Bara

Sweet Apocalypse 9



Sweet Apocalypse 9

0Kimmy menunjukkan sebuah postingan baru dari akun Mulut Lambe yang baru saja ia baca kepada Damar dan Pak Bima. Ketiganya tampak tidak percaya dengan apa yang ada di dalam postingan tersebut.     

"Lu tahu soal ini, Mas?" tanya Kimmy kepada Damar.     

Damar menggeleng pelan. "Bara ngga mungkin tahu soal ini tanpa bilang ke kita, kan?"     

Kimmy mengangkat bahunya. "Dia, kan, kadang suka bergerak sendiri."     

"Ini seperti kebakaran hutan. Dari api yang kecil, tiba-tiba membesar karena tiupan angin," ujar Pak Bima. "Katanya foto-foto ini ditemukan di ruang kerjanya Hanggono, kan?"     

"Menurut postingannya sih, begitu," sahut Kimmy.     

"Berarti kecil kemungkinan Bara terlibat. Bisa saja Hanggono memang sengaja menyembunyikan ini untuk memanfaatkan mereka yang dahulu berkuasa. Kalau diperhatikan, mungkin Hanggono memperoleh kekebalannya karena bukti-bukti ini," terang Pak Bima.     

Kimmy dan Damar manggut-manggut mendengarkan ucapan Pak Bima.     

"Yah, apapun itu, yang jelas Hanggono sekarang sudah tidak bisa berkutik. Mereka yang ada di foto itu juga pasti tidak akan tinggal diam," timpal Damar.     

"Kita bisa bernapas lega setelah di ditangkap. Selanjutnya biar orang-orang ini yang mengurus Hanggono." Kimmy ikut menimpali ucapan Damar. "Jadi, kapan kita mau ke taman bermain?"     

Damar dan Pak Bima saling lirik. "Memangnya Papa pernah bilang kita mau ke taman bermain?"     

Kimmy segera melirik pada Pak Bima. "Jangan pura-pura lupa, Pa."     

Pak Bima terkekeh. Lalu melirik pada Damar. "Gimana keadaan kamu?"     

"Sudah lebih baik," jawab Damar.     

"Nah, udah ngga ada alasan buat menghindar, kan," ujar Kimmy.     

Pak Bima menghela napas pasrah. "Ya sudah. Kamu atur saja."     

"Yes." Kimmy berseru kegirangan. "Akhirnya kita bisa pergi bertiga."     

Pak Bima dan Damar hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Kimmy yang kegirangan. Ia langsung mengeluarkan ponselnya untuk melakukan reservasi tiket ke taman hiburan. Sementara Pak Bima dan Damar hanya pasrah dan kembali melanjutkan sarapan pagi mereka.     

-----     

Axel tersenyum kecil ketika Kinan menunjukkan berita di media sosial tentang sebuah skandal sex yang melihat banyak anak Pejabat berpengaruh di masa lalu. Skandal yang sudah lama terkubur itu akhirnya mulai mencuat ke permukaan dan mendorong masyarakat untuk meminta skandal itu diselidiki pihak Kepolisian.     

"Kalian sudah akur sekarang?" Tanya Cipta ketika melihat kedua anaknya tampak sedang akur. Kinan sedang memegangi ponselnya dan menunjukkannya pada Axel yang masih kesulitan untuk menggerakkan kepalanya karena terhalang penyangga leher.     

"Papa udah lihat, kan?" tanya Kinan pada papanya.     

"Tahu soal apa?" papanya balik bertanya pada Kinan.     

Kinan kemudian menunjukkan apa yang baru saja ia tunjukkan pada Axel kepada papanya. Cipta langsung membaca postingan yang ada di dalam sebuah akun media sosial itu. "Mereka dapat foto itu darimana?" tanya Cipta sembari melirik pada Axel.     

Axel mengangkat pelan bahunya. "Bukannya Eyang memang menyimpan itu semua."     

Kinan menoleh tidak percaya pada Axel. "Eyang selama ini nyimpen beginian?"     

Axel melirik pada papanya. Kinan mengerutkan keningnya dan ikut melirik papanya. "Benar, Pa?"     

"Banyak cara untuk memperoleh kekuasaan. Salah satunya dengan menyimpan rahasia mereka yang berkepentingan," ujar Cipta.     

Kinan masih tidak mengerti dengan maksud ucapan papanya. "So?"     

Cipta menghela napas panjang. "Kamu pikirkan saja kata-kata Papa barusan."     

"Oh, ya," seru Axel tiba-tiba. "Rencana operasi Papa gimana?"     

"Oh, saya lupa bilang sesuatu sama kamu," ujar Cipta pada Axel. Ia menatap Axel sembari tersenyum lebar. "Sebenarnya, Papa baik-baik saja."     

Axel mengernyitkan dahinya sembari menatap tajam pada papanya. "Jadi, selama ini cuma bohongan?"     

Papanya mengangkat bahu sembari menyengir lebar pada Axel. "Sorry, ya."     

Axel mendengus kesal. Sementara papanya dan Kinan hanya bisa mengulum senyumnya melihat Axel yang nampak sangat kesal karena merasa dibohongi oleh papanya sendiri.     

-----     

Bara akhirnya tiba di rumah Bang Ojal. Ia datang menemui Asisten pribadi Hanggono dan wanita yang menyamar sebagai Dijah. Keduanya terikat di dalam ruang sempit yang ada di dalam rumah Bang Ojal dan dijaga oleh anak buahnya.     

Asisten pribadi Hanggono menatap sinis pada Bara yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut. "Mau apa lagi kamu?"     

"Masih banyak yang saya mau. Salah satunya, saya ingin tahu dimana kalian menguburkan wanita-wanita yang jadi korban dari skandal tersebut," ujar Bara.     

Wanita yang menyamar sebagai Dijah langsung menyambar Bara. "Saya juga korban. Kamu harus menyelamatkan saya."     

Bara menatap sinis pada wanita tersebut. "Kamu ngga pantas dapat pertolongan saya, kecuali kalau kamu mau memberikan kesaksian tentang kejadian tersebut."     

Wanita itu mengangguk cepat. "Tentu saja. Saya akan menjadi saksi dari kejadian itu. Saya ada disana waktu itu bersama teman-teman saya yang lain."     

"Wanita bodoh," gumam Asisten pribadi Hanggono yang melihat wanita itu bersedia melakukan apa saja untuk melindungi dirinya sendiri. Ia kemudia menoleh pada Bara. "Saya tidak akan mengatakannya."     

Bara kembali menatap Asisten pribadi Hanggono. "Kita lihat saja, sampai kapan kamu akan tutup mulut." Bara kemudian bangkit berdiri dan meninggalkan kedua orang tersebut.     

----     

Tidak lama setelah Bara keluar dari ruangan tersebut, dua orang pria masuk dan membawa wanita yang menyamar sebagai Dijah. Setelah wanita tersebut dibawa keluar, tiga orang laki-laki masuk untuk memaksa Asisten pribadi Hanggono untuk buka mulut.     

Dengan kepala yang ditutupi kain hitam, dua orang pria yang membawa Dijah palsu memasukannya ke dalam mobil dan membawanya pergi dari rumah Bang Ojal. Setelah mobil yang membawa Dijah palsu sudah meninggalkan rumah Bang Ojal, Bara berpamitan pada Bang Ojal.     

"Gue pergi dulu, Bang," ujar Bara pada Bang Ojal. "Kalo dia udah ngomong, kasih tahu gue." Bara menunjuk pada ruangan tempat Asisten pribadi Hanggono mereka tahan.     

Bang Ojal mengacungkan jempolnya pada Bara. "Beres itu, sih. Lu serahin aja ke gue. Dia pasti ngomong."     

Bara menganggukkan kepalanya. Ia percaya Bang Ojal pasti mampu membuat Asisten pribadi Hanggono buka suara.     

"Yuk, Bang." Bara menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan rumah Bang Ojal.     

Masih dengan mengenakan sarung dan kaus oblongnya, Bang Ojal mengantar Bara sampai ke depan gang rumahnya. Ia melambaikan tangannya pada Bara ketika mobil yang dinaiki Bara pergi meninggalkan tanah lapang tempat mobil tersebut diparkirkan. Setelah itu ia kembali ke rumahnya. Masih ada pekerjaan yang harus ia lakukan.     

-----     

Polisi melakukan pemasangan garis Polisi di sebuah kawasan pemancingan dimana ada warga yang melaporkan penemuan sebuah kerangka manusia yang tiba-tiba muncul ke permukaan ketika ia sedang memancing. Puluhan warga berkumpul di sekitar pemancingan. Polisi segera mengerahkan tim pencari untuk memeriksa area sekitar pemancingan.     

Tim pencari dari Kepolisian terkejut karena bukan hanya kerangka yang mengambang itu yang mereka temukan. Namun ada kerangka-kerangka lainnya yang muncul ketika air kolam pemancingan mulai dikuras habis.     

Warga yang menyaksikan hal tersebut bergidik ngeri. Beberapa dari mereka merekam peristiwa penemuan kerangka tersebut dan menyebarkannya di sosial milik mereka. Dengan cepat video-video itu tersebar dari satu aku ke akun lainnya hingga akhirnya akun Mulut Lambe juga turut memuat video tersebut.     

*****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.