Bara

Suspicious Witness 18



Suspicious Witness 18

0Hanggono sudah duduk di hadapan Dirga begitu ia membuka matanya. Dirga sedikit menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa pening yang dirasakannya. Dirga memperhatikan dirinya yang kini terikat pada sebuah kursi kayu dan berhadapan dengan Hanggono.     

Hanggono bertepuk tangan ketika Dirga mendongak dan menatapnya. Ia tersenyum pada Dirga. "Hebat sekali. Bravo." Ia terus bertepuk tangan.     

Bunyi tepukan tangan Hanggono terasa begitu memekakkan di telinga Dirga. Ia ingin segera menutup telinganya, namun kedua tangannya terikat.     

Tiba-tiba tepukan tangan Hanggono berhenti dan berubah menjadi sebuah tawa. Dirga bergidik mendengar tawa Hanggono yang menggema di ruangan tempatnya terikat saat ini.     

Setelah puas tertawa, Hanggono menghela napasnya dan kembali menatap Dirga. "Kamu pasti merasa hebat sudah berhasil mengelabui saya?"     

Dirga meludah di hadapan Hanggono. Ia mendengus pelan. "Bapak benar-benar belum berubah. Apa Bapak pikir cara lama seperti ini masih berguna?"     

Hanggono menganggkat bahunya. "Pada akhirnya cara-cara seperti ini yang efektif untuk membuat musuh meninggalkan sarangnya." Hanggono berjalan mendekat ke arah Dirga sembari mengeluarkan ponselnya. "Kesabaran saya sudah habis karena kalian terus mengusik saya." Ia memilih nomor telpon Bara pada ponselnya dan kemudian menyentuh tombol untuk melakukan panggilan video.     

Hanggono mengarahkan kamera ponselnya ke arah Dirga. "Silahkan kamu sapa Bos kamu itu. Kita lihat, mana yang akan dia pilih. Memberikan apa yang saya mau atau membiarkan saya menghabisi kamu disini."     

----     

Bara langsung mengangkat panggilan video dari video meski ia sedang berbicara dengan Pak Bima dan Pak Haryo yang sedang membicarakan rencana Bara membangun sebuah anak usaha baru yang bergerak di bidang keamanan. Rencana tersebut terpaksa ditunda karena beberapa hal yang terjadi di luar rencana mereka.     

Mata Bara membelalak begitu wajah Dirga yang muncul di panggilan video Hanggono. Lebih terkejut lagi karena wajah Dirga dipenuhi bercak darah.     

Dirga memandangi Bara yang menjawab panggilan telpon Hanggono. "Jangan biarkan dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Langkah kita sudah dekat. Saya pasti bisa lepas dari situasi ini."     

Terdengar tawa Hanggono di belakang Dirga. "Kata-kata kamu membuat saya terharu. Sayangnya, kamu tidak sendiri."     

Belum selesai keterkejutan Bara, Hanggono segera melakukan panggilan lain yang terhubung dengan panggilannya bersama Bara. Beberapa saat kemudian, bertambah satu orang yang muncul dalam panggilan video yang dilakukan Hanggono.     

"Raya?" gumam Bara tidak percaya begitu melihat Raya yang tergeletak di tengah ruangan dengan kaki dan tangan terikat.     

Hanggono memunculkan wajahnya dan tersenyum pada Bara. "Kamu bilang, kamu akan melindungi orang-orang yang ada di sekitar kamu, kan?" Ia sedikit memutar bola matanya lalu kembali menatap Bara untuk mempermainkannya. "Bagaimana kalau kita buktikan ucapan kamu sekarang? Kira-kira mana yang akan kamu pilih. Foto skandal yang ada di tangan kamu, atau nyawa anak buah kamu yang ada di tangan saya." Ia menaikkan satu alisnya untuk semakin memancing amarah Bara.     

"Bajingan," rutuk Bara. Ia tidak peduli bahwa umur Hanggono jauh di atasnya. Yang ia tahu Hanggono bukanlah seseorang yang pantas mendapat rasa hormat darinya.     

Hanggono kembali menatap Bara. "Mana yang kamu pilih Tuan muda?" Ia kemudian tertawa. Hanggono mengarahkan kameranya pada Dirga. Sementara di video yang lain menyorot Raya yang tergeletak tidak berdaya. "Kamu pasti bingung. Kalau begitu saya berikan waktu sampai sore ini. Tentukan pilihan kamu, atau nyawa dua orang ini taruhannya." Hanggono kemudian langsung mematikan panggilan videonya.     

Bara meremas ponselnya dengan sangat kencang. Pak Haryo dan Pak Bima yang sedari tadi mendengarkan ikut merasa marah dengan apa yang dikatakan dan dilakukan Hanggono.     

Bara duduk kembali di tempat duduknya. Kedua tangannya meremas rambutnya. Hanggono benar-benar membuatnya murka kali ini.     

"Arrghh," teriak Bara. Tanpa sadar ia menggebrak meja yang ada di depannya.     

Pak Haryo yang duduk di depan Bara segera beralih ke sebelahnya. "Kita tidak boleh gegabah kali ini."     

Bara masih tertunduk sambil meremas kepalanya. Tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Kali ini Reno yang menghubunginya. Bara segera menjawab telpon tersebut.     

"Gawat, Bar. Raya sama Pak Dirga," seru Reno.     

Bara mengusap wajahnya seraya berbicara dengan Reno. "Iya, gue udah tahu. Hanggono menyekap mereka berdua."     

----     

Reno bertatap-tatapan dengan Ben dan Arga begitu mendengar ucapan Bara tentang Raya dan Dirga yang disekap oleh Hanggono. "Apa rencana lu sekarang?"     

"Hanggono minta kita buat serahin semua bukti-bukti itu sebagai ganti nyawa mereka berdua," jawab Bara.     

Reno dapat merasakan nada bicara Bara yang terdengar sangat tertekan. Tinggal selangkah lagi mereka meruntuhkan Hanggono, namun Hanggono menggoyangnya dengan sangat kuat.     

Kecelakaan yang menimpa Axel. Lalu menyekap Dirga dan Raya pada saat yang bersamaan. Hanggono bahkan sudah mengorbankan nyawa Supir pribadi Axel dalam kecelakaan tersebut.     

"Hanggono ngasih gue waktu sampai nanti sore," ujar Bara.     

"Kita masih bisa susun rencana," sela Ben. Reno sengaja menyalakan pengeras suara agar Ben dan Arga bisa mendengar ucapan Bara.     

"Kita harus rencanakan ini baik-baik. Gue ngga mau ada korban lagi," ucap Bara.     

"Lu tahu di mana Raya sama Pak Dirga disekap?"     

Bara menghela napas panjang. "Gue ngga tahu. Tapi kayanya mereka ada di ruangan berbeda. Pak Dirga lagi sama Hanggono, sementara Raya sendirian."     

"Gue harus pastiin dulu dimana mereka berdua disekap. Selama itu, lu bisa koordinasi sama Bang Ojal. Gue juga bakal kasih tahu ini ke Ibu Kasmira, dia pasti bisa bantu," terang Ben.     

"Oke," sahut Bara.     

"Kita pasti bisa jatuhin Hanggono," seru Arga.     

"Iya," timpal Bara.     

"Yeah, we can do that. Don't worry." Ben ikut menimpali.     

"Thanks guys. Sebentar lagi gue kesana. Kita bahas rencana kita selanjutnya disana." Bara langsung mematikan sambungan telponnya.     

Arga, Ben dan Reno segera melakukan tugasnya masing-masing. Ben kembali ke meja kerjanya untuk mencari kemungkinan lokasi tempat Dirga dan Raya disekap. Seperti biasa, ia akan memberikan Arga akses untuk melihat kamera pengawas dimulai dari kamera pengawas yang berada di sekitar rumah aman.     

Sementara itu, Reno mencari jejak sidik jari dari panci kecil yang ia bawa dari rumah aman untuk mengetahui pelaku yang membawa Raya dan Dirga dan akan menyocokkannya dengan data kependudukan.     

Ketiganya bekerja dengan cepat agar bisa segera mengetahui keberadaan Raya dan Dirga sekaligus menangkap orang yang menyamar sebagai Dijah.     

----     

Bara akhirnya pergi meninggalkan ruang kerja Pak Haryo untuk segera menemui Arga dan yang lainnya. Ia sudah menghubungi Bang Ojal untuk bersiap jika mendapat instruksi darinya.     

Sementara itu, Pak Haryo pun tidak tinggal diam. Ia tidak ingin Bara berjuang seorang diri. Kali ini ia akan menggunakan pengaruhnya untuk mempercepat penyelidikan yang sedang dilaksanan terkait perusahaan cangkang milik Hanggono.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.