Bara

Site Plan 7



Site Plan 7

0Kimmy dan Maya akhirnya tiba di restoran tempat mereka akan melangsungkan pertemuan dengan Adrian dan Danesa. Dengan dipandu seorang waitress, Kimmy dan Maya diantar menuju meja yang sudah dipesan atas nama Adrian. Keduanya duduk berdampingan sembari menunggu kedatangan Adrian dan Danesa.     

Kimmy memperhatikan Maya yang terlihat sedikit gugup. "Tumben lu gugup begitu, May?"     

Maya mendengus pelan seraya menoleh pada Kimmy. "Emangnya lu ngga gugup?"     

"Sedikit. Ini pertama kalinya gue ngelakuin hal kaya gini," jawab Kimmy.     

"Ya, sama," sahut Maya. "Semoga rencana kita lancar."     

"Orang kiriman Madam gimana? Dia udah dateng belum?"     

"Oh, iya. Gue hampir lupa." Maya segera mengeluarkan ponselnya dan menguhubungi seseorang. "Oh, halo. Gimana? Lu udah sampai belum?"     

"Gue udah sampai daritadi," jawab orang yang dihubungi Maya.     

"Oh, ya. Dimana?" Maya celingukan mencari orang yang sudah ia pesan dari Madam yang seorang penyedia jasa pelacuran kelas atas. Maya kemudian menyipitkan matanya begitu melihat seorang pria yang sedang melambaikan tangan kearahnya. Ia segera menyikut Kimmy untuk mengikuti arah tatapan matanya.     

"Wah, orang-orang si Madam emang oke punya," ujar Kimmy tidak percaya begitu melihat seorang pria muda berkulit putih dengan rambut hitam kecoklatan yang ia cepol asal-asalan.     

Pria itu memiliki garis wajah yang cukup tegas, matanya yang kecoklatan memancarkan kelembutan sekaligus ketegasan. Senyum lembut di bibir tipisnya pasti akan membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona. Siapapun yang melihatnya pasti akan terkecoh, karena wajah pria itu terlihat cantik dan tampan disaat yang bersamaan.     

Pesona pria muda itu semakin didukung dengan gayanya yang sederhana namun berkelas. Ia mengenakan kaus turtleneck hitam lengan panjang yang lengannya ia tarik sebatas siku. Leher bajunya sedikit ia gulung hingga menampakkan lehernya yang jenjang. Siluet tubuhnya yang ramping nampak jelas dibalik kaus yang ia kenakan.     

"Lu udah tahu tugas lu, kan?" tanya Maya.     

Pria itu menjawab pertanyaan Maya dengan mengacungkan satu jempolnya dari tempat duduknya. "Tugas gue hari ini, cuma godain doang, kan?"     

"Pokoknya lu harus godain sampai dia tertarik sama lu," jelas Maya.     

"Lu serahin aja sama gue," sahut pria bayaran tersebut.     

"May, May, tutup dulu. Si Adrian udah dateng," seru Kimmy ketika ia melihat Adrian memasuki restoran.     

"Targetnya udah dateng. Good luck." Maya segera mematikan sambungan telponnya.     

Maya dan Kimmy kemudian menukar tempat duduknya agar Adrian bisa duduk menghadap ke pria bayaran yang sudah mereka sewa untuk menggoda Adrian.     

Adrian dan Danesa berjalan beriringan menuju tempat duduk yang sudah mereka pesan. Maya dan Kimmy kompak berdiri begitu Adrian tiba di meja mereka. Keduanya segera menyalami Adrian sambil memasang senyum manis di wajah mereka.     

Adrian menjabat tangan Maya dan Kimmy bergantian. Ia tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya karena Maya dan Kimmy akhirnya menerima tawaran kerja darinya.     

"Akhirnya kalian mau terima tawaran kerja dari gue," seru Adrian. Ia kemudian melirik ada Danesa yang berdiri di sebelahnya. "Padahal Danesa udah yakin banget kalian ngga bakal terima tawaran kerja itu."     

"Mana mungkin kita nolak, tawaran kerja sebagus itu. Apalagi udah lama gue sama Maya ngga tampil bareng dalam satu iklan," sahut Kimmy.     

Adrian tersenyum mendengar ucapan Kimmy. "Ayo, duduk dulu."     

Keempatnya kemudian saling duduk berhadapan untuk membahas kontrak kerjasama yang akan mereka lakukan.     

----     

Pada saat yang sama, pesawat yang ditumpangi Reno mendarat di bandara Soekarno Hatta, tanpa mempedulikan sekitarnya, Reno berjalan cepat untuk segera keluar dari bandara. Beruntung ia tidak memiliki barang-barang yang ia masukkan ke dalam bagasi, sehingga ia bisa langsung berjalan keluar. Ia berjalan sambil menghubungi Arga. Bara sudah memberitahunya bahwa Arga datang untuk menjemputnya.     

Suara klakson mobil mengagetkan Reno yang sedang celingak-celinguk mencari mobil yang dikendari Arga. Reno segera menoleh.     

"Masuk," seru Arga sembari membuka pintu mobilnya untuk Reno.     

Reno bergegas masuk ke dalam mobil yang dikendarai Arga. Begitu ia duduk di sebelah Arga, ia segera melemparkan tas yang ia bawa ke kursi penumpang yang ada di belakang. Sembari Arga memasang sabuk pengamannya, Arga segera memacu kembali mobil yang ia kendarai untuk segera meninggalkan bandara.     

Ketika mobil tersebut mulai meninggalkan area bandara, Reno segera menurunkan hodie yang ia kenakan dan melepaskan topinya. Ia menghela napas lega sudah mendarat kembali di Jakarta dan dijemput oleh Arga.     

"Nyaris aja," ujar Reno. Ia menurunkan sandaran kursi hingga tubuhnya sedikit merebah.     

Arga menoleh ke arahnya. "Untung lu langsung disuruh balik."     

"Kalo ngga, gue ngga tau nasib gue gimana disana," sahut Reno. "Tadi, gue liat anak buah Hanggono ada yang keluar dari hotel. Kayanya mereka sadar kalo telpon yang mereka terima itu cuma tipuan. Gue sampe bayar double ke supir taksi supaya dia mau ngebut."     

"Tenang aja. Pasti diganti lebih sama Bara."     

"Ya udah, lu nyetir yang bener. Gue mau tidur sebentar." Reno segera memejamkan matanya.     

"Lu ngga tidur pas di pesawat tadi?"     

"Gimana gue bisa tidur kalo kepikiran orang-orang yang tiba-tiba datengin gue," sahut Reno sambil tetap memejamkan matanya.     

"Ngomong-ngomong, gue sama Ben udah punya paspor," ujar Arga sambil terkekeh.     

"Ya, gue ikut seneng lu berdua akhirnya punya paspor. Kalau harus ke luar negeri lagi, mending kalian aja berdua yang jalan. Gue jaga kandang aja. Udah, jangan ngomong lagi. Gue beneran ngantuk."     

"Hmmm," gumam Arga. Ia kembali memfokuskan perhatiannya pada jalanan yang ada di depannya sembari ditemani Reno yang sudah mendengkur di sebelahnya.     

----     

Maya berulang kali memperhatikan Adrian yang nampak sedikit terganggu konsentrasinya. Berulang kali Adrian terlihat memperhatikan ke arah lain. Dari tembok kaca yang ada di belakang Adrian, Maya bisa melihat orang suruhan Madam sedang melancarkan aksinya.     

Maya menyenggol-nyenggol Kimmy untuk ikut melirik ke arah pria yang sudah mereka sewa. Kimmy ikut melihat ke tembok kaca tersebut. Pria yang mereka sewa tampak sedang meneguk air dari botol air mineral. Ia sedikit menengadah hingga menunjukkan lekum di lehernya yang naik turun. Keduanya kemudian kompak melihat Adrian yang nampak menelan ludahnya sendiri.     

"Adrian." Kimmy mencoba untuk memanggil nama Adrian.     

Adrian tidak terpengaruh, ia tetap memandang ke arah lain.     

"Adrian." Kimmy kembali mencoba untuk memanggil Adrian.     

Kali ini Danesa yang duduk di sebelah Adrian menyikut lengan Adrian hingga membuatnya terkesiap. "Iya, kenapa?"     

"Lu, kok, jadi keliatan ngga fokus gitu. Ada yang lagi lu pikirin?" tanya Kimmy.     

"Ah, ngga, kok. Tadi sampai mana pembicaraan kita?" Adrian mencoba untuk mengalihkan perhatiannya.     

Maya bisa melihat Danesa yang menghela napas di sebelah Adrian. Ia menatap Danesa penuh tanya. Danesa menanggapinya dengan mengangkat bahunya seraya melirik ke arah lain. Maya berpura-pura menoleh untuk melihat ke arah yang ditunjuk Danesa.     

Maya kemudia kembali beralih menatap Danesa. Ia mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan untuk Danesa. "Dia daritadi ngeliatin cowok yang duduk disana?"     

Ponsel Danesa bergetar dan ia segera membuka ponselnya. "Iya. Kesel gue, kalo si Adrian udah mulai lirik-lirik cowok."     

Maya membelalakkan matanya begitu membaca pesan balasan dari Danesa. "Wtf." Balas Maya singkat.     

"Liat aja, selesai ini, dia pasti bakal langsung nyamperin itu cowok buat ngajak kenalan."     

Maya mengulum tawanya. Pesan yang baru saja dikirimkan Danesa menunjukkan bahwa rencananya dan Kimmy berhasil untuk memancing Adrian dengan menggunakan seorang pria tampan.     

"Kenapa, May?" tanya Adrian yang melihat Maya tertawa pelan.     

"Oh, sori. Ngga ada apa-apa, kok." Maya berusaha mengendalikan kegembiraannya. "Gimana nanti pas acara peluncuran layanan itu? Gue boleh ajak pasangan gue, kan?"     

"Oh, boleh. Silahkan." Adrian kemudian menoleh pada Kimmy. "Kalo lu punya pasangan, lu ajak aja sekalian, Kim."     

Kimmy menggeleng. "Gue ajak kakak gue aja."     

Ekspresi wajah Maya berubah begitu Kimmy mengatakan akan mengajak kakaknya. Ia memperhatiakn ekspresi mata Kimmy. Jelas ada sesuatu di antara Kimmy dan Damar.     

"Wah, kalau begitu, gue harus bikin acara yang bagus. Soalnya dua Bos besar MG Group bakal dateng ke acara gue. Siapa tahu nanti mereka mau investasi sama gue," seloroh Adrian.     

Maya dan Kimmy hanya menanggapinya dengan senyum simpul.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.