

"Lihat apaan?"     

"Itu, pasangan baru." Hanna menunjuk pada Bara dan Maya yang baru saja keluar dari restoran jepang. "Serasi banget, ya."     

Raya ikut memandang ke arah yang ditunjuk Hanna. Ia terkekeh pelan. "Iya, serasi banget." Mendadak Raya kembali merasa lapar. "Balik, yuk," ajak Raya.     

"Bentar, sih. Gue masih ngeliatin mereka."     

"Apaan yang mau dilihat, sih?"     

"Ngeliat mereka berdua kaya lagi liat drama."     

Raya memalingkan pandangannya dari pemandangan tersebut. Memang tidak bisa dipungkiri keduanya nampak sangat serasi. Maya memiliki tubuh yang ideal dan wajah yang cantik. Meskipun tinggi badan Bara masuk dalam kategori diatas rata-rata tinggi badan pria Indonesia, namun perbedaan tinggi badan mereka tidak terlalu signifikan. Ketika berdiri berdampingan, Maya sejajar dengan bahu Bara.     

Melihat mereka berdua memang seperti sedang melihat drama dalam kehidupan nyata. Keduanya sama-sama cantik dan tampan. Sama-sama berasal dari keluarga terpandang. Dan yang paling penting, keduanya nampak sangat nyaman ketika sedang bersama. Ini membuat Raya semakin merasa bahwa dirinya dan Bara memang berasal dari dunia yang berbeda.     

-----     

Bara mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Khawatir akan ada orang yang akan kembali memotret dirinya bersama Maya. Ia tidak ingin wajahnya kembali menghiasi laman sebuah akun gosip.     

"Lu langsung balik ke kantor?" Tanya Maya.     

Bara kembali mengalihkan perhatiannya pada Maya. "Iya, ada yang harus gue urus. Kalo lu habis dari sini mau ke mana?"     

"Paling gue ikut Kimmy ke butik. Kapan-kapan kita harus jalan berdua."     

"Gue harus ikut kalau kalian mau jalan," sela Kimmy.     

"Eh, Kim. Lu tahu, kan, kalo ada orang berduaan yang ketiganya disebut apa," ujar Maya.     

"Biarin gue jadi setan, yang penting lu ngga lepas dari pengawasan gue," sahut Kimmy.     

"Ya udah, Gue balik duluan, ya," ujar Bara.     

"Eh, iya. Ini jas lu." Maya memberikan jas Bara yang sedari tadi ia pegang.     

Bara segera menerima jasnya.     

"Kayanya ada yang kurang lagi." Maya memperhatikan penampilan Bara.     

"Apa lagi yang kurang?" tanya Bara.     

Maya merogoh tasnya dan mengeluarkan dasi berwarna biru navy dari dalam tasnya. "Ini."     

Maya bergerak mendekati Bara dan memasangkan dasinya. Selesai memasangkan dasi di leher Bara, ia menarik pelan kerah baju Bara hingga membuat Bara sedikit membungkuk ke arahnya. Maya kemudian mendekatkan wajahnya pada Bara dan berbisik. "I'll make you fall for me." Maya lantas mengecup pipi Bara sekilas.     

Bara memandang wajah Maya. Sekali lagi ia dibuat terkejut dengan apa yang Maya lakukan. Maya benar-benar di luar dugaannya.     

"Now, you're ready." Maya mengibas-ngibaskan bahu Bara seraya tersenyum riang pada Bara.     

Bara membalasnya dengan tersenyum kikuk. Belum sehari ia bersama Maya, namun Maya sudah berkali-kali berhasil membuatnya tersipu.     

Melihat Maya yang terus saja menggoda Bara, Kimmy akhirnya mengambil tindakan. Ia menarik lengan Maya hingga Maya berdiri di sampingnya. "Ya, udah. Sana balik ke kantor," perintahnya pada Bara.     

"Ya udah. Gue balik ya, kalian berdua hati-hati."     

Kimmy segera mengangguk. Setelah itu, Bara segera meninggalkan keduanya dan berjalan menuju lift.     

-----     

Melihat Maya yang mengecup pipi Bara di tempat umum, membuat darah Raya seakan naik sampai ke ubun-ubun. Ia ingin meledak. Raya melampiaskannya dengan langsung memakan siomay yang baru saja ia beli.     

"Lu kaya anak SD, deh. Jalan sambil makan siomay, kurang nenteng es teh aja," celoteh Hanna yang jalan berdampingan dengan Raya.     

Raya tidak mempedulikannya dan terus mengunyah siomaynya seolah ia sedang mengunyah potongan tubuh Maya. "Kenapa gue jadi kesel begini, sih. Gue sama Bara, kan, ngga ada hubungan apa-apa." batin Raya. Meski sudah berkali-kali ia mengulang kalimat tersebut di dalam hatinya, tetap saja tidak bisa mengurangi kekesalan yang Raya rasakan.     

-----     

Bara berjalan menuju kerumunan yang sedang mengantri untuk naik ke lantai atas. Ia kemudian menyadari ada sosok yang sangat ia kenal di antara orang-orang yang sedang mengantri tersebut. Ia melihat Raya berdiri di bagian belakang antrian tersebut. Bara segera mempercepat langkahnya dan berdiri di sebelah rekan kerja Raya.     

Bara melirik pada kartu pengenal karyawan yang dikenakan rekan kerja Raya. "Karyawan MG, ya?"     

Hanna menoleh untuk melihat orang yang bertanya padanya. Ia terkejut karena orang sedang berdiri di sebelahnya adalah Bara. "Oh, Mas Bara."     

Hanna mencoba tersenyum ramah pada Bara.     

Raya menoleh sedikit ketika mendengar Hanna menyebut nama Bara. Tetapi kemudian ia kembali membuang wajahnya ke arah berlawanan.     

"Kalian habis makan di mana?" Tanya Bara.     

"Oh, kita, sih, habis makan nasi padang tadi," jawab Hanna. "Kayanya tadi saya lihat Mas Bara jalan sama seseorang." Hanna berpura-pura memperhatikan sekitar Bara.     

"Oh, itu."     

Hanna mencoba untuk sedikit lebih berani. "Yang lagi digosipin sama Maya Andini, beneran Mas Bara?"     

Bara terkekeh mendengar pertanyaan yang diajukan Hanna. "Pasti kamu habis liat akun gosip."     

"Jadi bener itu Mas Bara?"     

"Yang di foto itu memang saya, tapi bukan berarti saya punya hubungan khusus sama Maya, kita cuma temenan aja." Bara sedikit menaikkan suaranya ketika menyebut bahwa dirinya dan Maya hanya berteman. Berharap Raya yang berdiri di sebelah rekan kerjanya dapat mendengar penjelasannya.     

Raya bisa mendengar apa yang dikatakan Bara."Temenan tapi, kok, cipika-cipiki di depan umum," cibir Raya dengan suara yang nyaris seperti bisikan.     

"Oh, jadi cuma temenan. Yah, penonton kecewa dong. Padahal Mas Bara sama Maya cocok banget," goda Hanna.     

"Aw, sakit, Ray." Hanna mengeluh kesakitan karena kakinya terinjak Raya.     

Raya menoleh kebingungan. "Oh, eh, sorry, ngga sengaja, Han." Sebetulnya ia sengaja menginjak kaki Hanna karena kesal dengan apa yang Hanna ucapkan. Raya segera memalingkan kembali wajahnya agar tidak bertatapan dengan Bara.     

Bara mengulum senyumnya melihat sikap Raya. "Kayanya siomay yang kamu makan enak." Bara melihat siomay yang sedari tadi sedang Raya makan.     

"Ambil aja, kalau mau." Raya menyodorkan bungkusan berisi siomay yang sedang ia makan kepada Bara.     

"Ih, Raya. Ngga sopan, deh. Gitu-gitu, kan, dia Bos kita." Hanna berbisik untuk memperotes sikap Raya yang menurutnya tidak patut untuk dilakukan oleh bawahan kepada atasan.     

"Maaf ya, Mas. Temen saya emang suka begitu kalau lagi PMS." Hanna meminta maaf pada Bara untuk mewakili Raya.     

"Ngga apa-apa, santai saja kalau sama saya," sahut Bara.     

Lift di depan mereka membuka. Raya segera masuk ke dalam lift disusul oleh Hanna. Bara ikut menyusul masuk ke dalam lift. Saat memasuki lift, Bara bisa melihat Raya yang menatapnya dengan kesal. Sedekit kemudian Raya mendengus dan mengalihkan pandangannya.     

----     

"Lu tadi bisik-bisik apa sama Bara?" Tanya Kimmy penasaran.     

"Rahasia," jawab Maya.     

Kimmy mendengus kesal mendengar jawaban Maya.     

"Gue kasih warning sign buat dia," aku Maya.     

Kimmy menatap Maya keheranan. "Warning sign?"     

Maya mengangguk dan memasang senyum yang membuat Kimmy semakin penasaran. Ia senang melihat reaksi Bara setelah ia mengecup pelan pipinya. "He'll fall for me," gumam Maya yakin.     

Kimmy menatap tajam pada Maya. "May, gue mau nanya serius sama lu."     

"Tanya aja," sahut Maya.     

"Lu beneran mau serius sama Bara?"     

Maya tertawa mendengar pertanyaan Kimmy. "Please, deh, Kim. Sejak kapan lu peduli gue serius atau ngga sama cowo?"     

"Sejak gue lihat dengan mata kepala gue sendiri, kalo lu lagi usaha buat flirting sama Bara. Gue ngga peduli sama cowo-cowo lain yang lu deketin. Tapi, kali ini gue peduli karena yang lu deketin sepupu gue."     

"Sebenarnya apa yang lu takutin kalo gue beneran suka Bara?"     

Kimmy terdiam sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan Maya. "Ya, gue ngga mau aja, kalo suatu saat Bara bakal berakhir kaya mantan-mantan lu yang lain. He is really soft, you know."     

"I know. Gue, kan, udah bilang sama lu, Bara itu beda. Dari pertama gue ketemu dan ngobrol sama dia, gue udah ngerasa kalau dia itu beda dari mantan-mantan gue sebelumnya."     

"Terus, gue juga takut kalo nantinya lu gagal deketin Bara, itu bakal berimbas sama hubungan kita berdua." Ada sedikit ketakutan dalam nada bicara Kimmy ketika ia mengatakan bahwa dirinya juga mengkhawatirkan persahabatannya dengan Maya. "Lu, kan, tahu. Temen gue yang paling deket cuma lu doang," lanjut Kimmy.     

"Oh, I'm so touched." Maya menyilangkan kedua telapak tangannya sambil mengerjap-ngerjap memandang Kimmy. Maya kemudian menyeringai hingga menunjukkan deretan giginya yang rapi dan putih. "What if, i can make him fall for me?"     

"Gue kan, udah ngasih tahu lu kalo Bara udah suka sama cewe lain."     

"Gue ngga peduli sama itu, selama Bara belum deklarasi kalo dia udah jadian sama cewe, gue bakal usaha buat deketin dia."     

"Kalo tiba-tiba dia jadian sama cewe itu gimana?"     

"Ya, gue tinggal mundur teratur. Gampang, kan? Lagian gue ngga ada niat buat jadi pelakor kalo emang Bara jadian sama cewe yang dia suka."     

Kimmy membuka lebar matanya, mulutnya ikut membuka ketika Maya selesai mengucapkan kata-katanya. Itu seperti bukan kata-kata yang biasa dikeluarkan oleh seorang Maya Andini. "You're not sick, don't you?"     

Sekali lagi Maya dibuat tertawa dengan sikap Kimmy. "Gue sehat wal afiat. Gue janji, kali ini beda." Maya menatap Kimmy. Ada kesungguhan dalam tatapan Maya.     

"I'll keep your word." Kimmy menghela napasnya. "Gue ngga percaya kalo gue bakal ngerelain sepupu gue buat dideketin sama lu."     

"Siapin aja mental lu buat jadi ipar gue." Maya menggoda Kimmy dengan memainkan alisnya seraya tersenyum jahil.     

Sekali lagi Kimmy mendengus pasrah.     

****     

-----     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.