Bara

The Death of 2



The Death of 2

0"Bos, mau sampai kapan kita disini?" tanya salah satu anak buah Hanggono kepada Pemimpin mereka.     

Pemimpinnya melirik kepada bawahannya. "Saya juga ngga mau terjebak disini."     

Ia melihat para anak buahnya yang mulai lemas. Sudah seharian mereka tidak makan ataupun minum. Ia memperingatkan anak buahnya untuk tidak menyentuh makanan dan minuman yang ada di dalam situ. Karena jika mereka memakan atau meminumnya, kondisi mereka justru akan semakin tidak baik. Alkohol dan camilan gurih hanya akan membuat mereka dehidrasi.     

"Lalu kalian mau apa sekarang?" tanyanya kepada para anak buahnya.     

Para anak buahnya saling lirik. "Kita ngga bisa terus disini, Bos," ujar salah satu diantara mereka.     

"Kita juga ngga bisa membuat perjanjian sama mereka. Bisa-bisa nyawa kita yang terancam kalau kita sampai membuat perjanjian sama mereka."     

"Kalau kita terus disini, kita juga akan mati. Lebih parahnya ngga ada yang tahu kita disini, selain orang yang menyekap kita."     

"Kita ambil suara kalau begitu," ujar pemimpinnya.     

----     

Damar dan Ben masih menperhatikan para anak buah Hanggono melalui layar monitor mereka.     

"Kayanya mereka lagi pengambilan suara," ujar Ben.     

"Ternyata kita ngga perlu nunggu tiga hari," sahut Damar.     

Tidak berapa lama, Pemimpin kelompok tersebut menatap ke arah kamera pengawas.     

Damar meraih mikrofonnya. "Kalian sudah mau menyerah?"     

Pemimpin itu menganggukkan kepalanya di kamera, diikuti dengan para anak buahnya.     

"Okay, kita akan jemput satu orang di antara kalian," ujar Damar melalui mikrofon. Setelah itu ia kembali mematikan mikrofonnya dan beralih pada Ben. "Giliran Bang Ojal."     

Ben mengacungkan jempolnya dan segera menghubungi Bang Ojal.     

----     

Bang Ojal beserta beberapa orang anak buahnya masuk ke dalam ruang bawah tanah yang ada di bar Millenium. Mereka mengenakan penutup wajah dan membawa senjata untuk berjaga-jaga menghadapi kemungkinan anak buah Hanggono akan melawan mereka     

Begitu Bang Ojal sampai di ruangan, para anak buah Hanggono sudah berdiri rapi menyambut mereka. Dengan tenaga yang masih tersisa mereka memasang kuda-kudanya dan bersiap untuk berkelahi.     

Bang Ojal dengan santai mengeluarkan senjata yang ia bawa berupa tongkat listrik. Para anak buah Bang Ojal ikut mengeluarkan tongkat tersebut. Mereka juga telah siap jikalau mereka harus berkelahi.     

----     

"Harusnya lu bawa popcorn kesini, Dam," gumam Ben pelan.     

Kini tinggal ia seorang diri. Damar sudah pergi karena harus kembali ke kantor.     

Ben menyaksikan perkelahian antara anak buah Hanggono melawan anak buah Bang Ojal melalui layar monitornya. Ternyata anak buah Hanggono sengaja menawarkan diri untuk membuat perjanjian sebagai upaya agar mereka bisa melarikan diri.     

Namun, sepertinya mereka tidak memperhitungkan bahwa yang akan menemui mereka sekelompok preman bersenjata. Ben bisa melihat anak buah Hanggono yang berusaha berkelahi meski dengan tangan kosong dan tenaga yang hampir habis.     

Beberapa diantara mereka sudah ada yang terkapar di lantai akibat tersengat tongkat listrik yang dibawa anak buah Bang Ojal.     

"Kenapa ngga langsung nyerah aja, sih." Ben kembali bergumam. Kali ini ia mulai membuka bungkusan makanan yang dibawakan oleh Damar dan melihat isinya.     

Tanpa melepaskan mata dari layar monitornya, Ben menyantap sushi platter yang dibawakan Damar.     

----     

Pengacara yang disewa Bara datang menemui Abu Syik yang tengah berada di sel sementara. Awalnya Abu Syik keheranan dengan kedatangan seorang pria muda berpenampilan parlente yang datang menemuinya tersebut, apalagi mengaku sebagai pengacaranya. Tapi setelah Pengacara iti memperkenalkan dirinya dan mengaku ia datang karena diminta oleh Bara, keheranan Abu Syik memudar.     

"Padahal dia tidak perlu sampai berbuat seperti ini," ujarnya pada Pengacara tersebut.     

"Tugas saya hanya membantu mengurangi masa tahanan Bapak. Meskipun itu kelihatannya sedikit sulit karena bukti-bukti disini cukup untuk membuat Bapak dituntut minimal penjara seumur hidup, dan maksimal hukuman mati," terang Pengacara yang dikirim oleh Bara.     

"Buat jadi seumur hidup sudah cukup untuk saya. Toh, saya merasa umur saya tidak akan lama lagi," ujar Abu Syik yang diiringi dengan tawa pelan.     

"Kalau begitu, saya harus minta Bapak untuk berkata sejujur-jujurnya pada saya. Perkataan Bapak itu yang nantinya mungkin bisa membantu saya mendapatkan hukuman minimal untuk Bapak."     

"Apa yang mau kamu ketahui?" tanya Abu Syik.     

"Semuanya." Pengacara itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan menyalakan perekamn suara. "Bapak bisa beritahu saya, apa yang bisa meringankan hukuman Bapak." Pengacara itu kemudian menyentuh tombol start pada perekam suara yang ia nyalakan.     

Abu Syik tersenyum seraya menarik napasnya. "Seluruh ladang itu bukanlah milik saya. Saya hanya bertugas menjaganya. Ladang itu milik seseorang bernama Hanggono."     

Pengacara itu tersenyum mendengarkan pengakuan Abu Syik. Ia tidak banyak bertanya dan membiarkan Abu Syik sendiri yang bercerita tentang ladang tersebut.     

----     

Bang Ojal dan anak buahnya sudah berhasil melumpuhkan kembali anak buah Hanggono yang mencoba melawan mereka. Masih dengan menggenggam tongkat listriknya, Bang Ojal mencari Pemimpin kelompok tersebut.     

Tidak sulit mengenali Pemimpin kelompok tersebut karena Bang Ojal segera menghampiri seorang pria yang usianya kira-kira tidak berbeda jauh darinya dan mengenakan pakaian yang agak sedikit berbeda dengan yang lainnya.     

Bang Ojal berjongkok di dekat orang tersebut sembari menatap matanya.     

"Sampai kapan pun gue ngga bakal bikin perjanjian sama kalian," ujar anak buah Hanggono tersebut sambil terengah-engah.     

"Lain kali, gue ngga bakal bawa tongkat listrik, tapi gue bawa pisau, golok, celurit, karambit atau apapun yang memiliki mata pisau dan bisa membuat lu mati kehabisan darah."     

"Gue ngga takut sama ancaman kalian," pekik Pemimpin kelompok tersebut.     

"Gue akui lu orang yang setia. Tapi, kesetiaan lu kali ini ngga bisa menjamin lu bisa keluar hidup-hidup dari sini."     

Pemimpin kelompok tersebut menatap mata Bang Ojal dengan penuh kebencian. Ia lantas meludahi wajah Bang Ojal.     

Bang Ojal tertawa menanggapi sikap Pemimpin kelompok itu. Tatapan matanya berubah menjadi seperti pemburu yang hendak menembak hewan buruannya. Sedetik kemudian, ia melayangkan tongkat yang ia pegang ke wajah orang tersebut dengan sangat keras hingga membuatnya tidak sanggup lagi mengangkat kepalanya.     

Anak buah Hanggono yang tersisa bersusah payah mendekati Bang Ojal.     

"Maaf, Bang. Kita ngga bermaksud menjebak Abang. Semua ini rencananya dia," ujar salah satu anak buah Hanggono sambil meraih kaki Bang Ojal. Ia menunjuk pada Pemimpinnya yang sudah menyuruh mereka untuk menjebak orang yang dikirim untuk menjemputnya.     

"Iya, Bang. Kita semua bakal nurutin apa kemauan kalian," ujar yang lain bersahutan.     

Para anak buah Hanggono bersahut-sahutan meminta untuk dibebaskan dari ruang bawah tanah tersebut. Mereka mengaku sudah tidak kuat berada di ruang tersebut dan terus memohon untuk dikeluarkan. Mereka tidak berjanji akan melakukan apa saja yang diperintahkan pada mereka asalkan mereka bisa keluar. Mereka juga tidak peduli dengan nasib pemimpinnya yang kini sedang terkapar di lantai dengan darah yang membasahi keningnya.     

Bang Ojal tertawa pelan melihat kelakuan para anak buah Hanggono. "Benar-benar picik kalian."     

Bang Ojal kemudian memberikan isyarat pada anak buahnya untuk membawakan minuman bagi para anak buah Hanggono. Mereka berebut menyambut minuman pemberian Bang Ojal.     

"Kalian nikmati saja dulu menginap disini untuk beberapa hari. Bukan saya yang mengambil keputusan disini." Bang Ojal lantas pergi keluar dari ruang bawah tanah itu bersama dengan anak buahnya.     

Anak buah Hanggono hanya manggut-manggut mendengarkan ucapan Bang Ojal. Mereka sudah kegirangan dengan air mineral dan sepotong roti yang diberikan Bang Ojal.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.