Bara

Site Plan 6



Site Plan 6

0Bara memandangi Rania yang lebih banyak diam selama perjalanan mereka pulang. Jarak dari kantor MG Group ke apartemen Bara yang hanya sebentar, terasa lama karena Bara merasa tidak nyaman dengan sikal diam mamanya. Jelas Pak Angga sudah berbicara sesuatu yang mengusik Rania.     

Bara kembali menggenggam tangan Rania. "Everything's okay, Mam?"     

Rania menganggukkan kepala sembari mengedipkan matanya. "Yes."     

"Tapi, dari tadi Mama kelihatan lagi memikirkan sesuatu," sahut Bara. "Apa ini ada kaitannya sama kedatangan Eyang Angga di ruangan Pak Agus tadi?"     

Rania menggeleng pelan. "Ngga, dia cuma berpesan agar Mama menikmati masa reuni Mama sama kamu."     

Bara menghela napasnya. "Jadi, kata-kata itu yang bikin Mama diam aja daritadi?"     

"Mama sedang memikirkan kematian seperti apa yang paling menyakitkan untuk orang seperti Pak Angga. Bahkan mati tertembak peluru pun masih terlalu baik untuknya. Itu tidak akan membuatnya merasa sakit." Rania menjawab pertanyaan Bara tanpa menoleh dan berkedip sekalipun. Ia hanya memandang lurus ke depan.     

Bara hanya terdiam mendengar ucapan mamanya.     

Rania kemudian menoleh dan menatap Bara. "Menurut kamu, kematian seperti apa yang pantas untuk orang seperti mereka?"     

Bara balas menatap Rania. Dari sorot matanya, Bara bisa mengetahui bahwa mamanya benar-benar sudah berpikir untuk menghabisi nyawa Pak Angga. "Mama jangan berpikir macam-macam. Serahkan semuanya sama aku."     

Rania tersenyum pada Bara. "Tentu saja Mama akan menyerahkannya pada kamu. Cuma kamu yang bisa Mama percaya."     

"I'll do my best." Bara menggenggam tangan Rania dengan kedua tangannya.     

Rania tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Ia berusaha tersenyum sealami mungkin untuk menutupi apa yang sedang ada di dalam pikirannya.     

----     

"Kim, nanti malam kita ketemuan lagi sama Adrian," seru Maya.     

"Sama Es juga, kan?" tanya Kimmy.     

"Iyalah. Bara yang minta supaya Es selalu ikut setiap kali kita ketemuan sama Adrian."     

"Rencana kita udah siap juga, kan?" Kimmy kembali bertanya.     

"Tenang aja. Semua udah gue atur," jawab Maya.     

Maya memandangi Kimmy yang sedang sibuk menata kain pada sebuah manekin mengikuti gambar yang sudah Maya buat. Dengan teliti, Kimmy menusukkan satu per satu jarum pentul ke badan manekin, hingga membentuk model pakaian yang ada di dalam gambar.     

Maya beberapa kali hendak bertanya tentang apa yang terjadi di antara Damar dan Kimmy setelah apa yang ia lihat tadi pagi. Tapi urung ia tanyakan karena Bara sudah melarangnya.     

Tiba-tiba ponsel Maya dan Kimmy bergetar bersamaan. Bara mengirimkan sebuah foto ke dalam percakapan grup yang berisi dirinya, Damar, Kimmy dan Maya. Keduanya segera membuka gambar tersebut.     

Maya dan Kimmy kompak melongo begitu melihat foto yang dikirimkan Bara.     

"Brengsek," ujar Maya sembari tertawa pelan.     

Maya membaca pesan yang dikirimkan Bara untuknya dan untuk Kimmy. 'You know what to do, right?'     

Maya membalasnya dengan gambar emoticon berbentuk tangan yang sedang mengacungkan ibu jarinya. Kimmy membalas dengan gambar serupa.     

Maya dan Kimmy saling tatap. "Mereka harus siap-siap jadi selebgram dadakan."     

Maya mencari sebuah kontak di ponselnya dan kemudian menelpon. "Hi, gue punya berita bagus buat akun lu. Kalau lu tertarik, ini bakal jadi berita yang menggemparkan."     

"Kalau ini berita eksklusif tentang lu sama cucu konglomerat itu, gue pasti mau," sahut orang yang sedang Maya telpon.     

Maya tertawa pelan mendengar jawaban salah satu admin Mulut Lambe yang sering ia hubungi. "Ini berita Walikota yang kemaren keliatan alim, padahal aslinya busuk."     

Orang tersebut nampak berpikir setelah mendengar tawaran berita yang diberika Maya. "Tapi, gue ngga bakal dilaporin gara-gara pencemaran nama baik, kan?"     

Maya tertawa. "Sejak kapan lu jadi memble begini?"     

"Sejak orang-orang langsung ngelaporin tiap kali namanya jadi trending gara-gara skandal," jawab Admin tersebut cepat.     

"Gue ngga pernah ngelaporin lu."     

"Makanya gue masih berani majang foto lu di akun gue."     

Maya kembali tertawa. "Gue janji, elu yang bakal dapet berita eksklusif gue sama si cucu konglomerat. Tapi, lu harus mau naikin berita yang sekarang mau gue kasih. Gimana?"     

"Penawaran lu lumayan sulit ditolak, tapi gue masih takut."     

"Gue bantu Pengacara kalau sampai lu dilaporin. Deal?"     

"Oke, deal." Admin tersebut langsung menjawab cepat.     

"Good. Setelah gue tutup telpon, gue bakal langsung kirim ke lu. Gue mau berita ini jadi trending dimana-mana. Kalau bisa, lu harus sedikit lebih profokatif, biar banyak yang hujat. Pokoknya bikin dia malu."     

"Serahin sama gue. Kalo ngga profokatif jangan sebut gue Mulut Lambe."     

"Sip, thank you." Maya segera mematikan sambungan telponnya dan kemudian mengirimkan foto yang tadi dikirimkan Bara padanya ke Admin Mulut Lambe yang baru saja ia hubungi.     

----     

Foto-foto yang dikirimkan Maya membuat para Admin Mulut Lambe yang lain terperangah.     

"Coba lihat, beberapa hari yang lalu, si Walikota update foto apa?" tanya pemilik akun Mulut Lambe kepada Admin-nya yang baru saja menerima foto kiriman dari Maya.     

Admin yang lain segera menyahut. "Dia posting sedang menandatangi perjanjian kerjasama dengan perusahaan konstruksi di HongKong untuk pembangunan kereta layang."     

Pemilik akun Mulut Lambe berdecak pelan mendengarkan jawaban dari anak buahnya. "Kerjasama sekaligus plesir sambil berjudi plus selingkuh. Benar-benar orang alim. Jempol gue langsung gatel buat mancing hujatan netizen. Kasih ke gue, biar gue sendiri yang posting."     

Admin yang menerima foto kiriman foto dari Maya segera mengirimkan foto tersebut pada atasannya. Ia lalu mengirimkan pesan untuk Maya. 'Si Emak sendiri yang bakal posting berita itu. Lu tunggu aja.'     

----     

"Kimmy, Kimmy." Rania setengah berlari menghampiri Kimmy yang masih sibuk dengan manekinnya.     

"Apa, sih? Jangan lari-lari, kalo lu jatoh, terus lecet, nanti gue yang dinyinyirin lagi sama Bara."     

Maya melirik Kimmy dengan sedikit kesal. "Foto tadi bakal di post langsung sama kepala geng Mulut Lambe."     

Kimmy berdecak tidak percaya. "Berarti dia lihat potensi berita itu bisa naikkin engagement-nya dia."     

"Pasti heboh kalo dia yang posting sendiri. Lu tahu, kan, bedanya ketika dia yang posting sendiri sama ketika admin bayarannya yang posting."     

"Ya, tahu, lah. Kalo dia yang posting, yang komentar pasti langsung bejibun dan langsung nyebar ke akun-akun gosip yang lain dengan modal screenshot dari dia. Kita tinggal tunggu aja itu meledak tanpa perlu banyak usaha."     

"Tangan gue jadi ikut gatel, pengen buru-buru komentar," ujar Maya.     

"Lu, sih, emang paling suka urusan begituan. Makanya lu punya akun anonim khusus buat jadi netijen yang maha benar," sahut Kimmy.     

"Lu harus cobain sekali-kali. Jadi anonim yang bebas berbicara tanpa peduli itu nyakitin orang atau ngga."     

"Ngomong-ngomong, dia ngasih tahu ngga. Kapan foto itu bakal dirilis?"     

Maya menggeleng. "Entahlah. Tapi gue rasa dia makan cepat naikin berita ini. Kita pantau aja terus akunnya."     

----     

Maya menelpon Bara sebelum ia menemui pergi menemui Adrian bersama dengan Kimmy.     

"Sebentar lagi, gue ketemu sama Adrian," ujar Maya di telpon.     

"Danesa juga ikut, kan?" tanya Bara.     

"Iya, si Es ikut, kok."     

"Ya udah, hati-hati. Kalian berdua harus ekstra hati-hati. Gue sebentar lagi mau ke tempatnya Ben. Gue juga bakal ngawasin kalian berdua dari jauh."     

Ucapan Bara membuat Maya bisa sedikit merasa lega. Karena ini pertama kalinya ia mengambil pekerjaan yang sedikit membuatnya tidak nyaman, namun tetap ia ambil untuk membantu Bara dan Kimmy. "Keep your eye on me, okay?"     

"I will," sahut Bara.     

"Oke, gue pergi dulu." Maya kemudian mematikan sambungan telponnya.     

Sambil menghela napasnya, Maya berjalan menghampiri Kimmy yang sudah duduk menunggunya di dalam mobil.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.