Bara

Gambling 5



Gambling 5

0Setibanya di rumah, Maya segera merebahkan tubuhnya di kasur. Sambil merebahkan tubuhnya, Maya membuka ponselnya. Ia kemudian tersenyum ketika melihat sebuah pesan masuk dari Bara. Belum sempat Maya membalas pesan tersebut, Bara sudah keburu menelponnya.     

"Hi, How's your day?" tanya Maya begitu ia mengangkat telpon dari Bara.     

"Nothing, cuma jalan-jalan sebentar sama Eyang di sekitar rumah. Lu gimana?" Bara balik bertanya pada Maya.     

"Ya, seperti biasa, di butik sama Kimmy. Si Es juga sempet mampir ngomongin kerjaan."     

"Wow, kerjaan lu ngalir terus ya," seru Bara. "Gue jadi ngga usah khawatir soal biaya buat beli ikan salmon."     

Maya tertawa mendengar candaan Bara. "Si Es dateng bawa proposal kerja buat gue sama Kimmy. Tapi, kita berdua kayanya ngga bakal ambil kerjaan itu."     

"Loh, kenapa?" tanya Bara keheranan.     

"Ngga sreg sama bosnya. Tadi, kebetulan orang yang mau ngajak kerjasama juga ikut."     

"Emang kalian ditawarin kerja apa?"     

"Biasa, jadi model iklan sekaligus endorse."     

"Untuk?"     

"Ojek online," jawab Maya.     

----     

Deg.     

Bara bangkit dari tempat tidurnya begitu mendengar Maya dan Kimmy mendapat tawaran untuk iklan dan promosi ojek online.     

"Mereka katanya mau ngeluarin layanan untuk sewa helikopter. Nah, kita berdua yang diminta untuk promosiin layanan itu." Maya melanjutkan penjelasannya.     

"Oh ya, kita juga dapat undangan buat peluncuran layanannya," lanjut Maya.     

"Oh," gumam Bara. "Apa yang bikin lu sama Kimmy kurang sreg?"     

"Hmmm, apa, ya? Bosnya keliatan agak sedikit arogan, sih. Kalo menurut gue sama Kimmy. First impression-nya bikin kita ngga nyaman."     

"Pasti radar perempuan kalian yang ngerasa ngga nyaman," sahut Bara.     

"Iya. Si Es juga keliatan agak nyaman gitu sama dia."     

"Kalau acara peluncuran layanannya, kalian berdua bakal datang?" tanya Bara.     

"I don't know. Tadi, sih, kita berdua bilang tergantung jadwal."     

"Oh gitu," sahut Bara.     

Tiba-tiba ponsel Bara bergetar ketika ia sedang berbicara dengan Maya di telpon. Bara melihat penelpon yang masuk ke ponselnya.     

"Bentar, ya, May. Nanti gue telpon lagi. Ada telpon masuk."     

"Oke, gue juga mau bersih-bersih dulu," sahut Maya.     

"Bye." Bara segera mematikan sambungan telponnya dengan Maya. Ia lalu menjawab telpon lain yang masuk ke ponselnya.     

"Iya, Ren." Bara menjawab telpon dari Reno.     

"Gue udah sampai," jawab Reno.     

Bara melirik jam pada ponselnya. Reno tiba di HongKong mendekati tengah malam.     

"Oke, terus kabarin kita soal temuan lu selama di sana," seru Bara.     

"Kayanya malam ini gue bakal langsung cek ke kasino di hotel itu, siapa tahu gue bisa mergokin Walikota itu," terang Reno.     

"Oke, tetap hati-hati, jangan sampai orang-orang disekitar dia curiga. Gue yakin ajudan-ajudannya juga orang-orangnya Hanggono."     

"Sipp, ya udah. Gitu aja. Gue mau langsung siap-siap ke kasino." Reno segera mematikan sambungan telponnya.     

Fokus Bara kembali pada pembicaraannya dengan Maya barusan. Entah mengapa, momennya terjadi sangat pas. Hal ini bisa membahayakan Maya dan Kimmy jika apa yang dipikirkan Bara benar. Hanggono sengaja meminta anak buahnya untuk mendekati Maya dan Kimmy sekaligus.     

----     

"Kim, lu di mana?" Damar bertanya pada Kimmy melalui sambungan telpon.     

"Gue masih di butik. Kenapa?"     

"Lu jam segini masih di butik? Maya juga masih disitu?"     

"Iya, ada yang harus gue selesaiin. Maya udah pulang daritadi. Tinggal gue sendiri," jawab Kimmy.     

"Gue kesana kalo gitu." Tanpa menunggu jawaban dari Kimmy, Damar segera mematikan ponselnya. Ia kemudian meraih jaketnya, dan kembali berjalan keluar dari apartemennya untuk menuju butik milik Kimmy dan Maya.     

Begitu Damar tiba di butik, Kimmy sudah duduk di meja pembayaran yang ada di lantai bawah untuk menunggu Damar.     

"Lu ngapain kesini segala? Padahal ngga lama setelah lu nutup telpon, kerjaan gue udah beres. Harusnya gue bisa langsung. Tapi, gue malah harus nungguin lu."     

Damar tidak menghiraukan pernyataan Kimmy dan segera memeluknya. "Itu karena gue khawatir. Udah mau tengah malem, lu belum pulang."     

"Biasanya juga gue pulang pagi," sahut Kimmy.     

"Jangan terus begitu, lah. Maya aja udah pulang, kan."     

Kimmy menanggapinya dengan sebuah gumaman pelan.     

Damar kemudian melepaskan pelukannya. Ia lalu memandangi wajah Kimmy di tengah pencahayaan butik yang sudah tidak seterang pada saat siang. Beberapa lampu sudah Kimmy matikan, hingga suasana di dalam butik saat ini tampak temaram.     

Damar memegang wajah Kimmy dengan kedua tangannya. Tatapannya lurus menatap mata Kimmy hingga membuat kaki Kimmy merasa lemas ditatap sedemikian rupa oleh Damar. Tidak sampai satu detik, Damar sudah mendaratkan kecupannya di bibir Kimmy.     

Kimmy menyambut kecupan Damar. Sudah bukan hal aneh lagi bagi mereka berdua untuk berciuman jika mereka sedang berdua. Seolah itu adalah ritual untuk melepaskan status yang menempel pada keduanya. Setelah berciuman mereka kembali menjadi dirinya masing-masing yang saling mencintai satu sama lain.     

Setelah beberapa saat berciuman, Damar melepaskan ciumannya sambil menghela napas panjang. Damar tertunduk sambil tetap memegangi wajah Kimmy. Tanpa sengaja mata Damar menangkap sebuah proposal yang ada di atas meja pembayaran. Ia sedikit terkejut begitu melihat lambang ojek online yang ada di depan proposal tersebut.     

Damar lantas melepaskan tangannya dari wajah Kimmu dan beralih meraih proposal milik Kimmy.     

"Lu dapat tawaran kerjasama dari ojek online?" tanya Damar.     

Kimmy ikut beralih menghadap ke meja kasir. "Iya, gue sama Maya yang dapat tawaran itu. Kenapa?"     

Damar terlihat membuka proposal tersebut dan serius membaca isinya. Beberapa saat Damar terdiam dan memfokuskan perhatiannya pada proposan yang ada di tangannya.     

"Ada yang aneh?" tanya Kimmy yang melihat Damar nampak sangat serius.     

Damar akhirnya selesai membaca proposal tersebut dan kembali memperhatikan Kimmy. "Isinya ngga ada yang aneh. Semua bagus seperti tawaran kerjasama pada umumnya. Tapi, ada sesuatu yang bikin gue khawatir. Apalagi ini juga ngelibatin Maya yang sekarang lagi santer dikabarin lagi deket sama Bara."     

Kimmy sedikit terkejut begitu Damar menyebut nama Bara. "Apa hubungannya proposal ini sama Bara?"     

"Gue boleh bawa ini dulu. Pertanyaan lu gue jawab nanti aja. Setelah gue diskusiin tentang proposal ini sama Bara," jawab Damar.     

"Sejak kapan soal kerjaan gue harus didiskusiin dulu sama kalian berdua?" Kimmy sedikit tidak setuju dengan apa yang baru saja Damar katakan.     

Selama ini, Damar tidak pernah mencampuri urusan pekerjaannya. Ini sesuatu yang baru Kimmy, ketika Damar tiba-tiba turut campur dalam urusan pekerjaannya.     

"Gue ngga mau, ya, kalau kalian berdua ikut campr urusan pekerjaan gue," ucap Kimmy dengan sedikit penekanan.     

Damar sadar Kimmy sudah salah menangkap maksud ucapannya. "Bukan itu maksud gue, Kim."     

"Terus apa maksud lu mau diskusiin proposal kerja gue ke Bara? Kalau bukan ikut campur terus apa?" Kimmy mulai meninggikan nada bicaranya.     

Damar menghela napasnya. Ia tahu perihal pekerjaan merupakan hal yang sensitif bagi Kimmy. Kimmy tidak mau ada orang lain yang ikut campur dalam pekerjaan yang sudah dipilihnya ini.     

"Please, dengerin penjelasan gue dulu," pinta Damar.     

"Ngga ada yang perlu dijelasin," sahut Kimmy cepat.     

Kimmy segera merebut proposal miliknya yang sedang berada di tangan Damar.     

"Keluar, gue mau tutup," pinta Kimmy ketus. Kimmy bahkan tidak menatap Damar ketika menyuruhnya untuk keluar dari butiknya.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.