Bara

Sweet Apocalypse 12



Sweet Apocalypse 12

0Mobil yang membawa Dijah palsu berhenti di depan sebuah rumah bergaya minimalis tropis yang ada di dalam komplek perumahan di kawasan Jagakarsa. Komplek perumahan itu terlihat sepi. Rumah-rumah besar yang berjejer rapi dengan pagar-pagar yang tinggi. Suasana di dalam perumahan tampak sepi karena penghuninya yang mungkin hanya pulang disaat malam hari. Mungkin sesama penghuni perumahan hanya bertemu ketika mereka hendak keluar dari dalam komplek perumahan tersebut.     

Anak buah Bang Ojal yang membawa Dijah kemudian segera menurunkan Dijah palsu tepat di depan rumah tersebut. Begitu kaki Dijah palsu itu sudah menjejak aspal, mereka langsung menaikkan kain penutup wajahnya dan melepaskan ikatannya.     

Dijah palsu kebingungan dan menatap rumah tempatnya berdiri saat ini. "Ini rumah siapa?"     

Anak buah Bang Ojal tidak menjawab dan langsung menutup pintu mobilnya. Mereka membiarkan Dijah palsu berada di luar mobil sambil menggedor-gedor pintu mobil mereka. Setelah itu, mereka pergi meninggalkannya begitu saja.     

-----     

Wanita yang mengaku sebagai Dijah akhirnya hanya pasrah ketika mobil yang membawanya pergi begitu saja. Ia bahkan tidak tahu ia sedang berada di daerah mananya. Ia pun tidak mengetahui di depan rumah siapa mereka menurunkannya. Ia kemudian mencoba untuk mengendalikan dirinya agar bisa kembali berpikir dengan jernih.     

Ia kemudian melihat inisial yang terpampang di tembok rumah tersebut. Ia mencoba memikirkan inisial tersebut. Tidak mungkin mereka menurunkannya di sembarang rumah. Ia berpikir pasti orang-orang yang menurunkannya sudah punya tujuan tertentu sebelum menurunkannya. Sambil menghela napasnya, wanita itu akhirnya memutuskan untuk membunyikan bel rumah tersebut.     

Perlu beberapa kali Dijah palsu itu membunyikan bel sampai ada suara dari pengeras suara yang ada di dekat bel tersebut menyapanya. "Cari siapa?"     

"S, s, saya Laksmi," ucap wanita yang mengaku sebagai Dijah dengan gugup.     

"Ya?"     

Laksmi menghela napas. "Apa benar ini rumah Mbak Noni pembawa acara itu?"     

"Ada perlu apa sama Ibu?"     

"Saya mau bicara langsung padanya."     

"Ibu sedang tidak di rumah."     

"Saya akan tunggu. Bilang sama beliau, saya punya informasi terkait skandal yang saat ini sedang ramai dibicarakan."     

Suara dari dalam rumah sudah tidak lagi menyahut. Laksmi akhirnya bersandar pada pagar rumah tersebut. Tiba-tiba saja ia mendengar suara dering telpon dari dalam kantung jaketnya. Ia pun segera merogoh saku jaketnya dan mengambil sebuah ponsel yang ada di dalam situ. Ternyata itu adalah ponselnya sendiri. Namun, nomor yang menelponnya tidak ada di dalam kontaknya.     

Dengan takut-takut Laksmi menerima telpon tersebut.     

"Jangan coba-coba untuk melarikan diri. Kamu tidak bisa melihat saya, tetapi saya bisa melihat kamu," ucap suara orang yang menelponnya. Belum sempat Laksmi menyahut, sambungan telpon tersebut sudah terputus.     

Ia kemudian mengedarkan pandangannya pada sekitar rumah tempat ia berada saat ini. Banyak sekali kamera pengawas yang ada di sekitar situ. Ia pun kembali menghela napas panjang sembari bersandar pada tembok rumah. Tiba-tiba saja pagar yang ada di sampingnya terbuka.     

Seorang Asisten rumah tangga keluar dan berbicara pada Laksmi. "Kata Ibu, tunggu di dalam saja. Ibu sedang dalam perjalanan pulang."     

Laksmi menoleh pada Asisten rumah tangga tersebut. Sedetik kemudian ia segera bangkit berdiri. Asisten rumah tangga Noni kemudian masuk ke dalam rumah dan Laksmi pun segera berjalan mengikutinya.     

-----     

"Mau kemana, Mbak?" tanya seorang staff Noni ketika melihatnya pergi meninggalkan ruangannya dalam keadaan tergesa-gesa.     

"Mau pulang dulu sebentar. Ada narasumber yang mau ketemu," jawab Noni sambil lalu.     

Beberapa saat setelah Noni keluar dari ruangannya, tiba-tiba ia kembali masuk dan menemui orang yang tadi bertanya padanya.     

"Kita ubah tema buat acara besok malam," ujarnya pada orang tersebut.     

Orang itu mengernyitkan dahinya. "Kenapa dirubah temanya. Bukannya semua materinya udah siap?     

Noni kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya pada orang yang sedang ia ajak bicara. "Gue dapet narasumber soal skandal yang lagi rame itu."     

Orang yang ia ajak bicara seketika menatap Noni tidak percaya. "Seriusan, Mbak?"     

Noni mengangguk cepat.     

"Wah. Pas banget kalo gitu. Udah liat socmed belum?" tanya orang tersebut pada Noni.     

"Gue belum buka socmed daritadi," jawab Noni. "Nanti gue buka sambil jalan, deh. Lu siapin buat materinya, ya."     

Orang yang Noni ajak bicara tersenyum seraya mengacungkan jempolnya. "Siap."     

"Ya udah, gue balik dulu." Noni pun kembali pergi meninggalkan ruangannya dengan terburu-buru.     

-----     

Noni langsung membuka media sosial miliknya ketika ia sudah berada di dalam mobilnya. Supirnya yang sedang menyetir sesekali melirik padanya yang duduk di bangku belakang. Ia melihat mata Noni yang menatap layar ponselnya dengan tatapan tidak percaya.     

"Pasti Ibu lagi lihat video penemuan kerangka manusia di pemancingan," tebak supirnya.     

Noni mengangkat kepalanya dan menatap Supir pribadinya. "Bapak udah liat videonya?"     

"Sudah, dong, Bu. Video kaya gitu, nyebarnya cepet banget. Di grup saya juga udah banyak yang bagiin videonya."     

Noni manggut-manggut mendengarkan ucapan supirnya. Betapa cepatnya arus informasi di era digital seperti ini. Belum sampai dua puluh empat jam berita sudah menyebar kemana-mana dan dengan cepatnya membentuk opini publik.     

"Hati-hati ya, Pak, kalo dapat video di grup. Pastiin dulu sumbernya. Jaman sekarang banyak berita hoax," ujar Noni pada Supir pribadinya.     

"Tenang aja, Bu. Ibu, kan, selalu ngingetin saya kalo ada yang nyebarin sesuatu di grup, saya harus cek dulu. Lagipula saya setiap hari kerja sama yang bawain berita," sahut supirnya sembari terkekeh.     

Noni balas tersenyum pada supirnya. Ia kemudian kembali menglihkan perhatian pada ponselnya. Ia meminta asistennya di kantor untuk mengundang Influencer yang tidak sengaja menemukan kerangka manusia itu untuk datang ke acaranya.     

----     

Laksmi terkesiap kaget begitu melihat si empunya rumah masuk ke dalam rumah. Ia pun sontak berdiri dan sedikit menudukkan kepalanya pada si empunya rumah.     

"Ibu Laksmi?" sapa Noni ketika melihat seorang wanita paruh baya sudah duduk di ruang tamunya.     

Laksmi mengangguk canggung.     

"Mari duduk, Bu." Noni kembali meminta Laksmi untuk duduk kembali. "Ibu sudah makan?" tanya Noni ramah.     

Laksmi memegangi perutnya. Ia belum makan sedari pagi.     

Noni mafhum dan langsung mengajak Laksmi ke ruang makan. "Kita ngobrol sambil makan saja."     

Noni bangkit berdiri, begitu pula dengan Laskmi. Noni kemudian menggiring Laksmi untuk ke ruang makannya. Belum sampai ke ruang makan, hidung Laksmi sudah mencium aroma masakan yang menggugah selera. Noni menggeser kursi di meja makannya dan mempersilahkan Laksmi untuk duduk. Setelah itu ia duduk di kursi yang ada di hadapan Laksmi.     

"Silahkan dimakan, Bu. Tidak perlu sungkan," ujar Noni sembari tersenyum.     

Laksmi memandangi makanan yang tersaji di hadapannya. Dengan malu-malu ia mulai menyendokkan nasi ke dalam piring makannya. Noni memperhatikan Laksmi yang memasukkan beberapa lauk ke dalam piring makannya sembari tersenyum. Ia kemudian menuangkan air putih ke gelas kosong yang ada di dekat Laksmi.     

*****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.